Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman? (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah dan Ulasan Lengkap Seputar Perserikatan Bangsa-Bangsa - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lain yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia.

Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya.

Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.

Hasil riset tersebut juga menyimpulkan bahwa Suku Jawa disebut juga Bani Lukman, karena, menurut karakternya, suku tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran Lukmanul Hakim, sebagaimana tertera dalam Alqur’an.

Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang menggunakan nama depan Su hanya Nabi Sulaiman, dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya, yang juga bernama depan Su, yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo, serta meninggalkan negeri bernama Sleman di Jateng (Jawa Tengah).

Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud (ayahnya), yang dikatakan di dalam Alqur’an dijadikan Khalifah di Bumi (menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya). Nabi Daud juga disebut raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu), dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung.

Di Nusantara, yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah Syailendra. Menurut Dr. Daoed Yoesoef, nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = gunung dan indra = raja.

Negeri Saba’, yang dahulu dikuasai Ratu Bilqis, mungkinkah Indonesia yang dimaksud? Di dalam Alquran ayat 18 surat Saba (34), kita disuruh untuk melakukan perjalanan ke Saba. “Berjalanlah padanya beberapa malam dan siang dengan aman.” (QS.34 ayat 18).

Ada yang mengatakan bahwa Negeri Saba adalah Indonesia, dengan pusat pemerintahan di Jawa, dan Arsy Saba yang dipindahkan atas perintah Nabi Sulaiman adalah Borobudur yang dipindahkan dari Ratu Boko, yang selama ini orang mengira ada di Yaman.

Ada beberapa poin yang menjadi bukti berdasarkan Alquran bahwa Saba ada di pulau Jawa dan bukan di Yaman.

Dalam sejarah kita, Candi Borobudur didirikan pada abad ke 7. Tetapi menurut teori paruh waktu, penelitian terhadap batu tersebut tidak bisa dihitung umurnya dengan Isotop C. Sehingga bisa ditarik hipotesa bahwa Borobudur tidak dibuat pada abad ke 7.

Kenyataan sebenarnya

Nabi Sulaiman hidup pada sekitar abad 9-10 Sebelum Masehi. Borobodur dibangun abad 8 Masehi. Terdapat selisih jarak sekitar 18 abad antara masa hidup Nabi Sulaiman dan pembangunan Borobudur.

Isotop C pada batu penyusun candi Borobudur tidak bisa dijadikan dasar waktu berdirinya Candi Borobudur. Bahan batuan tergeletak selama ribuan atau puluhan ribu tahun atau ratusan ribu tahun, sebelum diambil orang untuk dipahat dan disusun menjadi candi.

Nama “Sulaiman” adalah Arabisasi untuk nama Ibrani “Shlomon”. Sebelum di-Arab-kan, nama “Shlomon” tidak memiliki huruf “u”.

Ibukota negara Israel kuno zaman Sulaiman adalah Yerusalem. Pada masa itu, kekuasaan Raja Sulaiman yang lebih populer disebut Nabi Sulaiman tidak mencapai pulau Jawa. Batas timur terjauh kerajaan ini adalah padang gurun Arab, tidak mencapai pulau Jawa.

Kerajaan Shaba ada di Yaman, sebelah selatan kerajaan Israel kuno zaman Raja Sulaiman. Pulau Jawa berada di Timur Yerusalem, bukan di Selatan Yerusalem.

Ratu Balqis dikenal sebagai ratu dari selatan (maksudnya selatan Yerusalem). Maka, Kerajaan Shaba tidak berada di Pulau Jawa yang berada di sebelah timur Yerusalem. Sebelah selatan Yerusalem adalah Arab, Mesir, dan Afrika. Pulau Jawa berada di sebelah timur Yerusalem.

Wonosobo adalah bahasa Jawa. Kelas kata “wono” adalah kata benda, artinya, hutan. Kelas kata “sobo” adalah kata kerja, artinya berkeliaran. Kata “sobo” bukan kata benda, jadi kata “sobo” tidak berarti “tempat berkumpul”.

Kata “wonosobo” bermakna literal “hutan berkeliaran”. Nama ini terkait dengan legenda hutan angker yang sekarang jadi Kabupaten Wonosobo. Wonosobo tidak ada hubungannya sama sekali dengan Kerajaan Shaba di Yaman.

Raja Daud hidup pada sekitar abad 10-11 Sebelum Masehi. Kerajaan Nabi Daud hanya seluas Palestina zaman sekarang, ditambah sebagian kecil Siria, sebagian kecil Yordania, sebagian kecil Libanon, dan sebagian kecil Mesir. Kerajaan Nabi Daud tidak mencapai seluruh bumi.

Pernyataan bahwa kerajaan Nabi Daud mencapai seluruh bumi itu berbahaya, sebab bisa dijadikan pembenaran historis palsu oleh gerakan zionisme politik internasional untuk menguasai dunia, dengan dalih memulihkan kembali kerajaan Daud.

Ratu Boko adalah nama raja Jawa. Kata “ratu” dalam bahasa Jawa menunjuk ke raja laki-laki. Ya, Ratu Boko itu laki-laki, bukan perempuan. Kata “ratu” bermakna perempuan ada dalam bahasa Indonesia, bukan dalam bahasa Jawa kuno.

Contoh penggunaan ratu untuk raja laki-laki lainnya adalah Ratu Anghabaya, seorang raja laki-laki yang punya nama kecil Mahesa Cempaka. Juga Ratu Sanjaya adalah laki-laki. Ratu Laut Kidul juga laki-laki, sedangkan sosok perempuan adalah Nyi Roro Kidul.

Ratu Laut Kidul dan Nyi Roro Kidul adalah 2 sosok yang berbeda. Kata “ratu” adalah bahasa Jawa kuno asli untuk menyebut raja, sedangkan kata “raja” adalah bahasa Sansekerta yang masuk ke Jawa, diserap oleh orang Jawa, akhirnya jadi bahasa Jawa. Sehingga, dalam bahasa Jawa kuno, kata “ratu” bersinonim dengan kata “raja”.