Nasib Ekonomi Dunia dan Indonesia di Tengah Wabah Corona (Bagian 3)

Nasib Ekonomi Dunia dan Indonesia di Tengah Wabah Corona naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Nasib Ekonomi Dunia dan Indonesia di Tengah Wabah Corona - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Namun terjadi dinamika, dan pemerintah keluar dengan 'ramalan' terbaru. Sri Mulyani menyebutkan, sebenarnya ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 1,4% pada kuartal III dan IV, dengan syarat belanja negara terserap dengan baik dan PSBB terus direlaksasi.

"Kalau tidak, maka (pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020) bisa -1,6%. Itu technically resesi. Kalau kuartal III negatif, secara teknis Indonesia bisa masuk ke zona resesi," ungkap Sri Mulyani.

Tidak hanya Sri Mulyani, sejumlah pihak lain juga memperkirakan Indonesia akan masuk ke jurang resesi pada tahun ini. Salah satunya adalah Morgan Stanley.

Bank ternama asal AS itu memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi -5%. Dilanjutkan dengan kontraksi pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 masing-masing -1,5% dan -0,5%. Ini membuat ekonomi Ibu Pertiwi sepanjang 2020 mengkerut -1%.

"Kami menilai ada negara-negara yang sudah mulai membuka kembali aktivitas publik tetapi penambahan kasus baru relatif terkendali, seperti China, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Thailand, dan Malaysia. Risikonya ada di Indonesia, India, dan Filipina," sebut riset terbaru Morgan Stanley.

Awalnya Morgan Stanley memperkirakan ekonomi Indonesia bisa pulih pada kuartal IV-2020 atau kuartal I-2021. Namun dengan perkembangan kasus corona yang belum stabil, yang mungkin bisa berujung kepada upaya penanganan lebih ketat, pertumbuhan ekonomi akan terdampak.

"Jika puncak pandemi corona belum terlihat sampai kuartal III-2020, maka jalan menuju pemulihan ekonomi akan semakin panjang," tulis riset Morgan Stanley.

So, situasinya kini menjadi agak gloomy. Prospek pemulihan ekonomi yang masih penuh tanda tanya bisa membuat investor ragu masuk ke pasar keuangan Indonesia. Kalau ini terjadi, maka sulit bagi IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah untuk menguat.

Kalau sentimen kedua dan ketiga beraroma pesimisme, maka sentimen ketiga mungkin bisa membangkitkan gairah pasar. Sentimen tersebut adalah rilis data pembacaan awal angka Purchasing Managers' Index (PMI) periode Juni di sejumlah negara.

Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Australia pada Juni akan sebesar 49,3. Masih di bawah 50, artinya industriawan belum optimistis, masih cenderung kontraktif. Namun jauh membaik ketimbang pencapaian bulan sebelumnya yang sebesar 44, dan sudah kian dekat dengan angka 50.

Kemudian di Jerman, PMI manufaktur Juni diramal sebesar 41, membaik dibandingkan Mei yakni 36,6. Lalu di Prancis, PMI manufaktur Juni diperkirakan berada di angka 46, naik dari Mei yang sebesar 40,6.

Jika pembacaan awal ini sesuai dengan ekspektasi pasar, apalagi kalau sampai melebihi, maka bisa menjadi pelecut semangat bahwa harapan perbaikan ekonomi tidak hilang sama sekali, hanya tertunda.

Semangat ini bisa menjadi katalis masuknya arus modal asing ke pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Masih ada kemungkinan IHSG dkk bisa kembali ke zona hijau.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

International 7748543175257438029

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item