Misteri Wanita yang Menjadi Penyebar Virus Corona di Korea Selatan

Misteri Wanita yang Menjadi Penyebar Virus Corona di Korea Selatan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Penyebar super atau super spreader diduga menjadi sumber melonjaknya angka pengidap virus corona di Korea Selatan. Sosok penyebar super ini merupakan seorang wanita berusia 61 tahun, dan dirujuk sebagai “Pasien 31”. Ia setidaknya telah menulari 37 rekannya, sesama jemaat Gereja Yesus Shincheonji, di Daegu selatan.

Tertularnya anggota gereja membuat total penderita infeksi SARS-CoV-2 di Negeri Ginseng mencapai 1.776 orang per Kamis (27/2). Sedangkan 13 pasien tewas saat menjalani perawatan medis, yang merupakan angka kematian tertinggi ketiga akibat virus corona setelah dataran China dan Iran.

Sejauh ini, sebagian besar kasus di Korea Selatan terkonsentrasi di Daegu, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Seoul. Ada lebih dari 9.000 pasien dalam karantina, seluruhnya merupakan jemaat Gereja Yesus Shincheonji cabang Daegu. Mereka tengah diobservasi, usai Pasien 31—salah satu jemaat—dikonfirmasi positif virus corona.

Pada Sabtu (21/2), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan menyebut, dari seluruh jemaat gereja yang dikarantina, sekitar 1.200 orang di antaranya menderita gejala flu.

 Otoritas setempat masih menyelidiki bagaimana Pasien 31 bisa tertular SARS-CoV-2. Pasalnya, ia tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri atau kontak dengan pengidap.

Menurut laporan Bloomberg, Pasien 31 didiagnosis terinfeksi virus saat berobat di klinik kesehatan di Daegu pada Senin (17/2). Setelah hasil pemeriksaan keluar positif, otoritas kesehatan setempat langsung melacak riwayat perjalanan Pasien 31. Hasilnya cukup mengejutkan, dalam 10 hari terakhir, ia sempat menghadiri dua kebaktian bersama 1.000 jemaat lain di Gereja Yesus Shincheonji.

Dalam 24 jam berikutnya, jumlah kasus virus corona di Korea Selatan naik hingga 20 persen, naik lagi dua kali lipat keesokan lusa, dan naik dua kali lipat lagi dua hari kemudian. Pada 19 Februari, total kasus virus corona tembus lebih dari 1.000 kasus.

“Apa yang membuat kasus ini jauh lebih buruk adalah orang ini (Pasien 31) menghabiskan banyak waktu di daerah yang sangat ramai,” ujar Kim Chang-yup, profesor di Seoul National University, seperti dikutip Bloomberg.

Mencuatnya kasus penyebar super di Korea Selatan turut menyeret nama Gereja Yesus Shincheonji, atau yang kerap disingkap SCJ (Shincheonji Church of Jesus).

Keberadaan gereja tersebut pernah menuai sorotan, saat profilnya diangkat dalam sebuah film dokumenter keluaran tahun 2007 silam. Konten film menyangkut praktik-praktik ibadah para jemaat, termasuk klaim pemimpin gereja, Lee Man-hee, bahwa ia bisa hidup kekal.

Profesor Teologi di Busan Presbyterian University, Ji-il Tark, menyebut bahwa pengikut SCJ dikenal tertutup, sehingga berpotensi mempersulit penanggulangan virus.

“Anggota-anggota Shincheonji menyembunyikan jati diri mereka, sehingga teman dan keluarga tidak tahu mereka bergabung dengan gereja. Sekarang, pemerintah tidak bisa mengontak ratusan anggota Shincheonji yang menghadiri gereja cabang Daegu,” tutur Ji-il Tark, seperti dikutip Time.

Di lain pihak, Yoo Il-han, eks pengikut SCJ, punya pendapat sendiri soal aliran kepercayaan yang pernah ia anut. Yoo Il-han, yang kini membentuk lembaga konseling khusus bagi mereka yang ingin meninggalkan kelompok SCJ, menyebut otoritas Korsel bakal kewalahan melacak seluruh pengikut gereja.

