Misteri Pembunuhan di Mexico, dan Fakta Mencengangkan di Baliknya

Misteri Pembunuhan di Mexico, dan Fakta Mencengangkan di Baliknya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Musim semi 1989 adalah musim semi terakhir bagi Mark James Kilroy. Dia dan beberapa temannya, yang merupakan mahasiswa kedokteran Texas, melintasi perbatasan untuk pergi menuju Matamoros, sebuah daerah kecil di Mexico.

Matamoros dijadikan tempat untuk berpesta oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas. Karena di Matamoros mereka diperbolehkan minum minuman keras pada umur 16 tahun.

Setelah selesai berpesta, Mark Kilroy dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke Texas. Namun, di tengah perjalanan menuju tempat parkir, Mark Kilroy bilang akan pergi ke toilet.

Setelah berjam-jam menunggu, teman-teman Mark Kilroy mulai mencarinya, namun dia tidak pernah ditemukan.

George Gavito, yang merupakan Deputy Sheriff Brownsville, yang menangani kasus hilangnya Mark saat itu, mendatangi kantor Juan Benitez Ayala, kepala polisi Federal yang ditugaskan di daerah Matamoros, untuk meminta kerja sama.

Di kantor Juan Benitez, George Gavito sempat melihat Serafin Hernandez, orang yang pernah dikenalnya beberapa bulan lalu, terkait kasus narkotika.

Menurut Juan Benitez, Serafin Hernandez ditangkap atas kepemilikan 250 pon mariyuana, yang ditemukan di gubuk di sebuah ranch, di luar Matamoros.

Juan Benitez juga bercerita, ketika gubuk tersebut digeledah, polisi bukan hanya menemukan mariyuana, tapi juga peralatan ilmu sihir dengan banyak lilin, botol-botol wiski, dan sebuah panci besar yang berada di tengah ruangan.

Beberapa hari kemudian, Juan Benitez melaporkan kepada George Gavito bahwa dia menemukan Mark Kilroy dikubur di sebuah ranch, di luar Matamoros, tempat Serafin Hernandez ditangkap.

Kemudian, Serafin Hernandez kembali diinterogasi, dan dia mengaku telah menculik Mark Kilroy. Penculikan tersebut dilakukan atas permintaan Adolfo Constanzo, laki-laki yang oleh pengikutnya disebut El Padrino atau The Godfather.

Adolfo Constanzo menugaskan mereka untuk mencari mahasiswa yang sedang belajar mempelajari obat-obatan. Adolfo Constanzo berencana mengorbankan bagian otak milik Mark Kilroy, untuk dijadikan sebagai bagian dari ilmu sihir.

Saat akan melakukan aksinya, Serafin Hernandez dibantu tiga orang temannya. Mereka berpakaian layaknya petugas polisi, untuk mengelabui calon korban. Dan mereka mengatakan bahwa korban terlibat dalam kasus narkotika.

Pada 11 April 1989, peternakan di luar Matamoros itu kembali digeladah. Serafin Hernandez diminta menunjukkan tempat Mark Kilroy dikubur, yang di atasnya terdapat sebuah gantungan baju dari kawat.

Serafin Hernandez menjelaskan bahwa Adolfo Constanzo ingin membuat kalung dari tulang belakang Mark Kilroy. Setelah Mark Kilroy dibunuh, kawat tersebut dimasukkan melalui sumsum tulang belakang. Jadi, ketika mayatnya sudah mengering, gantungan tersebut tinggal diangkat, dan yang tersisa hanya tulangnya saja.

Kemudian, Serafin Hernandez diperintah untuk menggali, dan mayat Mark Kilroy mulai terlihat tanpa memakai baju, dengan kepala yang dilapisi lakban. Dan ternyata, selain mayat Mark Kilroy, ditemukan juga 22 mayat lain yang belum diketahui identitasnya.

Seseorang menyarankan cara untuk menangkap otak pembunuhan ini, yaitu Adolfo Constanzo, dengan membakar gubuk yang merupakan tempat pemujaan bagi Adolfo Constanzo dan pengikutnya.

Lalu, di suatu hari Minggu, pembakaran dilakukan, dan sengaja diliput wartawan dari TV lokal Mexico, agar Adolfo Constanzo melihatnya. Dan hal tersebut membuat Adolfo Constanzo marah. Kemudian, menurut Sara Aldrete, kekasih Adolfo Constanzo, dia mulai membakar uang dan melemparkan uang koin dari atas gedung tempat dia tinggal.

Polisi lalu mengepung gedung tersebut, dan menemukan dia sudah meninggal dengan banyak tembakan bersama temannya. Juga, menurut Sara Aldrete, temannya tersebut sengaja disewa untuk membunuh Adolfo Constanzo, dan kemudian dia bunuh diri.

Namun, menurut hasil autopsi, belasan peluru yang bersarang di tubuhnya justru berasal dari tembakan polisi.

Sekilas tentang Adolfo Constanzo 

Adolfo de Constanzo adalah seorang Cuban-American, berumur 26 tahun ketika dia meninggal ditembak polisi. Hal tersebut juga menjadi tanda berakhirnya perjalanan dia sebagai pembunuh berantai, pengedar narkoba, dan pemimpin pemujaan yang diberi nama Narcosatanists.

Adolfo Constanzo mulai mengenal ilmu hitam ketika dia menemani ibunya, Delia Aurora Gonzales, pergi ke Haiti untuk mempelajari Voodoo, yaitu agama sinkretik yang dipraktikkan di Haiti.

Saat remaja, dia mempraktikkan sebuah agama yang disebut Palo Mayombe, yang menggunakan hewan sebagai persembahan.

Lalu, ketika beranjak dewasa, dia pindah ke Mexico. Dan bersama ketiga pengikutnya, mereka menjalankan bisnis yang berhubungan dengan ilmu hitam, yang kali ini menggunakan hewan yang dinilai lebih mahal, seperti ular, kambing, zebra, bahkan anak singa, sebagai ritual persembahan.

Semakin lama, bentuk persembahan bukan hanya hewan, melainkan tulang manusia, yang Adolfo Constanzo dapatkan dengan menjarah area pemakaman.

Belakangan, Adolfo Constanzo bahkan menggunakan bagian tubuh manusia. Berdasarkan hasil penyelidikan, lebih dari 20 mayat ditemukan dalam keadaan sudah dimutilasi, termasuk mayat Mark Kilroy.

Related

World's Fact 6228098134528332282

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item