Mengapa Banyak Artis Menutupi Wajah Anak Mereka di Media Sosial? Ini Penjelasannya

Mengapa Banyak Artis Menutupi Wajah Anak Mereka di Media Sosial? Ini Penjelasannya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Sejumlah selebriti memilih untuk menutupi wajah anak mereka saat mengunggah foto di media sosial. Misalnya Dian Sastrowardoyo dan Raisa. Baru-baru ini, istri mendiang Glenn Fredly, Mutia Ayu, juga memutuskan tidak mengunggah foto putri tercinta mereka, Gewa Atlana Syamayim Latuihamallo.

Hal tersebut diketahui dari unggahan di laman Instagram-nya, setelah sebelumnya ia sempat mengunggah foto Gewa di Instagram Story dengan wajah yang ditutup emoji hati.

Menurut Mutia Ayu, ia merasa memiliki tugas untuk melindungi privasi yang dimiliki putri mereka. "I have hundreds photos of Gewa, tetapi sudah tugas saya untuk melindungi privasi yang dimiliki oleh anak kami, Gewa, walaupun saat ini dia belum memahami apa itu privasi," tulisnya.

Mutia berpendapat, jika sudah pada waktunya, ia akan memberikan foto Gewa yang pernah diabadikan dalam bentuk digital. "Biarkan Gewa pada waktunya memutuskan potret masa kecil bagian mana yang ingin diperlihatkan kepada publik," tulisnya.

Melansir laman Forbes, dari hasil studi menunjukkan, anak-anak yang tumbuh dengan rasa privasi, ditambah dengan orang tua yang mendukung dan kurang mengendalikan, hidupnya akan berjalan lebih baik.

Studi juga melaporkan bahwa anak-anak ini memiliki perasaan kesejahteraan yang lebih baik secara keseluruhan, dan melaporkan kepuasan hidup yang lebih besar daripada anak-anak yang memasuki usia dewasa dengan kurang mengalami otonomi di masa kanak-kanak. 

Di dunia digital saat ini, kebanyakan orang memposting sesuatu tanpa berpikir dua kali. Tetapi ingat, ketika Anda masih kecil dan ibu Anda mengeluarkan album foto untuk menunjukkan foto Anda yang masih kecil, kadang Anda akan malu.

Nah, bayangkan jenis rasa malu itu, tetapi dalam skala global. Saat ini, orang tua dapat memposting gambar anak-anak mereka, atau memposting hal-hal tentang anak-anak mereka yang dapat menyebabkan malu atau konsekuensi sosial.

Parenting coach, Amy Carney, merujuk pada istilah "sharenting", dan mengatakan itu adalah masalah besar karena "orang tua tidak berpikir jangka panjang tentang gambar dan cerita yang mereka posting dan bagikan.” Dia ingin mengingatkan orang tua bahwa apa yang online tetap online, seperti dilansir dari laman Romper.

Sementara begitu banyak orang tua ingin memposting gambar, komentar, dan cerita tentang anak-anak mereka yang lucu, Graber setuju bahwa orang tua harus berhati-hati memposting foto anak-anak mereka pada segala usia.

Alasannya adalah setiap kali orang tua memposting sesuatu tentang anak-anak mereka secara online, itu menjadi bagian dari 'reputasi digital' si anak. Itu tidak pernah hilang, dan bisa dilihat oleh siapa saja dan semua orang, selamanya.

Asisten Profesor di Magister Komunikasi Strategis dan Program Online Kepemimpinan di Maryville University, Leilani Carver, menambahkan bahwa ketika orang tua memposting foto anak mereka di internet, mereka perlu "menyadari bahwa mereka sedang menciptakan identitas digital (sering disebut jejak digital) untuk anak mereka yang akan mengikuti ke masa remaja dan dewasa."

Pikirkan tentang hal ini: Saat ini anak-anak tumbuh tanpa memiliki suara tentang gambar apa yang mereka bagikan kepada khalayak yang luas, bahkan orang asing, sesuatu yang Anda tidak pernah harus hadapi ketika tumbuh dewasa.

Jika Anda merasa buruk, jangan khawatir. Anda tidak sendiri. Wajar berbagi foto anak-anak Anda di setiap kesempatan. Tetapi, Carney mengatakan, orang tua harus "selalu meminta izin" dan menjelaskan bahwa "bahkan [jika] anak Anda mengatakan ya hari ini, mereka kemungkinan besar akan malu atau kesal tentang foto itu nanti."

Carver setuju dan berkata, "Tampaknya tidak salah untuk membagikan setiap foto anak Anda, tetapi ada konsekuensi tidak disengaja yang dapat berdampak negatif pada anak Anda." 

Dia menjelaskan bahwa orang tua perlu mengingat, sementara kita menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita dalam setiap aspek kehidupan, kita harus ingat bahwa kita juga ingin anak-anak kita "memiliki otonomi atas identitas digital mereka juga."

Ahli psikologi media, Diana Graber, membuat poin yang bagus dengan menambahkan bahwa reputasi online anak sering kali merupakan kesan pertama yang mereka buat kepada dunia, termasuk teman-teman baru, bahkan atasan atau perguruan tinggi masa depan yang mungkin mereka hadiri. Banyak anak merasa reputasi mereka adalah milik mereka.

Carver ingin orang tua sadar bahwa ada sisi yang sangat gelap di internet yang mungkin tidak disadari oleh beberapa orang.

"Foto menggemaskan anak Anda dapat digunakan untuk iklan, mengidentifikasi pencurian, penculikan digital (di mana orang lain memposting foto anak Anda dan menghadirkan anak Anda sebagai milik mereka), atau bahkan dalam pornografi anak," kata Dr. Carver.

Dia meyakinkan orang tua bahwa ini kurang umum, tetapi memang ada, karena tidak ada yang benar-benar pribadi di internet.

Related

Psychology 3177695604817786255

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item