Kisah Pasien Corona di India yang Meninggal Setelah Ditolak 18 Rumah Sakit

Kisah Pasien Corona di India yang Meninggal Setelah Ditolak 18 Rumah Sakit, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Otoritas keamanan India tengah menyelidiki sembilan rumah sakit di kota selatan Bangalore terkait tuduhan bahwa seorang pria meninggal usai ditolak menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, tulis BBC India.

Bhawarlal Sujani, 52 tahun, menghembuskan nafas terakhir di ambang pintu di salah satu dari banyak rumah sakit yang menolak untuk memberikan perawatan kepadanya.

Saudaranya, Dinesh Sujani, yang telah berusaha keras agar Bhawarlal mendapatkan perawatan, merasa sedih saat mengingat kembali jam-jam terakhir Bhawarlal bernafas.

Ketika Bhawarlal mulai menunjukkan gejala Covid-19, Dinesh membawa saudaranya naik skuter ke Rumah Sakit Bhagwan Mahaveer yang berjarak lima kilometer dari rumah mereka.

"Saya memberi tahu mereka bahwa nadinya menurun, dia mengalami kesulitan bernapas dan dia muntah," kata Dinesh. "Mereka membawanya ke dalam, mengambil x-ray dan kemudian keluar dengan sesuatu yang ditulis dalam bahasa Inggris di atas kertas dan menyuruh saya untuk membawanya pergi dari sana."

Rumah sakit membantah jika stafnya menolak memberikan perawatan darurat kepada Bhawarlal.

Usai ditolak, kemudian Dinesh menggunakan ambulans membawa saudaranya ke rumah sakit lain, dan hasilnya tetap sama yaitu ditolak.

Keliling kota membawa pasien

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam pindah dari sati rumah sakit ke rumah sakit lain tanpa hasil, katanya. Rumah sakit swasta dan pemerintah menolak merawat saudaranya, kata Dinesh. "Mereka mengirim kami jauh dari pintu masuk itu sendiri."

Putra bungsu Bhawarlal, Vikram, mengatakan kepada sebuah surat kabar lokal bahwa keluarga itu "secara fisik mengunjungi 18 rumah sakit dan memanggil 32 rumah sakit lain, mengelilingi kota sejauh 120 kilometer".

Berita tentang Bhawarlal telah menjadi kisah sedih yang akrab terjadi di India. Ada banyak laporan media tentang orang-orang dengan gejala Covid yang sekarat bahkan meninggal setelah ditolak oleh beberapa rumah sakit.

Negara Bagian Karnataka - di mana Bangalore adalah ibu kotanya - kini telah mengeluarkan pemberitahuan resmi yang meminta klarifikasi dari setidaknya sembilan rumah sakit, termasuk yang dikelola oleh negara, untuk menjelaskan mengapa mereka tidak seharusnya dituntut atas kematian Bhawarlal.

"Lembaga medis swasta tidak dapat meniadakan/menolak/menghindari perawatan pasien dengan gejala Covid-19 dan positif Covid-19," kata komisioner kesehatan Karnataka, Pankaj Kumar Pandey dalam sebuah pernyataan.

Tetapi rumah sakit mengatakan mereka kewalahan. Dokter Nishanth Hiremath, dari Bhagwan Mahaveer, mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakit memiliki 45 tempat tidur yang disediakan untuk kasus virus corona dan semuanya ditempati oleh pasien pada saat Bhawarlal dibawa.

Penularan Covid-19 meningkat

Hiremath membantah tuduhan keluarga Sujani bahwa rumah sakit menolak merawat Bhawarlal, dan mengatakan staf rumah sakit telah memberinya oksigen dan perawatan primer.

"Kami juga mengatakan kepada mereka untuk melakukan tes usap dan mereka diterima. Kami menyarankan mereka untuk pergi ke rumah sakit pemerintah," katanya.

Kasus ini muncul tidak lepas dari melonjaknya kasus baru Covid-19 di India. Sebelumnya, Karnataka dipuji atas upayanya dalam mengendalikan penyebaran virus, terutama dibandingkan dengan wilayah lain seperti Delhi, Maharashtra atau Tamil Nadu, yang telah menjadi pusat penyebaran utama.

Tetapi sejak lockdown India dikendurkan menjelang akhir Mei lalu, jumlah kasus meningkat, termasuk di Karnataka.

Pada 8 Juni lalu terdapat 308 kasus yang dikonfirmasi dan 64 kematian. Namun sebulan kemudian tepatnya 1 Juli terjadi lonjakan menjadi 1.272 kasus dengan 253 kematian. Pada periode yang sama, di Bangalore terjadi peningkatan tajam dari 18 menjadi 732 kasus.

Melihat situasi itu, otoritas daerah kini berupaya meningkatkan kapasitas rumah sakit. Mereka juga telah mencapai kesepakatan dengan rumah sakit swasta untuk menyediakan lebih banyak tempat tidur bagi pasien Covid-19 dalam beberapa hari mendatang, kata para pejabat.

"Pemerintah sekarang akan memiliki sekitar 7.000 hingga 7.500 tempat tidur tambahan dari sektor swasta. Ini berarti kita dapat berada dalam keadaan siap untuk sekitar satu bulan ke depan," Dokter MC Nagendra Swamy, koordinator utama untuk Federasi Asosiasi Kesehatan dari Karnataka.

Sehingga dengan total populasi di Karnataka 64 juta orang, maka akan tersedia kurang lebi 10.000 tempat tidur.

Tetapi para ahli memperingatkan bahwa penambahan tempat tidur tersebut mungkin tidak akan memadai dalam memenuhi permintaan saat jumlah kasus mencapai puncaknya, yang diperkirakan pada bulan Juli hingga Agustus mendatang.

"Begitu kasus meningkat, kita perlu memprioritaskan siapa yang perlu dirawat di rumah sakit," kata Dokter Giridhar Babu, seorang ahli epidemiologi di Yayasan Kesehatan Masyarakat India dan anggota panel ahli negara.

"Sebagian besar kelas menengah bisa tinggal di rumah jika mereka menunjukan gejala ringan-sedang. Hanya mereka yang tidak memiliki ruang terpisah isolasi rumah yang harus dirawat di rumah sakit," katanya.

"Setelah hotline mengkoordinir ketersediaan tempat tidur di RS pemerintah dan swasta, maka akan semakin efektif untuk mengarahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki tempat tidur tersedia," tambahnya. "Berarti pasien tidak perlu lari dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain," tambah Dr. Swamy.

Related

News 7443370332839651716

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item