Misteri Kelompok Elite Rahasia yang Menguasai Dunia (Bagian 1)

Misteri Kelompok Elite Rahasia yang Menguasai Dunia

Naviri Magazine - Apakah dunia berjalan dengan baik-baik saja? Kelihatannya begitu, dan kebanyakan kita pun kemungkinan besar meyakini bahwa dunia baik-baik saja. Fakta bahwa di beberapa tempat di jauh sana sedang ada peperangan, itu hanyalah bagian kecil dari dinamika kehidupan dunia. Tapi benarkah begitu?

Benarkah dunia baik-baik saja, sebagaimana yang kita kira dan kita harapkan?

Saat ini, negara-negara di seluruh dunia saat ini menanggung utang sebesar kira-kira $51 triliun, atau setara kira-kira Rp 500.000 triliun. Lalu kepada siapa negara-negara itu berutang? Pertanyaan lain bisa diganti: siapa yang memiliki kekayaan sebesar itu?

Jika piutang adalah sebagian kecil saja dari seluruh aset atau kekayaan seseorang atau perusahaan atau lembaga, lalu kekayaan sebenarnya tentu jauh lebih besar dari jumlah itu, mungkin Rp 5 juta triliun atau bahkan jauh lebih besar lagi. Dan berapa pendapatan bunga dari piutang sebesar itu?

Jika diasumsikan suku bunga pasar uang internasional adalah 5% (Indonesia mencapai 10% lebih), maka penghasilan dari bunga piutang itu mencapai Rp 25.000 triliun. Lalu, sekali lagi, siapa yang memiliki kekayaan sebesar itu? Bank Dunia atau IMF?

No way! IMF saja baru-baru ini kekurangan uang hingga harus minta pinjaman kepada pemerintah Indonesia sebesar $1 miliar. Keduanya hanya "makelar" bisnis utang piutang antar negara, dan hidup dari komisi setiap transaksi yang dihasilkan.

Atau bank-bank dan lembaga keuangan internasional? Nah, ini lebih mendekati, meski masih terlalu jauh. Beberapa bank swasta terbesar dunia, asetnya mencapai lebih dari $2 triliun atau sekitar Rp 20.000 triliun, jauh lebih besar dari semua perusahaan riel pembuat pesawat, mobil, atau makanan olahan.

Sekadar gambaran, jika ada satu mesin yang bisa mencetak uang senilai Rp 1 miliar setiap detik, maka untuk mencetak uang senilai Rp 1 triliun mesin tersebut membutuhkan waktu 1.000 detik, atau setara 17 menit non-stop. Untuk mencetak Rp.1.000 triliun membutuhkan waktu 17.000 menit atau setara 11,8 hari nonstop.

Lebih mendekati lagi adalah bank-bank sentral internasional, seperti The Fed, Bank of England, dll, atau bahkan mungkin termasuk Bank Indonesia.

Jadi, kekayaan sebesar itu milik pemerintah juga? Kan bank sentral katanya milik pemerintah?

Jika Anda masih mempercayai mitos itu, Anda termasuk dalam kelompok “terbelakang”. Bank-bank sentral itu milik swasta, bahkan jika bank-bank itu menggunakan nama seperti "Federal Reserve Bank", tidak beda dengan merek "Federal Express" atau sepeda "Federal". Di Amerika sendiri, bank sentral merupakan "konsorsium" dari 12 bank milik swasta di 12 wilayah.

Soal kepemilikan bank sentral ini telah membuat publik Amerika "gempar" akhir-akhir ini. Pemikiran bahwa kekuasaan pencetakan uang dan penetapan nilainya dilakukan oleh lembaga swasta, tentu jauh dari pemikiran warga negara Amerika.

Konstitusi Amerika bahkan menegaskan bahwa kekuasaan itu ada di tangan lembaga legislatif Kongres. Kalau pun Kongres mengalihkan kekuasaannya, lembaga yang paling tepat tentu pemerintah, yang dipimpin presiden yang dipilih rakyat, sehingga pengawasan dan pertanggungjawabannya menjadi jelas.

