Mengapa Hewan Modern Lebih Kecil Dibanding Hewan Purba?

  Mengapa Hewan Modern Lebih Kecil Dibanding Hewan Purba?

Naviri Magazine - Jutaan tahun lalu, hewan-hewan berukuran raksasa hidup di planet ini, menjalani hari-hari dengan ukuran mereka yang raksasa. Kita menyebut mereka dinosaurus. Setelah para dinosaurus punah, hewan-hewan hidup setelahnya juga masih berukuran sangat besar. Ratusan ribu tahun lalu, misalnya, banyak hewan mamalia yang memiliki ukuran raksasa.

Namun, kini, hewan-hewan memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dibanding hewan-hewan yang hidup di zaman dulu. Ukuran hewan-hewan itu seperti terus menyusut dari waktu ke waktu. Kerbau di zaman sekarang, misalnya, jauh lebih kecil dibandingkan kerbau zaman dulu. Mengapa penyusutan ukuran semacam itu bisa terjadi?

Menurut jurnal Science, penyebabnya adalah manusia.

"Saat kami memeriksa catatan fosil, kami menemukan bahwa setiap nenek moyang manusia mencapai benua baru, di sanalah terjadi kepunahan. Dan kepunahan itu selalu dialami oleh hewan berpostur besar," ujar Felisa Smith, ahli biologi dari Universitas New Mexico, AS, yang memimpin penelitian ini, seperti dikutip LA Times.

Pada masa silam, mammoth berukuran tiga kali lebih besar dari gajah modern. Ada pula binatang buas yang mirip armadillo, glyptodon, berukuran kira-kira sebesar bus, dan nenek moyang beruang berwajah pendek setinggi tiga meter.

Ada juga Llama, unta, serigala, singa gua, dan harimau purba sabertooth bertaring panjang. Semuanya memenuhi planet Bumi dengan postur raksasa.

Namun, selama 125 ribu tahun terakhir, ukuran rerata mamalia di Bumi menyusut hingga 50 persen. Para peneliti masih belum bisa menjelaskan apa yang terjadi pada saat itu; apakah karena asteroid, wabah penyakit, atau perubahan iklim yang drastis. Yang pasti, semua mahkluk hidup tersebut menghilang dengan begitu cepat dan misterius.

Smith pun mempelajari fosil yang berusia 65 juta tahun atau masa kepunahan dinosaurus, dan pergerakan mamalia ke habitatnya sendiri. Namun, begitu manusia muncul, tingkat kepunahan mamalia berukuran besar meningkat.

Smith menemukan fakta bahwa ukuran tidak berperan dalam kelangsungan hidup mamalia besar, sampai akhirnya manusia muncul dalam kehidupan hewan tersebut. Mamalia besar dan kecil tumbuh subur untuk sementara waktu, dan kemudian manusia mengubah peluang bertahan hidup mereka.

Saat itu, manusia zaman purba—Homo erectus—yang memangsa mereka. Manusia purba melengkapi diri dengan peralatan lempar jarak jauh, sehingga hewan-hewan tidak memiliki kesempatan.

"Sekitar 1,8 juta tahun yang lalu, hominid (nenek moyang manusia) yang tadinya hanya bergantung hidup pada tumbuhan, berubah menjadi bergantung pada daging sebagai sumber makanan," terang Smith kepada Washington Post.

Jadi, manusia memburu mamalia karena kelaparan. Mamalia besar pun lebih mudah diburu oleh manusia, karena volume dagingnya lebih banyak.

"Anda memburu kelinci, Anda memiliki makanan untuk keluarga kecil selama sehari. Namun, jika Anda memburu mammoth, Anda bisa memberi makan satu desa," imbuhnya.

Kemungkinan lain, manusia purba takut pada hewan besar, sehingga dianggap sebagai ancaman dan kemudian terpaksa memburunya. Ini pun terjadi pada zaman modern, konflik manusia dengan hewan besar nan buas cukup sering terjadi.

Disebutkan pula, bahwa perilaku manusia memiliki efek yang fatal pada kelangsungan hidup mamalia besar. Misalnya, manusia bertanggung jawab atas pembakaran hutan dan padang rumput yang menjadi tempat mamalia besar hidup dan makan.

Perubahan-perubahan ini juga memiliki efek buruk pada lingkungan. Menyingkirkan mamalia besar mempercepat erosi tanah.

Ketika manusia keluar dari Afrika, kepunahan hewan besar mengikuti migrasi mereka. Ini diikuti ketika manusia menetap di benua Amerika, benua besar yang masih memungkinkan hewan besar untuk berkembang.

Penelitian Smith juga mengungkapkan bahwa jika pola ini terus berlanjut, dalam waktu hanya 200 tahun, mamalia darat terbesar yang tersisa di Bumi hanya akan seukuran sapi domestik. Sebut saja hari ini ada mamalia terbesar di dunia, yakni domba bighorn, yang beratnya mencapai 136 kilogram.

"Dan ini seharusnya tidak luput dari perhatian Anda bahwa kita harus merawat sapi," tambahnya. "Jika mereka bisa bertahan hidup, itu karena kita menginginkan mereka di sini."

Baca juga: Kadal Mengerikan yang Menyemburkan Darah dari Matanya

Related

Science 5454000506240992620

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item