Ilmuwan Khawatir Rencana Vaksinasi Massal Covid-19 di Rusia, Ada Apa?

 Ilmuwan Khawatir Rencana Vaksinasi Massal Covid-19 di Rusia, Ada Apa? naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Rusia mengumumkan rencana vaksinasi massal untuk Covid-19 pada awal Oktober 2020, dan diperkirakan menjadikannya negara pertama yang menyetujui dan mendistribusikan vaksin virus itu.

Namun, para ahli khawatir dan memperingatkan agar tindakan tersebut tidak buru-buru dilakukan, sebelum ada bukti yang secara efektif berhasil menyembuhkan.

Pakar hukum kesehatan masyarakat global di Georgetown University, Amerika Serikat, Lawrence Gostin mengaku khawatir bahwa negara itu mengambil jalan pintas sehingga vaksin yang akan keluar mungkin tidak hanya tidak efektif, tapi juga tidak aman. "Tidak seperti itu. Pengujian harus datang lebih dulu. Itu sangat penting," ujar dia, seperti dikutip Fox News

Sebelumnya, Kepala Direct Investment Fund Rusia, Kirill Dmitriev, yang mensponsori pengembangan vaksin Gamaleya Research Institute, mengatakan bahwa vaksinasi dapat disetujui hanya dalam beberapa hari, sebelum para ilmuwan menyelesaikan studi tiga fase.

Sementara Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengumumkan bahwa orang-orang yang dianggap sebagai bagian dari kelompok berisiko, seperti petugas kesehatan, bisa ditawari vaksin secepatnya bulan ini. Meskipun Murashko tidak menjelaskan apakah petugas kesehatan yang menerima vaksinasi akan menjadi bagian dari studi tahap tiga.

"Kami merencanakan vaksinasi yang lebih luas pada Oktober," kata Murashko menambahkan. "Dokter serta guru akan menjadi kelompok pertama yang divaksinasi."

Hal itu juga dipertegas oleh Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova yang berjanji untuk memulai produksi industri dari vaksin pada September, yang akan memungkinkan vaksinasi massal pada Oktober.

Direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, telah memperingatkan agar tidak terburu-buru menentukan vaksinasi tanpa tindakan pencegahan dan studi yang diperlukan.

"Saya berharap Cina dan Rusia benar-benar menguji vaksin sebelum memberikan kepada siapa pun, karena klaim memiliki vaksin yang siap didistribusikan sebelum Anda melakukan pengujian, menurut saya paling bermasalah," kata Fauci pekan lalu.

Amerika juga menuduh Cina dan Rusia melakukan upaya spionase, serta pencurian dalam pengembangan vaksin virus corona.

Departemen Kehakiman Amerika mendakwa dua warga negara Cina pada akhir Juli karena bekerja dengan badan intelijen Cina, Kementerian Keamanan Negara (MSS), setelah diketahui meretas basis data Amerika dan internasional yang berisi informasi tentang pengembangan vaksin.

Salah satu perusahaan yang menjadi incaran peretas adalah Moderna, yang menerima dana setengah miliar dari pemerintah Amerika untuk pengembangan vaksin. Mereka diharapkan meluncurkan uji klinis pada 30.000 orang bulan Agustus ini.

Namun, Cina membantah semua tuduhan itu. "Baru-baru ini apa yang disebut sumber dari pemerintah Amerika telah menuduh Cina melakukan peretasan untuk mencuri teknologi dan data penelitian vaksin Amerika, tapi belum ada bukti apa pun," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin.

Inggris, Kanada, dan Amerika juga menuduh Kremlin Rusia menggunakan peretas untuk membobol basis data guna mencuri informasi intelijen tentang vaksin Covid-19.

"Ini benar-benar tidak bisa diterima, Badan Intelijen Rusia menargetkan mereka yang bekerja untuk memerangi pandemi virus corona," tutur Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.

Raab menambahkan, orang lain mengejar kepentingan egois mereka dengan perilaku sembrono, sementara Inggris dan sekutunya berusaha melanjutkan kerja keras untuk menemukan vaksin dan melindungi kesehatan global.

Related

News 3025815233102205155

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item