Namun, dengan adanya bank sentral yang dimiliki swasta, pemerintah harus "meminjam" uang kepada swasta, dan membayar bunga dari tiap sen yang dipinjam untuk membiayai pembangunan dan belanja pemerintah. Selanjutnya, untuk membayar beban bunga dan cicilannya, pemerintah harus membebani rakyat dengan pajak pendapatan dan lain-lain (pajak pendapatan ditetapkan hanya beberapa bulan setelah ditetapkannya UU bank sentral tahun 1913, sebelumnya tidak dikenal di Amerika).

Saat ini, beban utang pemerintah Amerika telah mencapai $15 triliun, dengan beban bunga setiap tahun mencapai ratusan miliar dollar, atau setara ribuan triliun rupiah.

Untuk menjawab "kegemparan" itu, bank sentral Amerika baru-baru mengeluarkan keterangan resmi:

"12 bank sentral regional yang didirikan oleh Kongres sebagai operator dari sistem perbankan nasional, diorganisir sebagaimana perusahaan swasta—yang mungkin menimbulkan pertanyaan tentang kepemilikannya. Sebagai contoh, bank sentral menerbitkan saham kepada bank-bank sentral anggota. Namun memiliki saham di bank sentral tidak sama dengan kepemilikan di perusahaan-perusahaan swasta. Bank sentral tidak didirikan untuk mencari keuntungan, dan kepemilikan sejumlah saham, berdasarkan hukum, merupakan prasyarat dari sistem kepemilikan bank sentral. Saham-saham tersebut tidak bisa diperjualbelikan, atau dijadikan sebagai jaminan. Dan pembagian keuntungan berdasar hukum ditetapkan sebesar 6% per tahun".

Akhirnya, bank sentral mengakui bahwa mereka adalah lembaga swasta, meski bersembunyi di balik UU yang ditetapkan Kongres. Bagaimana pun, dalam suatu sistem ketatanegaraan yang ideal, hal ini merupakan tindakan pengkhianatan yang dilakukan Kongres, pemerintah, dan bank sentral.

Bagaimana mungkin sekelompok bankir diberi kewenangan mencetak uang, menetapkan nilai tukarnya, dan mengedarkannya ke masyarakat? Hal ini tentu membuat pemerintah, Kongres, dan negara, berada di bawah kekuasaan para bankir.

Para bankir pemilik bank sentral tentu saja bisa membuat negara makmur dengan mempermudah peredaran uang, namun juga bisa membuat negara hancur dalam sekejap, dengan menarik peredaran uang melalui berbagai instrumen yang dimiliki. Hal inilah yang terjadi dalam peristiwa "malayse" atau depresi besar tahun 1920-an hingga 1930-an, dan berbagai krisis ekonomi lainnya.

Belum lagi jika mempertimbangkan aspek keadilan. Kewenangan mencetak uang dan menetapkan nilainya, membuat para pemilik bank sentral secara otomatis menjadi orang-orang terkaya di dunia. Seperti sudah disebutkan, penghasilan bunga yang mereka terima mencapai angka yang tidak terbayangkan, dan terus bertambah, dan menumpuk seiring waktu.

Dengan semua keuntungan itu, siapa yang cukup gila untuk menjual saham yang mereka miliki di bank sentral? Maka, pernyataan bank sentral Amerika tentang "saham-saham tersebut tidak bisa diperjualbelikan" adalah tidak relevan.

Lalu siapa pemilik sebenarnya konsorsium bank sentral Amerika? Lebih jauh lagi, siapa pemilik bank-bank sentral di berbagai belahan dunia?

Menurut artikel yang dimuat di majalah Newscientist, tentang studi terhadap lebih dari 40.000 perusahaan transnasional yang dilakukan oleh Institut Teknologi Federal Swiss di Zurich, ditemukan adanya satu kelompok inti dari bank-bank besar dan perusahaan-perusahaan raksasa, yang mendominasi sistem ekonomi di seluruh dunia.

Baca lanjutannya: Misteri Kelompok Elite Rahasia yang Menguasai Dunia (Bagian 2)

Related

Mistery 6137471614694519908

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item