Sejarah dan Fakta-fakta Estonia yang Perlu Kita Tahu (Bagian 1)

Sejarah dan Fakta-fakta Estonia yang Perlu Kita Tahu

Naviri Magazine - Estonia (bahasa Estonia: Eesti), resminya Republik Estonia (bahasa Estonia: Eesti Vabariik), adalah negara berdaulat di kawasan Baltik di Eropa Utara. Estonia berbatasan dengan Teluk Finlandia di utara, dengan Laut Baltik di barat, dengan Latvia dan Teluk Riga di selatan (343 km), dan Danau Peipus (Peipsi) dan Rusia di timur (338,6 km).

Di seberang barat Laut Baltik terletak Swedia, sedangkan di utaranya terdapat Finlandia.

Sejak 21 Desember 2007, Estonia turut meratifikasi Perjanjian Schengen 1985, yakni perjanjian yang dibuat oleh sejumlah negara Eropa untuk menghapus pengawasan perbatasan di antara mereka.

Wilayah Estonia seluas 45.227 km² (17,462 mil²), dan dipengaruhi oleh iklim sedang. Bangsa Estonia tergolong orang Fin Baltik, dan bahasa resminya adalah bahasa Esti, yang serumpun dengan bahasa Suomi.

Estonia berbentuk republik dengan corak demokrasi parlementer, dan dibagi ke dalam 15 county (setara kabupaten). Kota terbesar sekaligus pusat pemerintahan Estonia adalah Tallinn. Dengan populasi sejumlah 1,34 juta jiwa, Estonia menjadi salah satu negara berpenduduk tersedikit di Uni Eropa, Zona Euro, dan NATO.

Kini, Estonia memiliki produk domestik bruto per kapita yang tinggi di antara bekas republik-republik Soviet. Estonia terdaftar sebagai Ekonomi Berpendapatan Tinggi (High-Income Economy) oleh Bank Dunia, sebagai Ekonomi Maju (Advanced Economy) oleh Dana Moneter Internasional, dan anggota OECD berpendapatan tinggi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan Estonia sebagai negara maju dengan Indeks Pembangunan Manusia yang "Sangat Tinggi". Negara ini juga berperingkat tinggi dalam hal kebebasan pers, ekonomi, demokrasi dan politik, dan pendidikan.

Etimologi

Berdasarkan teori, nama modern Estonia berasal dari Aesti, yang dijelaskan oleh sejarawan Romawi Kuno, Tacitus, di dalam karyanya, Germania (kira-kira 98 M).

Di pihak lain, kisah kuno saga dari Skandinavia merujuk sebuah daratan yang disebut Eistland, yang serumpun dengan istilah Denmark, Jerman, Belanda, Swedia, dan Norwegia, yakni Estland untuk negara ini. Nama Latin dan versi kuno lainnya adalah Estia dan Hestia.

Permukiman manusia di Estonia mungkin bermula pada 11.000 sampai 13.000 tahun lalu, ketika es dari zaman es terakhir meleleh. Permukiman tertua yang dikenali di Estonia adalah permukiman Pulli, yang pernah terbangun di bantaran Sungai Pärnu, di dekat kota kecil Sindi, di barat-daya Estonia.

Menurut penanggalan karbon, daerah ini telah dihuni sejak kira-kira 11.000 tahun lalu pada permulaan milenium ke-9 SM.

Bukti tentang kawanan pemburu dan pemancing telah ditemukan, berasal dari tahun 6500 SM di dekat kota kecil Kunda di utara Estonia. Artefak tulang dan batu yang sama dengan yang dijumpai di Kunda juga ditemukan di tempat lain di Estonia, juga di Latvia, utara Lituania, dan selatan Finlandia. Kebudayaan Kunda berasal dari Zaman Batu Pertengahan, atau periode Mesolitikum.

Akhir Zaman Perunggu dan awal Zaman Besi ditandai oleh perubahan besar budaya. Yang paling signifikan adalah peralihan menuju pertanian, yang menjadi inti ekonomi dan kebudayaan saat itu. Di antara abad ke-1 dan ke-5  SM, pertanian penduduk dirintis sedemikian luas, populasi bertambah, dan permukiman meluas. Pengaruh-pengaruh budaya dari Kekaisaran Romawi mulai mencapai Estonia.

Masyarakat yang pertama disebut-sebut menghuni wilayah yang kini menjadi Estonia adalah suku Aesti, demikian menurut sejarawan Romawi Kuno, Tacitus, di dalam bukunya yang berjudul Germania (kira-kira 98 M).

