Prospek dan Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

Prospek dan Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

Naviri.Org - Seiring makin kuat penetrasi internet dalam kehidupan manusia, gaya hidup pun banyak yang berubah, dan hal itu membawa masuk dunia ekonomi ke dalamnya. Saat ini, ada banyak marketplace (situs jual beli layaknya pasar atau swalayan) yang berdiri di internet. Keberadaan situs-situs marketplace semacam itu, perlahan namun pasti, makin menggeser gaya belanja masyarakat, dari swalayan di dunia nyata ke swalayan di dunia maya.

Fenomena semacam itu terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia. Masyarakat Indonesia saat ini telah akrab dengan gaya belanja online. Tinggal masuk situs marketplace, mencari dan memilih barang yang dituju, lalu transfer uang pembayaran, dan barang yang dipilih akan dikirim ke alamat si pembeli. Dalam beberapa hal, gaya belanja semacam itu lebih praktis.

Kenyataannya, ekonomi digital telah mengubah pola ekonomi menjadi lebih efisien. Sektor ekonomi digital pun terus berkembang di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memproyeksikan pada tahun 2020, ekonomi digital di Indonesia bisa tumbuh 130 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.700 triliun, 20% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Namun, bukan berarti tak ada tantangan. Meskipun ekonomi digital dianggap lebih efisien dengan menerabas pakem sistem ekonomi, tetap saja ada risiko yang harus dihadapi industri digital di Indonesia. Misalnya, gelembung pertumbuhan industri atau bubble yang suatu saat bisa pecah dan berdampak pada ekonomi keseluruhan.

"Risiko pertama adalah bubble, industri digital bisa suatu saat pecah. Ini yang pelaku industri digital harus hadapi," kata Divisi bisnis dan ekonomi Indonesia e-commerce association (IdEA), Ignatius Untung, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta.

Selanjutnya, tantangan yang harus dihadapai adalah monopoli usaha. Artinya, perusahaan yang memiliki modal kuat akan semakin kuat dan bisa mengakuisisi usaha lainnya untuk bisa menguasai pasar. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki modal kecil akan sulit untuk berkembang.

"Monopoly, winner takes all, no less option for buyer," kata dia.

Selain itu, ada juga beberapa usaha yang akan tergantikan dengan adanya ekonomi digital. Hal ini menurutnya lumrah terjadi di dunia. Ritel misalnya, sudah banyak bertumbangan dan tergantikan dengan belanja online.

"Ada yang menjadi korban. Kita happy digital ekonomi naik, tapi kalau digital ekonomi naik ada korban yang turun, kita enggak akan happy. Ada industri yang akan berganti tidak terhindarkan, jadi harus siap-siap adopsi digital," katanya.

Beberapa usaha yang akan tergantikan adalah peritel besar, media tradisional, bank, pekerja yang tak memiliki keterampilan, serta beberapa usaha yang tak mau beralih ke online.

"Retailer besar ini juga akan tergantikan, bank, media yang setia dengan cara tradisional, unskilled labour, ini semua akan digantikan oleh online. Jadi memang kita harus siap dengan online," tambahnya.

Baca juga: 4 Startup Indonesia yang Meraih Sukses Besar

Related

Internet 709973934216809214

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item