Dianggap Penistaan Agama, Bir Brahma Dituntut Ganti Nama

Dianggap Penistaan Agama, Bir Brahma Dituntut Ganti Nama,  naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Koalisi antaragama mendesak perusahaan bir untuk mengganti nama salah satu produk mereka yakni bir Brahma. Koalisi yang terdiri dari agama Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, dan Jain menganggap perusahaan bir Anheuser-Busch InBev SA/NV mencantumkan identitas yang keliru.

Meski kasus baru mencuat tahun ini, Brahma telah diproduksi sejak 1888 oleh Companhia Cervejaria Brahma, pabrik bir Brasil ini dibeli perusahaan asal Belgia tersebut. Brahma pun menambah jajaran label bir yang sudah ada seperti Budweiser, Bud Light, Corona dan Stella Artois. Tak hanya bir, Brahma juga jadi label untuk produk lager, double malt, bir gandum dan stout cokelat.

Akan tetapi menurut koalisi pencantuman nama salah satu dewa yang disembah umat Hindu ini adalah kekeliruan.

"Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki kesalahan lama, penyangkalan iman saudara-saudari kita selama 132 tahun," kata juru bicara koalisi Rajan Zed, mengutip AP.

Dewa Brahma adalah dewa penciptaan. Sosoknya yang begitu dihormati menurut dia seharusnya tidak disalahgunakan sebagai nama minuman beralkohol. Terlebih pemasaran bir dianggap 'cabul' karena melibatkan perempuan-perempuan berpakaian minim.

Dalam sebuah pernyataan resmi, koalisi menilai seharusnya perusahaan tidak berada dalam bisnis perampasan dan penistaan agama. Mereka menuntut perusahaan untuk membuktikan bahwa ada kepedulian pada masyarakat sehingga bersedia mengganti nama birnya.

Sementara itu Lucas Rossi, kepala komunikasi untuk anak perusahaan Anheuser-Busch InBev Amerika Latin berkata nama Brahma diambil dari Joseph Bramah. Bramah adalah seorang Inggris yang menemukan rancangan katup pompa. Ejaannya diubah untuk membuat nama lebih sesuai dalam bahasa Portugis. Jadi, bir Brahma tidak ada hubungannya dengan dewa Hindu.

"Kami sangat menghormati semua agama, agama dan sejarah mereka," katanya.

Hanya saja sejarah di balik nama bir tidak membuat Zed dan kelompoknya mundur. Buatnya, sejarah itu tidak mengurangi rasa sakit umat Hindu ketika mereka melihat dewa pencipta yang dipuja ada di kaleng alkohol.

Ini bukan kali pertama Zed, presiden Universal Society of Hinduism, telah berkampanye melawan yang ia anggap sebagai penyalahgunaan citra agama Timur untuk tujuan komersial. Pada 2019, ia menuntut tempat pembuatan bir di Virginia yang menggunakan nama dewa untuk produk mereka. Tindakan mengasosiasikan Hanoman dengan alkohol dianggap tidak sopan.

Bulan lalu, koalisi ini meluncurkan kampanye terpisah untuk menekan klub malam di Boston, Foundation Room dan House of Blues, juga kota-kota lain untuk tidak menggunakan lukisan bernuansa Budha dan Hindu untuk dekorasi.

Related

News 1497192742961886592

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item