Risma Klaim Surabaya Sudah Zona Hijau, Pakar: Klaim Itu Tidak Valid

Naviri Magazine - Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo mengatakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak valid menyebut Surabaya sudah berstatus zona hijau virus corona (Covid-19).

Menurut Windhu, apa yang diungkapkan Risma tersebut tak sesuai dengan data milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyebut Surabaya masih zona merah Covid-19.

"Bu Risma itu kan kita enggak tahu beliau dapat datanya dari mana, karena ketika beliau bilang bahwa itu data dari Kemenkes, Kemenkes sendiri datanya (Kota Surabaya) masih merah. Yang dikatakan Bu Risma tidak valid," kata Windhu, saat dikonfirmasi.

Windhu mengatakan sitem zonasi risiko penyebaran virus corona sudah dibuat oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 setiap pekan. Ia menyebut Surabaya tak pernah sekalipun mengalami perubahan status zona risiko sejauh ini.

Menurutnya, sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama kali Mei 2020 lalu, Kota Surabaya sudah berstatus zona merah. Sejak saat itu Kota Pahlawan tak pernah berubah warna.

"Surabaya rnggak pernah tidak merah, merah terus sampai sekarang. Itu yang ditetapkan Satgas Penanganan Covid-19 pusat, berdasarkan 15 kriteria," ujarnya.

Angka reproduksi efektif penularan corona (Rt) di Surabaya sendiri, kata Windhu, juga fluktuatif dan tak stabil. Ia menyebut Kota Surabaya pernah mencapai Rt di bawah angka 1, namun hal itu hanya bertahan beberapa hari.

"Dari data epidemiologi sendiri ya masih merah, kalau menyebut Rt sudah hijau, di bawah satu, lah di bawah satunya masih empat hari," katanya.

"Dikatakan aman terkendali kalau Rt sudah di bawah 1, selama 14 hari berturut-turut harus konsisten. Surabaya masih fluktuatif, kadang di bawah 1, kadang di atas 1, naik lagi," ujar Windhu menambahkan.

Tak hanya itu, Windhu mengatakan angka kematian atau case fatality rate (CFR) Kota Surabaya juga kembali meningkat menyentuh angka 8,9 persen. Padahal sebelumnya pernah menyentuh angka 7,8 persen.

"CFR di Surabaya masih tinggi 8,9 persen, dua kali lipat dari CFR nasional, jadi masih buruk itu. Itu menunjukkan masih banyak penularan dari atas turun ke bawah, sehingga membuat kematian masih terus tinggi," katanya.

Windhu menyebut saat ini Rt di Surabaya sebsar 0,8. Angka tersebut, kata Windhu harus dipertahankan selama 14 hari berturut-turut untuk memastikan bahwa penularan corona di Kota Surabaya mulai bisa ditekan.

"Saat ini 0,8 tapi masih empat hari, belum bisa aman. Harus konsisten 14 hari berturut-turut," ujarnya.

Kendati demikian, Windhu berharap Risma menyampaikan kepada publik secara detail jika memiliki data sendiri terkait penanganan pandemi virus corona di Kota Pahlawan itu.

"Jangan-jangan bu Risma punya data yang tersembunyi, artinya perlu diungkapkan, dan ditunjukkan oleh dinas kesehatan supaya bisa diketahui mana yang hijau," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan Surabaya sudah zona hijau Covid-19, pada akhir pekan lalu. Merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Risma menyebut tingkat penularan corona Surabaya sudah menurun dengan kesembuhan yang kian meningkat.

"Di mana kondisi Surabaya sudah [zona] hijau yang artinya penularannya kita sudah rendah. Lalu yang sembuh sudah banyak," kata Risma mengutip siaran pers resmi Pemkot Surabaya, Sabtu (1/8).

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa penentuan status zona bukan kewenangan pemerintah daerah.

Fakta per Selasa, Kota Surabaya masih berstatus zona merah berdasarkan laman infocovid19.jatimprov.go.id.

Namun, Pemkot Surabaya bersikukuh Kota Pahlawan telah berstatus zona hijau penularan virus corona meskipun hal itu sudah dibantah lewat fakta di web resmi pemerintah.

"Silakan yang menilai seperti apa, yang jelas kita warnanya sudah hijau," kata Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto saat dikonfirmasi.