Tacitus menuliskan istilah-istilah mereka untuk batu ambar dalam bentuk yang dilatinkan, glesum (dari bahasa Latvi glisas). Inilah satu-satunya kata dari bahasa mereka yang terekam dari zaman kuno. Meskipun demikian, suku Aesti pada umumnya dipandang sebagai nenek moyang orang Baltik.

Zaman Besi lebih bermasalah dan dikuasai oleh peperangan, diikuti dengan bahaya-bahaya dari luar wilayah yang berasal dari suku-suku Baltik, yang menyerang melintasi perbatasan darat selatan, dan dari seberang lautan.

Beberapa saga Skandinavia menuliskan kampanye pembalasan melawan Estonia. Pembajak Estonia menjalankan serbuan melawan Viking. "Perompak pagan" yang menjarah kota kecil Sigtuna (kini termasuk Swedia) pada permulaan Zaman Pertengahan, pada tahun 1187, adalah orang Estonia.

Pada abad ke-1 M, pembagian politik dan administratif mulai dilakukan di Estonia. Dua pembagian wilayah yang besar muncul: provinsi (bahasa Esti: kihelkond) dan tanah (bahasa Esti: maakond). Provinsi terdiri dari beberapa desa atau wilayah-tetua. Hampir semua provinsi memiliki minimal satu benteng.

Pertahanan daerah setempat dipimpin oleh petugas tertinggi, raja atau tetua. Pada abad ke-13, tanah-tanah besar berikutnya juga dikembangkan di Estonia: Revala, Harju, Saare, Hiiu, Lääne, Alempois, Sakala, Ugandi, Jogentagana, Soopoolitse, Vaiga, Mõhu, Nurmekund, Järva, dan Virumaa.

Estonia memelihara agama pagan, yang bertumpu pada satu dewa yang disebut Tarapita. Kisah Henry dari Livonia menyebutkan Tharapita sebagai dewa tertinggi penduduk Pulau Saaremaa, juga dikenali oleh suku-suku Vironia utara Estonia.

Zaman Pertengahan

Pada permulaan abad ke-13, Lembitu, seorang kepala suku Sakala, berupaya menyatukan masyarakat Estonia, dan menggagalkan upaya penaklukan oleh bangsa Denmark dan Jerman pada Perang Salib Livonia. Dia menyusun tentara angkatan darat yang terdiri dari 6.000 pria dewasa Estonia dari bermacam-macam negara, tetapi dia terbunuh dalam Pertempuran Hari Santo Matius pada September 1217.

Pada tahun 1228, setelah Perang Salib Livonia, hingga dasawarsa 1560-an, Estonia menjadi bagian dari Terra Mariana, yang dibentuk pada 2 Februari 1207 sebagai sebuah kepangeranan Kekaisaran Romawi Suci, dan diproklamasikan oleh Paus Innosensius III pada tahun 1215 sebagai subjek (wilayah bawahan) Tahta Suci.

Bagian selatan negara ini ditaklukkan oleh Persaudaraan Pedang Livonia yang menggabungi Ksatria Teuton pada tahun 1237, dan menjadi cabangnya yang dikenali sebagai Ordo Livonia.

Di bagian utara negara ini dibentuk Kadipaten Estonia sebagai sebuah dominion langsung Raja Denmark dari tahun 1219 sampai tahun 1346, ketika wilayah itu dijual kepada Ksatria Teuton dan menjadi bagian dari Ordenstaat.

Pada tahun 1343, masyarakat Estonia Utara dan Saaremaa memberontak melawan kekuasaan Jerman dalam Pemberontakan Malam Santo George, yang dipadamkan pada tahun 1345.

Reval (dikenal sebagai Tallinn sejak tahun 1918) memperoleh hak Lübeck pada tahun 1248, dan menggabungi sebuah aliansi serikat buruh perdagangan yang disebut Liga Hansa pada akhir abad ke-13.

Setelah Ordo Teuton mengalami kemunduran mengikuti kekalahannya dalam Pertempuran Grunwald pada tahun 1410, dan kekalahan Ordo Livonia dalam Pertempuran Pabaiskas pada 1 September 1435, perjanjian Konfederasi Livonia ditandatangani pada 4 Desember 1435. Kadipaten Agung Moskwa dan Ketsaran Rusia mengupayakan serbuan pada tahun 1481 dan 1558, namun gagal.

Konfederasi Livonia dinyatakan bubar segera setelah Perang Livonia (1558–1582). Peperangan telah mengurangi jumlah penduduk Estonia dari kira-kira 250.000–300.000 jiwa sebelum Perang Livonia, menjadi kira-kira 120.000–140.000 jiwa pada dasawarsa 1620-an.

Baca lanjutannya: Sejarah dan Fakta-fakta Estonia yang Perlu Kita Tahu (Bagian 2)

Related

History 6565609321841765872

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item