Wabah Corona di Indonesia: Dari Jakarta, Mulai Masuk Daerah Lain (Bagian 1)

 Wabah Corona di Indonesia: Dari Jakarta, Mulai Masuk Daerah Lain, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pemerintah mengklaim, kasus Covid-19 di Jakarta yang menjadi epicentrum penyebaran virus corona di Indonesia, "mengalami perlambatan yang sangat pesat", namun sehari setelahnya penambahan kasus di Jakarta kembali melampaui 100 orang.

Data fluktuatif ini seiring banyaknya orang tanpa gejala, dan warga yang bergerak di Jakarta 'masih sekitar 30-50%'.

Meski mengakui penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di ibu kota selama dua pekan terakhir telah menunjukkan hasil, namun pakar pemodelan matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuriani, menekankan pemerintah perlu mewaspadai puncak kasus yang diperkirakan akan terjadi akhir Mei atau awal Juni.

Sebelumnya, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia, Doni Monardo, menyebut kasus positif Covid-19 di Jakarta "mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat".

Akan tetapi, perawat rumah sakit darurat Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta, yang menangani pasien di high care unit (HCU), Kamal Putra Pratama, mengungkapkan fenomena kasus di lapangan justru tidak berkurang.

"Fenomenanya kita lihat di lapangan tidak berkurang. Kami kan ada beberapa bagian, ada yang di rawat inap, UGD, dan HCU-high care unit. Tren [pasien] di HCU saat ini berkurang memang, tapi tren [pasien] di UGD kita belum tahu ada berapa, sedangkan kalau data hariannya lumayan banyak," uja Putra.

Satu perawat menangani setidaknya tujuh pasien

Relawan perawat yang bertugas di unit pelayanan rawat inap bagi pasien yang masih memerlukan pengobatan, perawatan, dan pemantauan secara ketat, atau high care unit (HCU) di rumah sakit darurat Covid 19 Wisma Atlet Jakarta, mengaku khawatir dengan jumlah pasien yang naik turun setiap harinya.

"Kalau hari ini memang landai. Untuk malam tadi [pasien] di HCU sedikit, tapi saat lagi banyak itu overload, banyak," ujar Putra.

"Terus laporan yang setiap hari masuk via radio atau via WhatsApp untuk penambahan pasien Covid-19, selalu ada setiap harinya. Yang positif malah, bukan yang negatif," ujarnya kemudian.

Perawat ini mengatakan, di unit rawat inap, dua perawat harus menangani 40 pasien. Sedangkan di unit HCU, enam perawat menangani sekitar 40 pasien sekaligus per harinya.

"Sekitar lima atau tujuh pasien kita pegang per perawat," tuturnya.

Dengan banyaknya pasien yang harus dirawat dan jam kerja yang terhitung panjang sekitar 8-9 jam, dia menyebut pekerjaannya "sangat menguras energi".

Kendati secara fisik terlatih untuk bekerja dalam shift kerja yang panjang, namun karena diwajibkan mengenakan baju hazmat dan perlengkapan medis yang lengkap selama bertugas, membuat perawat usia 35 tahun ini harus lebih memusatkan fokus.

"Di situ ada aerosol. Kalau kita nggak disiplin, misalnya ngebuka masker, aduh, nanti corona masuk ke kita," tuturnya.

Idealnya, lanjut Putra, perawat yang menangani pasien Covid-19 bertugas selama 6 jam per hari. Sebab dengan delapan jam kerja, dua jam terakhir para perawat berisiko mengalami fatigue, atau kelelahan.

"Ketika fatigue, kita ngucek mata, itu potensi kita lalai," kata dia. "Apalagi karbondioksida yang kita hirup di balik masker, jadi merasa lebih cepat lelah."

Putra, yang bertugas di Wisma Atlet sejak rumah sakit darurat itu beroperasi Maret silam, mengakui, kendati ada perlambatan kasus Covid-19 di Jakarta selama beberapa hari terakhir, dia masih mewaspadai banyaknya pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pengawasan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG), yang masih belum terdata.

Dengan kondisi ini, dia mengaku harus bersiap makin banyak pasien yang dirawat di Wisma Atlet.

"Mindset kita akan berpikir, beban kerja kita akan bertambah. Tetapi kalau kita bilang terbebani dalam arti mengeluh, nggak sih. Itu tugas kita memang, mau 1.000 pasien juga kita siap," kata dia.

Namun, yang membuat miris adalah semakin banyak petugas medis yang terpapar virus corona ketika merawat pasien Covid-19.

"Dan nanti risiko di gelombang puncak, paling banyak yang akan dirawat adalah tenaga medis," Kamal mengungkap khawatirnya.

Per Senin (27/04), setidaknya ada 47 perawat di Indonesia dinyatakan positif Covid-19. Adapun jumlah perawat berstatus ODP dan PDP masing-masing berjumlah 546 orang dan 44 orang.

Fluktuasi kasus di Jakarta

Setelah sempat mengalami perlambatan kasus positif Covid-19 selama lima hari terakhir, pada Selasa (28/04) terjadi peningkatan kasus di Jakarta. Ada133 kasus baru Covid-19 yang didata Kementerian Kesehatan.

Padahal sehari sebelumnya, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia, Doni Monardo, menyebut kasus positif Covid-19 di Jakarta "mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat".

"Ini diakibatkan karena PSBB yang telah berjalan dengan baik. Gubernur DKI telah melaporkan tentang hasil yang dicapai selama pelaksanaan PSBB," kata Doni.

Baca lanjutannya: Wabah Corona di Indonesia: Dari Jakarta, Mulai Masuk Daerah Lain (Bagian 2)

Related

News 1230186908111549991

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item