Ternyata, Google Bisa Menurunkan Daya Ingat Kita

 Ternyata, Google Bisa Menurunkan Daya Ingat Kita

Naviri.Org - Keberadaan mesin pencari seperti Google bisa dibilang pedang bermata dua. Di satu sisi, keberadaan Google memudahkan setiap orang untuk mendapatkan informasi apa pun dengan mudah. Namun, di sisi lain, Google juga menjadikan orang malas untuk mengingat.

Dulu, sebelum ada mesin pencari semacam Google, orang harus sering mengingat banyak hal. Karena, kalau mereka lupa, akibatnya bisa sulit. Mereka harus ke perpustakaan dan membuka banyak buku atau koran atau majalah, untuk mendapatkan pengetahuan yang terlupa tadi. Tetapi, sekarang, orang tidak perlu khawatir lupa, karena ada Google. Tinggal masukkan kata kunci, dan Google akan menjawab.

Penelitian yang dilakukan oleh psikolog bernama Betsy Sparrow dari Colombia University, sebagaimana diwartakan The Washington Post, mesin pencari seperti Google dianggap memicu orang untuk malas mengingat, terutama bagi hal-hal yang dianggap dapat ditemukan di internet.

“Sejak munculnya mesin pencari, manusia modern mengatur ulang bagaimana mengingat sesuatu,” kata Sparrow.

Peranan mesin pencari ini bisa dianalogikan sebagai sosok ibu yang tahu betul di mana peralatan rumah tangga disimpan. Anggota keluarga lainnya umumnya tidak mengingat, dan menyerahkan semuanya pada ibu.

“Otak kita bergantung pada internet untuk mengingat sama seperti mereka bergantung pada memori seorang teman, anggota keluarga, atau rekan kerja,” tambahnya.

Roddy Roediger, psikolog di Washington University, mengatakan bahwa mengapa manusia harus mengingat, jika fungsi itu bisa dipindahkan pada mesin pencari. “Dengan Google dan mesin pencari lain, kita memindahkan sebagian memori kita ke mesin,” katanya.

Soal memori ini, didukung pula oleh Daniel M. Wegner, peneliti dari Harvard University, dalam paper berjudul “Google Effect on Memory: Cognitive Consequences of Having Information at Our Fingertips”. Dalam sebuah penelitian pada 46 mahasiswa Harvard, ditemukan kecenderungan bahwa responden merespons lebih lambat kata kunci yang berhubungan dengan internet. Mereka pikir, jika kata kunci berhubungan dengan internet, tinggal melakukan pencarian via Google.

Saat kita menuju laman Google Indonesia dan memasukkan kata “Bitcoin” sebagai kata kunci, ada 77.900.000 hasil yang ditawarkan Google. Selepas menyodorkan hasil pencarian versi iklan, laman Bitcoin.org jadi yang utama yang diberikan Google bagi pengguna yang mencari sesuatu dengan kata kunci itu. Dalam pandangan sederhana, tidak ada yang salah dengan hasil pencarian itu. Bitcoin.org memang merupakan salah satu titik pusat dunia Bitcoin, kata kunci yang digunakan.

Jan Brophy, masih dalam paper yang sama, berkata sebaliknya. Paling jika membandingkan dengan hasil kerja seorang pustakawan. Dalam papernya itu, dari 723 dokumen yang dijadikan sampel pembanding antara kerja Google dan pustakawan, rata-rata dokumen yang dipersembahkan Google sebagai hasil pencarian tidak lebih baik dibandingkan dokumen yang ditawarkan seorang pustakawan.

Hanya 52 persen dokumen yang ditawarkan Google memiliki level kualitas baik. Sementara itu, dokumen yang ditawarkan seorang pustakawan memiliki level kualitas di angka 84 persen.

Google, menurut pendangan Brophy, merupakan cerminan “infobesity” sebuah istilah yang menyamakan pencarian informasi dengan konsumsi masyarakat pada fast food. Infobesity dianggap menghadirkan informasi sampah, alih-alih melahirkan informasi yang berkualitas.


Related

Internet 4354278013002294774

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item