Hal-hal Bodoh yang Dilakukan Orang-orang Pintar

Hal-hal Bodoh yang Dilakukan Orang-orang Pintar

Naviri.Org - Orang pintar identik dengan hal-hal baik, cerdas, dan mengagumkan. Apakah itu benar? Belum tentu. Tempo hari, misalnya, kita dikejutkan dengan “ulah bodoh” seorang mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Belanda, bernama Dwi Hartanto. Dia penerima beasiswa yang kuliah di kampus bergengsi di Belanda. Latar belakang itu tentu menunjukkan kalau Dwi Hartanto sosok yang pintar.

Tetapi, orang yang dianggap pintar itu kemudian terungkap melakukan hal bodoh. Dia melakukan kebohongan publik yang memalukan, tentang hal-hal hebat yang sebenarnya tidak dilakukannya. Hasilnya, bukan hanya kampus tempatnya kuliah yang merasa malu, tapi orang-orang lain—yang telanjur percaya pada ocehannya—merasa kecewa karena merasa telah ditipu.

Mengapa orang pintar bisa terjebak melakukan sesuatu yang bodoh?

Heather A. Butler dalam tulisannya di Scientific American, menjelaskan fenomena tersebut. Ia menyatakan, selama ini kecerdasan diukur secara tradisional dengan tes IQ yang mencakup penyelesaian matematis, pengenalan pola, kosakata, dan pemecahan visual. Tes-tes tersebut tidak bisa menggambarkan kemampuan seseorang untuk bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan.

Butler menempatkan kemampuan tersebut dalam istilah ‘berpikir kritis’ alih-alih cerdas.

“Kecerdasan tidak sama dengan kritis. Perbedaan tersebut yang harus mulai kita pahami. Terutama ketika kita sering melihat orang-orang cerdas yang bertindak bodoh di sekitar kita,” kata Butler menegaskan.

Butler menjelaskan bahwa orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis cenderung mempunyai keterampilan menganalisis dan mengevaluasi pernyataan, termasuk kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

Igor Grossmann dalam risetnya yang dipublikasikan Journal of Experimental Psychology (2013) menyatakan bahwa orang-orang yang berpikiran kritis tak mengalami banyak hal buruk dalam hidupnya, dan mempunyai hubungan sosial dengan masyarakat yang lebih baik.

Riset Grossman juga menunjukkan bahwa sebagian besar tes kecerdasan gagal mengukur kemampuan seseorang dalam bersikap dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik. “Barangkali ini juga sebabnya mengapa sejumlah orang cerdas melakukan hal-hal yang bodoh,” kata Grossman.

Richard Feloni, wartawan manajemen dan kewirausahaan pada Business Insider menjelaskan hal-hal bodoh yang sering orang cerdas lakukan. Ia mengumpulkan beberapa jawaban dari thread "What are some stupid things that smart people do?" di Quora.

Pertama, katanya, orang pintar terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berpikir sehingga akhirnya kekurangan waktu untuk mengeksekusi. Kedua, banyak yang memilih ikut arus ketimbang mengikuti cita-cita dan bakatnya sendiri. Ketiga, terlalu menguatirkan risiko, tak berani mencoba hal baru karena kuatir tak berhasil dan kehilangan label "cerdas"-nya. Keempat, usahanya kurang keras dibanding orang-orang yang tak terlalu berbakat.

Kelima, meremehkan keterampilan sosial seperti membangun jaringan, mempromosikan diri sendiri, yang tentu saja penting jika Anda memang ingin sukses. Keenam, gagal memahami bias kognitif sendiri atau kurang introspeksi, yang ujungnya menyebabkan seseorang yang pintar malah jadi berpikiran tertutup.

Ketujuh, terlalu mementingkan jadi "benar" di atas segala hal lain. Kedelapan, mengukur kecerdasan dari tingkat pendidikan. Padahal, banyak orang sukses yang tak sekolah, sebab mereka jadi cerdas dan bijak karena pengalaman hidup yang lebih kaya ketimbang orang sekolahan.

Hal bodoh kesembilan adalah meremehkan orang lain dan mengira kepintarannya lebih dari apa pun. Kesepuluh, terlalu terkungkung teori dan gagal melihat kenyataan. Kesebelas, terlalu mandiri, atau tepatnya merasa bisa mencapai kesuksesan sendiri, padahal berada di lingkungan yang menjadi sistem pendukung yang baik adalah hal penting.

Lalu, bagaimana caranya berpikir kritis sehingga bisa bertindak bijak?

“Siapa pun dapat memperbaiki kemampuan berpikir kritis, karena berpikir kritis itu bisa dilatih,” kata Heather A. Butler.

Penulis Ransom Patterson turut menjelaskan mengenai hal ini. Salah satu yang terpenting untuk dilakukan, menurutnya, kita perlu terus-menerus mempertanyakan hal-hal yang kita pikirkan dan asumsikan. Kita juga harus berupaya memahami bias kognitif kita sendiri. Artinya, kita perlu lebih terbuka dan menerima jika ternyata pikiran kita salah dan ada pendapat lain yang lebih lebih baik atau lebih benar. 

Baca juga: Menjadi Pintar Membuatmu Terlihat Lebih Menarik

Related

Insight 4191049821363988624

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item