Kasus-kasus Kebocoran Data Pribadi di Dunia

Kasus-kasus Kebocoran Data Pribadi di Dunia

Naviri.Org - Pernahkah Anda menyadari bahwa sekeping kartu tanda penduduk (KTP) yang setiap saat Anda kantongi menyimpan banyak hal terkait diri Anda?

Pada waktu pembuatan KTP elektronik, kita diminta mengidentifikasi diri melalui sidik jari, identifikasi iris mata, juga tanda tangan. Di KTP juga terdapat nama dan alamat lengkap kita, plus status perkawinan, agama, dan kartu itu juga dilengkapi chip. Artinya, diri Anda sepenuhnya dapat dilacak dari data-data di KTP tersebut.

Karenanya, dalam menggunakan KTP, sebaiknya perlu hati-hati, karena tidak menutup kemungkinan data-data diri kita yang terekam di dalamnya disalahgunakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab. Karena bahkan sudah berhati-hati sekali pun, selalu ada kemungkinan hal semacam itu terjadi.

Seperti yang sempat ramai diberitakan di media-media di Indonesia, mengenai terjadinya “kebocoran” data pengguna kartu seluler, beberapa waktu lalu. Aturan baru mewajibkan para pengguna ponsel mendaftarkan kartu yang digunakannya, lengkap dengan nomor KTP dan kartu KK.

Hal itu dikhawatirkan banyak pihak dapat bocor dan disalahgunakan pihak lain yang tak bertanggung jawab. Nyatanya memang terjadi kasus semacam itu, meski belum jelas apakah memang benar kebocoran, atau semata keteledoran si pengguna KTP.

Ihwal data pribadi yang bocor tak hanya jadi isu di Indonesia. Pada Januari 2018, misalnya, laporan Rachna Khaira dari The Tribune India mengatakan bahwa 1 miliar data warga India yang termuat dalam program Aadhaar bocor. Aadhaar adalah program identitas elektronik yang dilakukan oleh Unique Identification Authority of India (UIDAI).

Kesimpulan ini didapat selepas Tribune India mendapatkan akses Aadhaar dari sumber anonim melalui WhatsApp dengan membayar $8. Biaya tersebut cukup untuk memperoleh data warga India, seperti sidik jari, iris mata, hingga data pribadi lainnya. Namun, Parta Bharatiya Janata, salah satu parti besar di India, menyebut bahwa berita tentang kebocoran data itu sebagai “berita palsu.”

Selain India, kebocoran data juga terjadi di Meksiko. Pada April 2016 lalu, sebanyak 93,4 juta data pribadi warga Meksiko yang termuat dalam rekaman data registrasi pemilu bocor. Dalam berita yang dimuat Digital Trends, data yang bocor tersebut kemudian dihapus dari publik setelah terpapar selama 8 hari.

Kebocoran serupa terjadi pula di Afrika Selatan. Pada Oktober 2017, data 30 juta warga Afrika Selatan yang termuat dalam file berukuran 27 GB bocor. Seorang konsultan keamanan yang menamai dirinya Troy Hunt mengungkapkan kebocoran itu. Data tersebut mencakup nomor kependudukan, status pernikahan, hingga kepemilikan properti.

Kebocoran-kebocoran data pribadi di banyak negara membuktikan bahwa masalah keamanan data-data pribadi yang ditangani negara masih jadi persoalan.

Baca juga: Perang Opini Terkait Kebocoran Data Facebook

Related

Internet 5125608361050301935

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item