BPOM Tegaskan Belum Ada Obat Herbal yang Bisa Sembuhkan COVID-19

BPOM Tegaskan Belum Ada Obat Herbal yang Bisa Sembuhkan COVID-19 naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memastikan kalau belum ada obat yang bisa diklaim dapat menyembuhkan COVID-19, termasuk obat herbal yang ramai diperbincangkan belakangan ini.

“Sampai saat ini pengembangan obat pun belum ada yang bisa diklaim ataupun diindikasikan untuk obat COVID-19 sedangkan obat herbal juga belum,” kata Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM, Dra Togi Junice Hutadjulu, Apt, MHA, dalam acara di BNPB.

Ramai obat herbal penyembuh COVID-19 ini berawal dari klaim Hadi Pranoto, salah seorang yang menyebut dirinya sebagai ahli mikrobiologi.

Dalam sesi wawancara dengan Anji yang ditayangkan via media sosial YouTube dan Facebook, Hadi mengklaim menemukan obat penawar COVID-19 berbentuk herbal. Hal tersebut kemudian menimbulkan kegaduhan di masyarakat tentang kebenaran obat penawar virus baru Corona itu.

Togi menuturkan, proses pencarian obat harus melewati sejumlah fase. Pertama, peneliti harus menentukan molekul yang digunakan untuk pengobatan. Kemudian, molekul yang ditentukan akan menjalani proses uji laboratorium untuk menentukan karakteristik dan spesifikasi molekul calon obat.

Setelah ditemukan potensi manfaat dan keamanan, molekul tersebut diuji kepada hewan atau uji praklinis. Apabila lolos uji praklinis, obat tersebut harus melewati 3 fase uji klinis, yakni fase 1 (keamanan), fase 2 (memastikan efektivitas obat) dan fase 3 (konfirmasi keamanan).

Uji obat juga dilakukan untuk obat herbal. Mereka akan melihat jamu herbal tersebut sudah teruji secara empirik dan melihat lama penggunaan herbal dalam penyembuhan suatu penyakit.

"Jadi bagaimana penggunaan jamu yang sudah dipakai sejak lama sehingga memang sudah terbukti keamanannya dan juga manfaatnya, sedangkan untuk kita punya kategori juga obat herbal terstandar akan melalui uji praklinis," kata Togi.

"Sedangkan untuk fitofarmaka ini yang adalah disebut juga adalah obat modern asli Indonesia yaitu melalui uji klinis," tutur Togi.

Di acara yang sama, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes, Akhmad Saikhu, menegaskan kalau Covid-19 tidak bisa disembuhkan dengan obat herbal. Ia menegaskan Covid-19 hanya bisa disembuhkan dengan antivirus.

“Sampai saat ini kita ketahui bahwa Covid-19 ini kan disebabkan oleh virus. Jadi obat satu-satunya itu adalah antivirus dan sampai saat ini antivirus tersebut masih dalam proses penelitian," kata Syaikhu dalam acara di BNPB.

Syaikhu menegaskan, jamu tidak bisa menyembuhkan Covid-19. Ia mengatakan, jamu hanya bisa mengurangi gejala penyakit komorbid penderita Covid-19, bukan membunuh virus Covid-19.

"Terkait dengan herbal atau jamu ini sebenarnya tidak bisa menyembuhkan seperti saya sebutkan tadi bahwa satu-satunya adalah antivirus yang dipergunakan jamu ini itu adalah untuk komorbid dari Covid-19. Artinya bisa dipergunakan untuk meringankan gejala-gejala penyerta, penyakit penyerta," kata Syaikhu.

Related

News 4282421702245286303

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item