Selfie, Aktivitas Remeh yang Merevolusi Teknologi

Selfie, Aktivitas Remeh yang Merevolusi Teknologi

Naviri.Org - Kebanyakan orang mungkin tidak sempat membayangkan bahwa selfie, yang bisa dibilang aktivitas remeh dan banyak dilakukan orang di mana pun, bisa ikut mempengaruhi perjalanan teknologi, dari teknologi pembayaran sampai teknologi pengenalan sidik jari. Sebuah perusahaan kartu kredit mengembangkan pembayaran melalui foto selfie, sementara sekelompok peneliti bisa mendapatkan sidik jari seseorang hanya dengan melihat foto selfie.

Sebelumnya, kata “selfie” dinobatkan sebagai The Oxford Dictionaries Word of the Year 2013. Selfie atau swafoto, merujuk pada kegiatan mengambil gambar diri sendiri dengan kamera ponsel, diabadikan oleh Oxford English Dictionary sebagai buah dari perkembangan teknologi.

Selfie memang identik dengan ihwal yang remeh-temeh, tapi banyak kasus selfie berujung maut. Di luar risiko selfie yang berujung kematian, selfie juga menyimpan persoalan privasi atau data pribadi seseorang, sebagai imbas dari perkembangan teknologi digital yang menunggangi kepopuleran aktivitas selfie.

Riset yang dilakukan Now Sourcing and Frames Direct, yang ditulis AOL, menyatakan bahwa kaum milenial menghabiskan waktu rata-rata satu jam penuh dalam seminggu untuk keperluan selfie. Dari perhitungan tersebut, rata-rata sebanyak 25.700 selfie tercipta dari masa hidup seorang milenial.

Jin Yea Jang, peneliti dari Pennsylvania State University, dalam paper berjudul “Generation Like: Comparative Characteristics in Instagram”, pada 2015 mengungkapkan selfie memang lebih sering dilakukan kaum milenial. Ini terjadi karena media sosial dianggap sebagai penggambaran diri mereka.

Dari 226.382 foto yang diunggah anak muda ke media sosial dan dianalisis, sebanyak 12,8 persen dalam bentuk selfie. Sedangkan untuk mereka yang sudah dewasa, dengan 99.782 foto yang diunggah, sebanyak 7,5 persen merupakan selfie. Jin Yea Jang menyatakan bahwa umumnya anak muda mengunggah foto dengan tema yang mewakili emosi mereka. Sementara orang dewasa lebih memilih tema seni dan desain.

Selfie yang begitu populer di kalangan lintas usia membuat beberapa perusahaan berkreasi dengan produk yang ditawarkannya. MasterCard, misalnya. Dalam laporan yang ditulis Fast Company, MasterCard sempat uji coba dan meluncurkan sebuah produk bernama “Selfie Pay” sejak akhir 2016.

Selfie Pay merupakan sistem pembayaran berbasis aplikasi smartphone yang dikembangkan MasterCard, dengan memanfaatkan selfie sebagai cara autentifikasi. Setiap kali pelanggan membayar menggunakan Selfie Pay, aplikasi lantas mengambil foto sang pemilik. Kemudian foto dicocokkan dengan foto pengguna dari data foto yang telah dimiliki MasterCard. Jika identik dan cocok, maka pembayaran sukses dilakukan. Teknologi semacam ini terus dikembangkan.

Peneliti dari National Institute of Informatics (NII), menyatakan bahwa Jepang termasuk yang melakukannya. Mengutip The Telegraph, tim peneliti dari NII mengklaim mampu menangkap sidik jari orang hanya melalui foto yang diambil meski jaraknya tiga meter dari lokasi pengambilan gambar.

Foto selfie dengan tanda ‘peace’ atau mengacungkan jempol, cukup memenuhi syarat untuk dijadikan basis penciptaan sidik jari pada platform teknologi ini.

“Hanya dengan membuat tanda ‘peace’ seperti biasa di depan kamera, sidik jari menjadi tersedia untuk siapa pun,” ucap Peneliti NII, Profesor Isao Echizen.

Baca juga: Bahaya Tak Terbayangkan di Balik Foto Selfie

Related

Technology 4312237161188743950

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item