Pledoi Siti Fadilah Supari Saat Kasusnya Disidangkan di Pengadilan

Pledoi Siti Fadilah Supari Saat Kasusnya Disidangkan di Pengadilan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Siti Fadilah Supari adalah mantan Menkes Indonesia yang belakangan dijatuhi hukuman penjara dengan tuduhan korupsi. Dalam persidangan kasus tersebut, Siti Fadilah Supari menyampaikan pledoinya di depan majelis hakim, dan berikut ini poin-poinnya.

Siti Fadilah Supari menyebut, sebenarnya kriminalisasi hanya sebagian kecil dari fenomena gunung es yang menggambarkan tekanan politis yang Fadilah alami dari waktu ke waktu, serta juga ada ancaman dan teror yang langsung maupun tidak langsung hingga caracter assasination yang sistematis.

Di antaranya ihwal wabah virus flu burung yang melanda Indonesia di akhir tahun 2015, penyebaran virus flu burung yang menggemparkan dunia, WHO mendeklarasikan virus itu sebagai penyakit baru yang mematikan terutama menjangkit manusia Indonesia dengan angka kematian 90 persen dan keganasannya bisa mematikan dalam waktu 24 jam, WHO menetapkan keadaan darurat yang mungkin akan terjadi di dunia dan Indonesia menjadi local point, hingga WHO menyalahgunakan virus-virus korban flu burung di Indonesia untuk tujuan komersialisasi virus dan dijadikan vaksin yang harus dibeli oleh seluruh negara di dunia dengan harga mahal.

Padahal bahan baku vaksin adalah virus dari Indonesia yang diperoleh dengan cara gratis. Kemudian, vaksin itu akan dijual sangat mahal ke seantero dunia.

Ironisnya, Indonesia yang merupakan negara yang paling besar jumlah korban flu burungnya dan paling banyak mengirim virus flu burungnya, malah tidak mendapatkan jatah karena tidak mempunyai dana yang instan. Akibatnya, Indonesia harus memesan dengan utang dari bank dunia yang dipersiapkan oleh si penjual vaksin dari negara maju.

"Saya berpikir, ini adalah suatu konspirasi yang berbahaya, memperdagangkan nyawa manusia, melukai rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Alangkah berbahayanya kalau hal ini saya diamkan saja. Maka dengan segala perhitungan politik diplomatik yang matang, saya memutuskan untuk melawan policy organisasi kesehatan dunia," ungkap Fadilah.

Ternyata perlawanan yang dilakukan Fadilah mendapatkan dukungan yang luar biasa dari seluruh dunia, bahkan dari beberapa negara besar dunia. Perlawanan ini, kata Fadilah, berlangsung untuk melawan konspirasi di belakang kebijakan WHO dalam mengatasi wabah flu burung.

Dalam perjuangan ini, Indonesia mengambil peran dengan memimpin agar WHO merevisi aturan-aturan dalam menghadapi wabah yang ternyata hanya menguntungkan negara-negara industri yang menguasai pasar vaksin dunia.

Selama perjuangan berlangsung, Indonesia sempat menghidupkan kembali persaudaraan negara-negara non-blok yang juga menjadi anggota WHO. Perlawanan Fadilah dan Indonesia dibantu negara-negara non-blok terhadap WHO bertujuan untuk melindungi umat manusia, terutama di negara-negara miskin dan negara yang sedang berkembang, dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan melalui penyebaran virus ganas yang mematikan, yang ternyata bisa di-create oleh negara-negara besar untuk mengeruk keuntungan finansial maupun politik untuk menguasai perekonomian dunia.

"Perjuangan yang mengharumkan nama saya dan nama Indonesia di dunia internasional, tidak mendapatkan apresiasi di dalam negeri, bahkan cenderung dibungkam. Tidak boleh seorang pun mendengar kesuksesan perjuangan diplomatik di WHO. Saya heran, kaget, dan marah kenapa harus dibungkam. Ini kan kemenangan bangsa Indonesia yang memperjuangkan kedaulatan kemanusiaan di dunia," tuturnya.

Akhirnya, kata Fadilah, dia memutuskan, menulis buku 'Saatnya Dunia Berubah: Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung'. Buku ini Fadilah susun berdasarkan catatan hariannya. Buku kemudian diluncurkan, diberitakan salah satu media internasional berbasis di Sydney, Australia, dan buku Fadilah meledak ke seluruh dunia, hingga Fadilah pun mendapat apresiasi langsung dari pemimpin-pemimpin dunia yang menelepon ke ponsel pribadi Fadilah.

Setelah itu, buku Fadilah mulai dikenal di Indonesia, dan Fadilah sering diundang sebagai pembicara di berbagai perguruan tinggi di seluruh tanah air untuk bedah buku.

"Saya surprise dan bangga, ternyata bangsa kita masih mempunyai kebanggaan sebagai bangsa yang berdaulat," imbuhnya.

Kesuksesan perjuangan kemanusiaan di dunia internasional tersebut, kata Fadilah, justru membuatnya tidak terpilih kembali menjadi menteri kesehatan pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode kedua.

"Yang Mulia, perjuangan saya yang lugu menjunjung tinggi kemanusiaan, tanpa niat menyakiti siapa pun, telah menuai kebencian dan kedendaman suatu kelompok. Maka tidak heran bila begitu saya lengser, proyek-proyek Depkes dieksplorasi, terutama yang berkaitan dengan flu burung.

“Tujuannya agar anak-cucu saya, generasi bangsa saya, dan para pengamat dunia menertawakan saya, 'ternyata pejuang itu koruptor, maka jangan kalian hargai perjuangannya, jangan kalian ingat jasanya, lebih baik kalian tetap terjajah seperti dulu'," cerita Fadilah sambil sesenggukan.

Masih dalam pleidoi, Fadilah mengatakan, yang juga menyakitkan baginya adalah ikut terbawanya buku 'Saatnya Dunia Berubah' sebagai bagian caracter assasination terhadap Fadilah. Upaya pembunuhan karakter tersebut dibawa masuk melalui melalui peran Cardiyan Hendiana Imik Suparmo, selaku pemilik penerbit PT Sulaksana Watinsa Indonesia, yang menerima pembelian buku dengan MTC. 

"Sampai detik ini, saya tidak mengerti bagaimana MTC itu sampai ke tangan Cardiyan. Dan, tanpa bukti penerimaan, Cardiyan mengatakan MTC itu berasal dari orang dekat saya," ucapnya.

Related

News 2662400541300993023

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item