Warisan Genetika di Balik Sifat Kebaikan

Warisan Genetika di Balik Sifat Kebaikan

Naviri.Org - Di sekeliling kita, ada orang-orang yang sangat welas asih, ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang bisa dibilang tidak memiliki empati sehingga kadang membuat kita menganggapnya kejam. Masing-masing orang memang memiliki sifatnya masing-masing, termasuk dalam kemampuan berempati. Namun, ternyata, sikap welas asih, empati, dan sifat-sifat lain yang berbentuk kebaikan, merupakan bagian dari warisan genetika orang tua.

Selama ini, kita mungkin menganggap bahwa yang disebut warisan genetika hanya berupa wujud fisik, atau lebih spesifik adalah bentuk mata, warna rambut, dan semacamnya. Namun ternyata ada pula sifat-sifat (dalam hal ini kebaikan yang bersifat kasih sayang) juga diwariskan secara genetik.

Berdasarkan penelitian, ada tiga variasi genetik terkait dengan jumlah reseptor hormon oksitosin. Oksitosin merupakan hormon yang memantik perasaan kasih sayang. Tiga variasi genetik ini adalah G/G, A/G, dan A/A.

Orang yang memiliki variasi genetik G/G atau mendapat G dari kedua orang tuanya, cenderung memiliki empati yang sangat tinggi. Orang dengan variasi genetik A/A memiliki empati yang terendah. Sedangkan A/G berada di tengah-tengah.

Menariknya lagi, orang dengan variasi genetik G/G diketahui memiliki peluang yang sangat kecil untuk mengalami autisme dan kegelisahan sosial. Hal yang berlawanan terjadi pada A/A.

Baca juga: Mengapa Orang Blasteran Rata-rata Rupawan?

Related

Science 3175279885252446455

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item