Kepada Reuters, ia mengaku bahwa iklim di SCJ sangat tertutup dan terlampau protektif terhadap tiap anggota. Bahkan ada peringatan bahwa iblis bakal menghasut lewat orang-orang terdekat, termasuk keluarga. Hal itu ditengarai menjadi penyebab mengapa penganut paham SCJ memilih menyembunyikan jati diri mereka dari orang-orang terdekat, termasuk keluarga dan teman.

“Penyembunyian adalah kuncinya,” ujar Yoo Il-han, dikutip Bloomberg. “Mereka (petinggi sekte) mengatakan kepadamu: Jangan ceritakan kepada siapa pun, termasuk anggota keluargamu, (terkait) apa yang kamu yakini, dan jangan percaya apa yang kamu lihat soal Shincheonji di internet.”

Mantan anggota lainnya, Stella Kang, mengatakan SCJ mendoktrin pengikutnya bahwa akhir zaman sudah dekat. Karena itu, kesehatan bukan menjadi hal yang prioritas.

“Sistem kepercayaan mereka adalah akhir zaman akan datang sebentar lagi, dan tubuh kita secara fisik tidak terlalu penting,” ujar Kang. “Jadi, bahkan jika kamu sangat sakit, kamu harus tetap pergi ke gereja, karena hal itu yang memberikan makna hidup.”

Sementara itu, Peter Daley, pengajar Bahasa Inggris di sebuah universitas di Seoul sekaligus pengamat sekte keagamaan, mengungkap hal serupa. Ajaran gereja Shincheonji dapat menjadi sebab jemaat kurang berhati-hati terhadap penyebaran virus.

“Kelompok ini cukup tertutup. Mereka tentu percaya pemimpin mereka abadi, dan mereka kurang lebih dijanjikan hidup yang kekal,” tutur Daley.

Sekelumit kredo yang ditanamkan dalam pikiran para pengikut gereja, bukan tidak mungkin menjadi sebab Pasien 31 tetap menghadiri misa di gereja penuh ribuan jemaat, bahkan saat menderita demam.

Padahal, saat itu, ia tengah diopname sejak tiga hari sebelumnya, karena mengeluh sakit kepala, usai kecelakaan mobil sejak 7 Februari. Ketika menjalani perawatan, gejala demam mulai muncul, namun hasil pemeriksaan laboratorium keluar negatif.

Keesokan harinya, ia izin meninggalkan rumah sakit selama dua jam demi ikut misa pagi di Gereja Yesus Shincheonji cabang Daegu. Praktik ini memang lazim dalam perawatan medis di Korsel. Pasien boleh keluar-masuk rumah sakit meski tengah menjalani rawat inap.

Setelah sempat mengikuti misa, Pasien 31 juga ikut makan siang bersama seorang teman di sebuah hotel, pada 15 Februari. Kemudian Pasien 31 beribadah lagi di gereja yang sama pada 16 Februari. Besoknya, petugas medis mengonfirmasi wanita berusia 61 tahun tersebut positif mengidap virus SARS-CoV-2.

Di antara rentang waktu tersebut, dokter mengaku sempat meminta Pasien 31 untuk uji lab virus corona pada 15 Februari, karena yang bersangkutan demam tinggi. Permintaan tersebut diabaikan, dan Pasien 31 justru lanjut pergi makan siang ke restoran buffet di sebuah hotel.

Hal ini lantas dibantah Pasien 31 saat diwawancara koran lokal. Ia mengklaim pihak rumah sakit tidak pernah memintanya untuk tes novel coronavirus. Pada 17 Januari, gejala penyakit yang dialaminya kian parah, dan hasil uji lab keluar positif.

Terlepas dari itu semua, ini merupakan kasus temuan penyebar super kedua, dengan jumlah korban terbanyak, setelah pengusaha Inggris, Steve Walsh, yang diduga menginfeksi 11 orang beberapa waktu lalu. Angka ini dilampaui penyebar super di Korea Selatan yang diketahui menulari total 37 orang.

Related

World's Fact 8458886330237018605

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item