Skechers, Penguasa Baru Bisnis Sepatu Dunia

Skechers, Penguasa Baru Bisnis Sepatu Dunia

Naviri.Org - Apa merek sepatu kesukaanmu? Nike? Adidas? Bagaimana dengan Skechers? Dibandingkan dengan Nike atau Adidas, mungkin Skechers tidak atau belum terlalu terkenal. Tetapi, yang mengejutkan, saat ini justru sepatu merek Skechers yang menjadi penguasa di bisnis sepatu dunia.

Kesuksesan sebuah merek, termasuk merek sepatu, memang ditentukan dari banyak hal. Dari promosi yang tepat, sampai desain yang tepat. Hal serupa tampaknya terjadi pada sepatu Skechers. Merek tersebut sengaja mengontrak seorang atlet untuk mempromosikan sepatu mereka, dan pelan namun pasti Skechers semakin dikenal sekaligus digemari.

Pada April 2014, atlet Mebhratom “Meb” Keflezighi menjadi orang Amerika Serikat pertama yang menjuarai Boston Marathon sejak 33 tahun lalu, dan salah satu yang paling diperhatikan orang sewaktu ia melintasi pita di garis akhir ialah sepatunya.

Meb yang meraih medali perak pada Olimpiade Athena (2004) itu mula-mula dikenal sebagai pelari jarak jauh yang disponsori oleh Nike. Tapi pada 2011, terlepas dari pelbagai prestasi yang terus ia peroleh, perusahaan itu tidak memperpanjang kontraknya. Meb kemudian disokong oleh Skechers.

Kemenangan Meb di Boston Marathon 2014 adalah juga kemenangan Skechers. Sebagaimana terjadi dalam olahraga apa pun, ketika seorang atlet atau sebuah tim menjadi juara, peralatan yang ia gunakan pun secara faali mendapat citra sebagai peralatan juara.

Selang beberapa bulan setelah kemenangan Meb, pelari hebat lain di Amerika Serikat, Kara Goucher, juga memutuskan untuk bergabung dengan Skechers.

Rick Higgins dari Skechers Performance Division menyampaikan bahwa perusahaannya ingin dianggap sebagai pemain besar dalam bisnis olahraga. “Kami sedang menumbuhkan segi bisnis ini dan para atlet ternama yang berlari mengenakan sepatu kami amat membantu untuk meningkatkan kredibilitas,” katanya dalam sebuah konferensi pers.

Kini, Skechers adalah salah satu perusahaan sepatu yang pertumbuhannya paling sehat di dunia. Ia meraup rekor penjualan sebesar 2,4 miliar dolar pada 2014 dan harga sahamnya meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun tersebut. Setahun kemudian, pendapatan Skechers mencapai 3,1 miliar dolar Amerika Serikat.

Tadinya, Skechers dikenal hanya sebagai penghasil sepatu murah dengan desain “tiruan” dari merk-merk besar. Namun, perlahan, citra itu berubah. Selain membuktikan kualitasnya di bidang olahraga, perusahaan itu juga melipatgandakan mutu produksi dan distribusinya, serta mulai menampilkan desain yang khas. Untuk jenis sepatu kasual yang menyasar remaja, misalnya, Skechers menciptakan rancangan yang kenes dan mengontrak penyanyi populer Demi Lovato buat mempromosikannya.

Hasilnya, Skechers berhasil melampaui Adidas dan menjadi perusahaan sepatu olahraga terbesar kedua di Amerika Serikat. Pada 2015, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Skechers telah merebut pangsa pasar sebesar 5 persen di negara tersebut, sementara Adidas tertinggal dengan 4,6 persen. Sedangkan dua merek besar lain, Asics dan New Balance, masing-masing mendapat bagian yang lebih sedikit lagi, yaitu 4 persen.

Meski terkesan jauh sekali bila dibandingkan dengan Nike yang menguasai 62 persen pangsa pasar, para analis pasar memperkirakan Skechers akan mengalami perkembangan yang ajek. Salah satu sebab utamanya ialah tren athleisure yang kini berembus di seluruh dunia. Tren itu menggiring orang untuk berbelanja pakaian-pakaian (bergaya) olahraga, dengan atau tanpa maksud benar-benar memakainya untuk berolahraga.

“Dengan tawaran berupa sepatu kasual penuh gaya seharga sepersekian dari sepatu olahraga bermerek besar, Skechers berhasil menjejakkan kaki kuat-kuat di pangkuan keluarga-keluarga dan para pelanggan department store,” tulis Sara Germano di Market Watch.

Secara keseluruhan, penjualan ritel Skechers meningkat sebesar 19 persen hanya dalam kuartal pertama 2015, sedangkan Nike, si pemimpin pasar, hanya bertumbuh sebesar 10 persen. Seorang analis bernama Neil Schwartz dengan keyakinan teguh menyebut Skechers sebagai “pemain” alih-alih “penggembira” dalam bisnis sepatu.

Skechers berdiri di California pada 1992. Tujuh tahun kemudian perusahaan itu go public. Pada 10 Juni 2016, Market Realist melaporkan bahwa kapitalisasi pasar Skechers senilai 4,7 miliar dolar Amerika Serikat.

Meski jauh lebih kecil ketimbang Nike dan Adidas yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar senilai 92,8 miliar dan 25,7 miliar dolar, pada 2015, Skechers berhasil menjadi merk nomor wahid untuk sepatu kasual dan kerja di Amerika Serikat dengan produk-produk andalannya, seperti Skechers GOwalk dan Skechers GOrun.

Laporan Market Realist itu memperkirakan bahwa citra kasual yang dipunyai Skechers berpeluang lebih baik dalam menyokong pertumbuhan dibandingkan kesan atletik serius yang dimiliki Nike dan Adidas. Dan kenyataannya Skechers memang menggemuk dengan cepat, baik dalam hal jumlah toko maupun nilai penjualan.

Skechers kini mempunyai lebih dari 1.000 toko di seluruh dunia, dan produk-produknya beredar di 160 negara. Mereka mengalami pertumbuhan pemasukan sekitar 26,4 persen dalam tiga tahun terakhir. Menurut Market Realist, itu adalah pertumbuhan tercepat di bidangnya.

Di Indonesia, Skechers tercatat memiliki 29 toko di sejumlah kota di Indonesia. Itu belum termasuk toko-toko alat olahraga seperti Planet Sports dan lain-lain, yang juga menjual produk mereka. Belum ada laporan yang spesifik tentang kiprah Skechers di Indonesia, namun, tren athleisure yang menguntungkan merek tersebut di Amerika Serikat kini telah berembus juga di sini. Boleh jadi, hasilnya akan sama.

Baca juga: Glow In The Dark, Sepatu "Kuno" yang Kembali Tren

Related

Business 1597078866168429109

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item