Kisah Jurnalis di Jakarta dan 20 Anggota Keluarganya yang Positif Corona

 Kisah Jurnalis di Jakarta dan 20 Anggota Keluarganya yang Positif Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Hana Puspita, seorang jurnalis, dinyatakan positif corona. Sebelumnya, hasil tiga kali pemeriksaan rapid testnya menunjukkan non-reaktif. Kini, ia tengah menjalani isolasi di RSUD Tarakan, Jakarta lebih dari dua minggu.

Di tengah masa perawatan itu, ia harus merelakan kepergian ayahnya yang meninggal karena COVID-19. Selain itu, sebanyak 20 anggota keluarga besarnya juga positif corona, termasuk suami dan anaknya. 

Cerita perjuangan Hana dalam menghadapi corona itu ia bagikan melalui akun Instagramnya. Media telah meminta izin untuk mengutip tulisannya. 

Hana mengatakan, ia mengalami gejala corona seperti batuk-batuk sejak 28 Juli 2020. Sehari sebelumnya, suaminya mengeluh meriang. Hingga kemudian, ia memijit suaminya. 

"Hari ketiga (29 Juli), memutuskan untuk rapid karena takut jangan-jangan corona. Besoknya keluar hasil non-reaaktif. Sudah agak lega," tulis Hana. 

Pada 31 Juli, Hana masih merasakan demam. Bahkan batuknya juga makin menjadi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan darah. Hasilnya menunjukkan negatif Demam Berdarah dan tipes. 

"Besoknya (1 Agustus), demam makin tinggi, batuk makin intens sampai muntah akhirnya ke IGD RS. Rapid kedua kali di RS hasilnya masih non-reaktif padahal lagi demam tinggi," tambahnya. 

Karena kondisi batuknya yang tak kunjung reda, akhirnya dokter memutuskan untuk memeriksa paru-paru Hana. Hasil roentgen menunjukkan, ada bercak-bercak putih di paru-paru sehingga Hana dinyatakan sebagai suspect COVID-19. 

Dokter menyarankan agar Hana melakukan rawat inap di ruang isolasi. Setelah menanyakan biaya rawat inap, ia memutuskan untuk pulang ke rumah. 

"Besoknya (2 Agustus) ke puskesmas untuk swab, besoknya (3 Agustus) balik ke puskesmas untuk cek darah karena masih demam tinggi. Sekali lagi hasilnya masih non reaktif," ujarnya. 

Karena tak kunjung sembuh, Hana kemudian dirujuk ke sebuah RSUD di Jakarta Pusat. Ia kemudian langsung dirawat di ruangan ICU tinggal bersama dengan lebih dari 10 pasien dengan kondisi kritis. 

"Di situ aku demam sampai 40 derajat, batuk parah, sampai sesak napas. Akhirnya dibantu selang oksigen. Hari berikutnya (4 Agustus), alhamdulilah bisa dipindah ke ruang rawat di bangsal suspect COVID-19, kondisi masih demam tinggi dan dibantu selang oksigen," tambahnya. 

Hari-hari berikutnya, ia mengatakan kondisinya semakin baik. Akan tetapi, hasil tes swab pada 2 Agustus menunjukkan ia positif corona. 

"Di situ mulai afirmasi positif dan semangat untuk sembuh jauhkan pikiran dari segalanya demi bisa sembuh," ungkap Hana. 

Ia mengatakan, di hari keempat dirawat di rumah sakit itu atau pada 8 Agustus, ayahnya meninggal karena corona. Keluarga tak memberitahukan kabar itu untuk menjaga kondisi Hana. Ia mengetahui kepergian ayahnya melalui perasaannya pada 12 Agustus. 

"Hanya bisa liat jenazah almarhum papa yang difoto dokter. Gak nyangka papaku mengalami protokol pemakaman covid. Sendirian di ruang isolasi, pengin peluk suami dan anak-anak tapi enggak bisa. Hana bisa sujud dan tangis tanpa henti," kenangnya.

"Hari berikutnya seluruh keluarga besar diswab dan hasilnya semua positif. Hampir 20 orang. Termasuk mama, suami, dan anak," jelas Hana.

Hana dan keluarganya tinggal di rumah yang saling berdekatan. Atas hasil tes itu, ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. 

"Kok bisa? Karena kami beberapa keluarga tapi rumah berdekatan di inner circle yang sama," tambah Hana. 

"Alhamdulilah saat ini meski dirawat,  kondisiku makin membaik, keluarga juga alhamdulilah bisa isolasi mandiri di rumah," pungkasnya.

Related

News 8356078480175885435

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item