Berdasarkan Penelitian, Kerja Lembur itu Tidak Baik (2)

 Berdasarkan Penelitian, Kerja Lembur itu Tidak Baik

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Berdasarkan Penelitian, Kerja Lembur itu Tidak Baik - 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Jika si pekerja tidak berada di peringkat teratas, tekanan ini meningkat. Beberapa mencoba untuk menarik lebih banyak pekerjaan dengan memasang upah yang sangat rendah, memaksa mereka untuk bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang untuk sedikit uang.

Selain itu, sebagian besar dari para pekerja juga menginvestasikan sejumlah besar tenaga kerja tidak dibayar pada pekerjaan admin seperti menyiapkan profil, menawar untuk pekerjaan di platform, dan mempelajari keterampilan untuk membuat profil yang lebih menarik. Semua pekerjaan ini menambah rutinitas yang sangat panjang dan melelahkan.

Seperti dikatakan seorang responden dalam penelitian Wood, "Saya bangkrut, ini ada orang yang siap memberi saya uang, jadi kenapa saya tidak mau kerja 18 jam sehari?"

Pola-pola ini tampaknya ditemukan di banyak bidang gig economy. Beberapa laporan di AS menyebutkan bahwa beberapa pengemudi yang bekerja untuk perusahaan berbagi-kendaraan mengemudi sampai 20 jam sehari untuk mengambil keuntungan dari lonjakan harga.

Dan di Inggris, Uber membatasi penggunaan terus-menerus aplikasinya oleh para pengemudi sampai 10 jam, setelah diminta oleh parlemen.

Menurut Wood, "dampak yang paling jelas adalah berkurangnya waktu tidur," yang memperkuat lingkaran setan dari sedikit istirahat dan bekerja lembur.

"Orang-orang akan menjadi lebih produktif jika mereka tidak bekerja lembur. Tetapi cara menjalankan bisnis tidak mendukung seseorang memaksimalkan produktivitas itu, karena mereka harus bekerja larut malam demi memenuhi tenggat waktu."

Platform freelance telah dikritik karena mendorong gaya hidup tidak sehat seperti ini.

Penelitian Wood tidak menunjukkan berapa banyak dari pekerja 'gig economy' yang benar-benar bekerja untuk waktu sangat lama, dan ia menjelaskan bahwa kondisi kerja biasanya jauh lebih baik bagi para freelancer di Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat, yang memiliki keterampilan lebih khusus dan jauh lebih banyak kekuatan tawar-menawar.

Namun demikian, di negara-negara berkembang, ada tanda-tanda bahwa siklus kerja berlebihan telah mendarah daging. Lebih dari separuh pekerja yang diwawancarai oleh Wood dan timnya mengatakan bahwa mereka harus bekerja dengan kecepatan sangat tinggi, 60% bekerja dengan tenggat yang ketat, dan 22% mengalami sakit fisik akibat pekerjaan mereka.

Selalu 'siap dihubungi'

Era di mana pekerjaan berakhir ketika orang meninggalkan kantor sudah lama berlalu. Memeriksa dan menjawab pesan dari pekerjaan tampaknya tidak dapat dihindari—dan bahkan disukai sebagian orang, karena mereka merasa hal itu memungkinkan mereka untuk mengungguli pesaing, atau menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga sambil memantau pekerjaan mereka.

Seperti yang ditulis oleh makalah akademis pada tahun 2006 dari Ian Towers, seorang peneliti dari SRH Hochschule di Berlin, teknologi seluler "meningkatkan ekspektasi: para manajer dan kolega kini berharap staf hampir selalu siap untuk bekerja".

Tetapi 'siap dihubungi' tidak sama dengan tidak bekerja, dan cara tubuh kita bereaksi terhadap kedua situasi itu sangatlah berbeda.

Sebuah studi pada 2016 menemukan bahwa kadar kortisol (hormon yang berperan dalam stres) orang-orang 'panggilan' meningkat lebih cepat di pagi hari, dibandingkan orang-orang yang tidak harus siap bekerja kapan saja, bahkan jika mereka tidak bekerja pada hari itu.

Konsentrasi hormon ini biasanya memuncak ketika kita bangun, dan berkurang selama sisa hari. Tetapi para ilmuwan percaya faktor stres di kehidupan sehari-hari mengganggu siklus ini dengan berbagai cara: level kortisol naik lebih cepat ketika Anda mengharapkan hari yang penuh tekanan (para peneliti percaya hal inilah yang terjadi pada kasus ini), levelnya tetap tinggi jika Anda mengalami stres kronis, dan tidak akan naik jika Anda mengalami 'sindrom kelelahan'—yang biasanya didahului oleh periode stres kronis.

Akibatnya, orang-orang juga merasa lebih sulit "melepaskan pikiran terkait kerja dari non-kerja" ketika mereka sedang dalam keadaan 'siap dihubungi'. Mereka juga merasa lebih sulit untuk melakukan kegiatan yang benar-benar mereka inginkan—sifat yang disebut para peneliti sebagai 'kontrol'.

Dengan kata lain, pekerja tidak merasa bahwa waktu luang yang mereka punya saat sedang 'siap dihubungi' benar-benar milik mereka, dan tingkat stres mereka meningkat.

Oleh karena itu, para peneliti menyimpulkan bahwa hari-hari di luar kantor saat pegawai tetap dituntut selalu siap untuk bekerja "tidak bisa dianggap sebagai waktu luang, karena pemulihan – fungsi penting dari waktu luang – terbatas dalam keadaan seperti itu".

Lalu apa yang harus dilakukan?

Bekerja lembur selama berhari-hari bukan hal yang cerdas, walaupun Anda adalah Elon Musk. Kabar tentang rutinitas kerjanya yang tidak sehat tidak diterima dengan baik oleh para investor, dan saham Tesla menurun 8,8% segera setelah wawancara dengan NYT, di tengah kecurigaan akan buruknya kesehatan mental Musk.

Anggap kisah ini sebagai pelajaran: jika Anda dapat menghindari kerja lembur selama berhari-hari, lakukan saja, karena cara bekerja seperti itu tidak memberi efek positif pada kesehatan Anda, kesejahteraan Anda, maupun produktivitas Anda. Bahkan jika Anda berpikir bahwa Anda adalah pengecualian, karena kemungkinan besar Anda bukan.

Masalahnya, ada para pekerja lepas yang sangat rentan, yang tampaknya tidak punya kesempatan untuk menghentikan siklus kerja berlebihan dan produktivitas yang semakin berkurang.

Akar masalahnya, seperti dikatakan Wood, adalah bahwa "klien dapat merusak pendapatan pekerja di masa depan", sementara si pekerja lepas memiliki sedikit kekuatan tawar-menawar.

Agaknya, kita tidak bisa berharap para platform freelancer mengubah keadaan ini, terutama ketika model bisnis seperti ini memungkinkan mereka untuk meraup miliaran dolar setiap tahunnya.

Sementara itu, jika Anda kebetulan menyewa pekerja lepas lewat dunia maya, mungkin akan lebih baik jika Anda memberikan si pekerja beberapa waktu tambahan: mungkin mereka tidak hanya akan bekerja lebih baik, tetapi kehidupan mereka juga bisa menjadi jauh lebih baik karenanya.

Baca juga: Jika Ingin Mendapat Penghasilan Lebih Besar, Bekerjalah Lebih Sedikit

Related

Psychology 378719821809807937

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item