Cara Amerika Melawan Virus Corona: Pemerintah Bersatu dengan Para Ilmuwan

Cara Amerika Melawan Virus Corona: Pemerintah Bersatu dengan Para Ilmuwan naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Agar menang melawan teror COVID-19, diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga keilmuan lain. Pemerintah bertugas memberi informasi sejelas-jelasnya untuk meredam kepanikan publik, dan menyediakan fasilitas kesehatan memadai untuk mendeteksi infeksi COVID-19.

Kolaborasi keilmuan antar laboratorium perlu dilakukan, agar deteksi dini berjalan lebih efektif, seperti yang baru saja dilakukan pemerintah Amerika Serikat. Sejak akhir Februari kemarin, Badan Pangan dan Obat Amerika (FDA) mengeluarkan kebijakan agar seluruh laboratorium yang sudah memenuhi standar bisa ikut melakukan uji diagnostik.

“Pada situasi kesehatan masyarakat mendesak, kami mengerahkan seluruh sumber daya yang ada untuk mencegah penyebaran wabah,” ujar Jeff Shuren, direktur Pusat FDA bagian Perangkat Kesehatan Radiologis, seperti dilansir dalam tautan resmi FDA.

Setelah mendapat kritikan karena penelitian SARS-CoV sempat tersentralisasi, pemerintah Amerika sadar, kerja solo dalam penanganan COVID-19 tak akan berjalan maksimal. Alat dan tenaga ahli pasti terbatas, dan jalan keluar terbaik hanya dengan menggandeng kerjasama pihak lain.

Lalu, apakah pemerintah Indonesia mengadopsi kebijakan yang sama?

Sebelumnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) juga bekerja mandiri menangani COVID-19. Padahal kemampuan mendeteksi virus corona sudah dimiliki beberapa laboratorium di Indonesia, misal laboratorium milik Universitas Airlangga atau Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

“Hingga saat ini belum dilibatkan (mendeteksi COVID-19), yang kami inginkan bisa berkolaborasi,” ujar Wakil Kepala LPM, Eijkman Herawati Sudoyo.

Eijkman juga sudah mampu mengaplikasikan dua cara deteksi COVID-19, yakni dengan metode pan-CoV dan 2019-nCoV Quantitative PCR. Laboratorium level tiga mereka setara dengan Balitbangkes. Plus dilengkapi dengan Pusat Genom Nasional untuk meneliti informasi paling mendasar suatu gen atau genom.

Kolaborasi antar-laboratorium bisa meningkatkan keakuratan tes diagnostik. Sebagai informasi, ada kemungkinan hasil tes COVID-19 berubah positif meski dalam tes sebelumnya dinyatakan negatif. Kondisi ini pernah diungkap dari kasus di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan, dan kasus lain di Amerika Utara.

“Yang kita periksa mungkin masih sedikit, terlalu sedikit untuk dapat mengambil kesimpulan. Negatif belum tentu negatif, karena tidak dikonfirmasi laboratorium yang lain,” ujar Hera.

Semula, semua sampel pasien diduga terinfeksi SARS-CoV-2 dari seluruh wilayah Indonesia dikirimkan ke pusat, dan hanya diuji oleh Balitbangkes. Namun, setelah terdapat kasus pertama positif COVID-19, pemerintah mengubah kebijakan untuk menyiagakan sepuluh laboratorium, agar deteksi berjalan lebih efektif dan efisien.

Related

News 5682594271411384426

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item