Kisah Bencana Dahsyat yang Mengubur Kota Pompeii ke Dasar Bumi

Kisah Bencana Dahsyat yang Mengubur Kota Pompeii ke Dasar Bumi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pompeii adalah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing, dekat kota Napoli, dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya, sedalam beberapa kaki, menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun, sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.

Semenjak itu, penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini, kota Pompeii merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama terbiasa dengan getaran kecil. Namun, pada 5 Februari 62, terjadi gempa bumi yang hebat, yang menimbulkan kerusakan cukup besar di sekitar teluk, dan khususnya terhadap Pompeii.

Sebagian kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan gempa tektonik daripada gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung berapi.

Sebuah gempa lain, yang lebih ringan, terjadi pada 64; peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales, karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum.

Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu, dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater runtuh setelah orang-orang di dalamnya dievakuasi.

Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu "tidak begitu menakutkan, karena sering terjadi di Campania".

Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan semakin sering pada empat hari berikutnya. Namun peringatan-peringatan itu tidak disadari. Pada sore hari tanggal 24 Agustus, letusan gunung berapi yang mematikan terjadi.

Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukiman lainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi. Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan terkait peristiwa ini dicatat oleh Plinius Muda, dalam dua pucuk surat kepada sejarawan Tacitus.

Dari rumah pamannya di Misenum, sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat gejala luar biasa yang terjadi di atas gunung Vesuvius: sebuah awan gelap yang besar berbentuk seperti pohon pinus, muncul dari mulut gunung. Setelah beberapa lama, awan itu menuruni lereng-lereng gunung, dan menutupi segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut di dekatnya.

"Awan" yang digambarkan Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran piroklastik, yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah vulkano.

Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan itu, dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal, dan desa tempat ia berada harus dievakuasi. Laut pun tersedot, dan didorong mundur oleh suatu "gempa bumi", sebuah gejala yang disebut para geologiwan modern sebagai tsunami. 

Gambarannya lalu beralih pada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu, dan siang hari menjadi gelap gulita.

Pamannya, Plinius Tua, mengambil beberapa kapal untuk meneliti gejala ini, dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di kaki gunung. Karena tidak dapat mendarat dekat vulkano, karena angin yang tidak menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan, Plinius Tua melanjutkan perjalanan ke Stabiae, sekitar 4,5 km dari Pompei. Ia meninggal di sana keesokan harinya.

Dalam suratnya yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa ini disebabkan karena pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae, 16 km jauhnya dari tempat kejadian, dan rekan-rekannya, tampaknya tidak terpengaruh oleh hirupan udara itu, dan karena itu kemungkinan sekali kematiannya disebabkan karena Plinius yang gemuk meninggal karena stroke atau serangan jantung.

Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini hilang dan terlupakan. Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu tebal, dengan membebaskan semua bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh.

Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh seorang arsitek bernama Fontana, yang menggali sebuah jalan baru untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari timbunan tanah.   

Raja Charles VII dari Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini, bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol.

Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga saat itu, Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur, untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.

Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresko erotis selama penggalian yang dilakukannya. Namun, karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu, ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh tim lain sesudahnya, yang menyatakan bahwa daerah galian tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.

Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa, telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1.000 meter persegi) ditemukan dekat lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand Hotel Murecine".

Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno, di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai pola-pola kota Romawi pada umumnya, karena permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki gunung).

Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola sesuai tradisi murni Romawi kuno. Permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon, dan memiliki bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardus-nya. Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke selatan. 

Related

Science 3390703765219325905

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item