Dark Phoenix Dianggap Film Mengecewakan, Ini Penyebabnya

Dark Phoenix Dianggap Film Mengecewakan, Ini Penyebabnya

Naviri Magazine - Film dari kelompok X-Men, Dark Phoenix, gagal bersinar dalam pemutaran perdananya pada akhir pekan kemarin (7-8/6/2019). Bahkan Phoenix tak mampu mengalahkan debutan lainnya, The Secret Life of Pets 2.

Pemasukan Phoenix sebesar $33 juta AS dari pasar domestik Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) pada akhir pekan lalu, pun menjadikannya sebagai film dengan performa terburuk dari seluruh franchise X-Men. Ini memang sudah sesuai perkiraan.

Deadline, Minggu (9/6), menjelaskan, sebenarnya Phoenix menjadi film terlaris pada akhir pekan lalu dari seluruh dunia, dengan pemasukan $140 juta AS. Kendati demikian, angka itu tetap di bawah X-Men: Days of Future Past ($262,9 juta), Logan ($247,4 juta), dan X-Men: Apocalypse ($166,6 juta) dalam periode pemutaran yang sama.

Dengan pencapaian seperti itu, Phoenix diperkirakan mengalami kerugian sekitar $100 hingga $120 juta, dan bisa anjlok hingga $250 juta dengan dugaan biaya produksi $350 juta. Dan film tentang si super Jean Grey itu gagal pula di pasar Tiongkok ($45,7 juta), padahal akhir pekan lalu adalah masa liburan di negeri tersebut.

Phoenix pun dihujani kritik, bahkan dengan komentar cukup tajam; jika Anda penggemar X-Men, tidak rugi melewatkan film ini. Para kritikus di Rotten Tomatoes pun hanya memberi nilai 22 persen, sedangkan CinemaScore memberi skor B- alias nilai terendah di jajaran film franchise.

Dengan pemasukan akhir pekan perdana hanya $33 juta, Phoenix menjadi film dengan pencapaian terburuk di jajaran franchise keluaran Fox dan Marvel. Mengapa ini semua bisa terjadi?

Deadline mengarahkan telunjuknya kepada Fox. Mereka menyertakan Phoenix ke dalam paket merger dengan Disney sebagai pemegang hak Marvel.

Padahal syuting Phoenix dilakukan dua tahun sebelum Fox, dan Disney merger pada Desember 2017. Akibatnya, sutradara Simon Kinberg harus melakukan beberapa kali syuting ulang untuk memenuhi keinginan Fox dan Disney.

Sebenarnya, syuting ulang adalah hal lazim dalam film berbiaya besar dan berjenis franchise. Persoalannya, kinerja Fox dan Disney dalam urusan public relation berantakan, sehingga merusak citra dan persepsi di mata publik.

Faktor berikut di balik pencapaian buruk Phoenix adalah momentum. Para penggemar merasa X-Men sudah selesai, setelah X-Men: Apocalypse (2016) dan Logan (2017).

Screenrant menyebutkan, ini adalah kelemahan Fox dalam menggarap cerita franchise. Dibandingkan Marvel Cinematic Universe, kisah tentang para mutan X-Men yang digarap Fox kerap tidak konsisten.

"Mereka tak pernah membuat rencana jangka panjang, lebih senang jangka pendek," tulisnya. Contohnya itu tadi; Apocalypse seolah menjadi akhir.

Padahal, sebenarnya Apocalypse justru mengungkap kehadiran Phoenix yang menjadi mutan paling cerdas di antara barisan X-Men. Jadi, menurut Screenrant, seharusnya Fox mudah mengkondisikan cerita untuk Phoenix, walau pada akhirnya tak terjadi.

"Film (Phoenix) punya seluruh materi, tapi gagal menyambungkannya," demikian Polygon menyimpulkan, seraya menyebutkan film ini akan mengecewakan para penggemar X-Men.

Related

Film 5237248283630690088

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item