Jika Kunang-kunang Punah, Manusia Akan Menghadapi Malapetaka

Jika Kunang-kunang Punah, Manusia Akan Menghadapi Malapetaka, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Sebuah penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience, menyatakan kunang-kunang tengah menghadapi ancaman kepunahan. Ancaman itu lantaran aktivitas manusia yang mengakibatkan rusak dan makin sempitnya habitat kunang-kunang.

Pakar Serangga Institut Pertanian Bogor (IPB), Damayanti Buchori, mengatakan ada beberapa hal yang mengancam kunang-kunang menuju kemusnahan. Kerusakan lingkungan yang merupakan habitat asli kunang-kunang merupakan ancaman utamanya. Contohnya, maraknya deforestasi, alih fungsi lahan, penggunaan pestisida, serta pencemaran-pencemaran lain yang diakibatkan dari aktivitas manusia.

“Di Indonesia, kita tidak punya data populasi kunang-kunang. Tapi dengan banyaknya alih fungsi lahan, sudah dapat dipastikan bahwa populasi (kunang-kunang) menurun drastis. Sungai-sungai tercemar, dan degradasi lahan jadi sebab utama,” ujar Damayanti.

Kawasan bakau atau mangrove, yang menjadi salah satu tempat kunang-kunang untuk menyelesaikan siklus hidupnya, juga semakin rusak, baik karena dikonversi maupun karena aktivitas pariwisata.

Tak hanya rusaknya ekosistem, polusi cahaya akibat pembangunan juga menjadi ancaman serius untuk kunang-kunang. Kunang-kunang sangat terganggu dengan adanya lampu-lampu dan cahaya kota, sebab mereka menggunakan cahaya sebagai media komunikasi.

“Jadi ketika malam hari menjadi terlalu terang, mereka jadi sulit berkomunikasi,” lanjut Damayanti.

Kunang-kunang juga menggunakan sinyal berupa cahaya untuk menarik lawan jenisnya sebelum kawin. Setiap individu memiliki karakteristik cahaya yang berbeda, baik dari segi intensitas maupun lama dia menyala.

“Jadi warna cahaya, terang redup cahaya, dan lama cahaya, akan membedakan individu berbeda. Menarik sekali,” lanjutnya.

Predator hama dan inspirasi budaya

Kunang-kunang bukan hanya kerlip cahaya di malam gelap, sebab sebagian kunang-kunang dewasa akan mengisap cairan nektar yang membantu proses penyerbukan pada tanaman.

“Kunang-kunang juga ada yang jadi predator, dan memangsa serangga-serangga lain yang berpotensi jadi hama,” kata Damayanti.

Keberadaannya akan menjaga keseimbangan ekosistem dan rantai makanan. Kepunahannya tentu akan mengakibatkan populasi serangga yang tadinya merupakan makanannya akan mengalami peningkatan.

Kunang-kunang tak hanya memegang peran ekologis, tapi juga merupakan sumber inspirasi bagi banyak budaya, dan telah menjelma jadi cerita-cerita rakyat.

“Kisah-kisah ini merupakan produk budaya yang penting, karena sering mengandung arti-arti tertentu,” lanjutnya.

Lalu, hal buruk apa yang bisa menimpa manusia, jika kunang-kunang punah?

Kepunahan kunang-kunang akan menyebabkan hilangnya salah satu komponen dalam rantai makanan, akibatnya stabilitas ekosistem jadi terganggu. Ekosistem tersebut harus mencari keseimbangan baru, mungkin saja peran kunang-kunang bisa digantikan oleh jenis lain.

“Tapi kehilangan satu spesies saja sebetulnya merupakan kehilangan yang besar bagi kehidupan dan peradaban ini,” tegas Damayanti.

Ilmu-ilmu bioteknologi sebenarnya juga sudah mulai memanfaatkan gen kunang-kunang yang menyebabkan dia bisa bercahaya. Mereka mempelajarinya dan kemudian menyisipkan gen tersebut ke genome organisme lain, seperti ikan atau tanaman.

“Untuk komersial saja, sih,” lanjutnya.

Keberadaan kunang-kunang jangan hanya dilihat dari segi kebermanfaatannya saja bagi kehidupan manusia. Sebab, semua ciptaan Tuhan pasti memiliki manfaat masing-masing.

Menurut Damayanti, saat ini mungkin kita belum bisa melihat seluruh manfaat kunang-kunang selain sebagai predator hama. Namun ketika punah, kita akan kehilangan kesempatan untuk memahami keberadaannya lebih jauh.

Untuk menjaga keberadaan kunang-kunang, tidak ada pilihan yang lebih baik ketimbang menjaga kelestarian habitatnya. Hutan, mangrove, dan sungai-sungai, harus dijaga betul-betul kelestariannya. Penggunaan pestisida di dunia pertanian yang membuat banyak kunang-kunang musnah, juga sebisa mungkin dikurangi.

“Dan yang tidak kalah penting, jauhkan hutan-hutan dan habitat asli kunang-kunang dari lampu-lampu buatan manusia,” tegas Damayanti.

Related

Science 8135844409290661112

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item