Biografi Mao Zedong dan Pemikiran-pemikirannya (Bagian 1)

 Biografi Mao Zedong dan Pemikiran-pemikirannya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Mao Zedong lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893. Dia adalah tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Cina. Ia salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Cina.

Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak memengaruhi kehidupannya kelak.

Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia 13 tahun, ayahnya menyuruhnya berhenti sekolah, dan menyuruhnya bekerja di ladang-ladang.

Mao memberontak dan bertekad ingin menyelesaikan pendidikannya, sehingga ia nekat kabur dari rumah dan melanjutkan pendidikan di tempat lain. Pada 1905, ia mengikuti ujian negara yang saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama; digantikan oleh pendidikan gaya Barat. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Cina.

Pada 1911, Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai, yang merupakan revolusi melawan Dinasti Qing yang berakibat runtuhnya kekaisaran Cina yang sudah berkuasa lebih dari 2000 tahun sejak tahun 221 SM.

Tahun 1912, Republik Cina diproklamasikan oleh Sun Yat-sen, dan Cina dengan resmi masuk ke zaman republik. Mao lalu melanjutkan sekolahnya, dan mempelajari banyak hal, antara lain budaya barat. Pada 1918, ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana, ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis.

Mao dan partainya

Partai Mao didirikan pada 1921, dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 1934–1935, ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars Panjang”. Lalu, semenjak 1937, ia ikut memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina.

Akhirnya, Perang Dunia II berakhir, dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada 1949. Pada 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan, dan pemimpin Cina nasionalis, Chiang Kai Shek, melarikan diri ke Taiwan.

Falsafah Mao

Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin, dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme. Dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktik, seperti dikerjakan Mao, bisa dikatakan orisinil.

Mao bisa pula dikatakan sebagai filsuf Cina yang pengaruhnya paling besar dalam abad ke 20.

Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang, dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.”

Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat, hal ini akan menjurus pada sebuah krisis, dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya, situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya, menurut Mao, akan membawa kita pada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis.

Mao juga berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan cuplikan pemikirannya tentang konflik.

“Dalam ilmu pengetahuan, semuanya dibagi berdasarkan konflik-konflik tertentu yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik merupakan dasar dari suatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan.

“Di sini bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika, aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatif dalam ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu perang, idealisme dan materialisme, serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan seterusnya.

“Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda, karena setiap disiplin memiliki konflik yang spesifik, dan esensi atau intisarinya masing-masing.”

Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas, tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh yang buruk mengenai dialektika marxisme, karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan.

Pendapat Mao jadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' dari disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukan intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukan intisari filsafat.

Mao adalah seseorang yang terpelajar, dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik. Obsesi ini juga memengaruhi keputusan-keputusan politiknya, seperti akan dipaparkan di bawah nanti.

Baca lanjutannya: Biografi Mao Zedong dan Pemikiran-pemikirannya (Bagian 2)

Related

History 3231907379496829335

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item