Usai Ledakan di Beirut, PBB Peringatkan Ancaman Krisis Kemanusiaan di Lebanon
https://www.naviri.org/2020/08/usai-ledakan-di-beirut-pbb-peringatkan.html
Naviri Magazine - Sejumlah agensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan ancaman krisis kemanusiaan di Lebanon usai ledakan besar melanda ibu kota negara tersebut pada Selasa 4 Agustus.
Lebanon sudah dilanda masalah perekonomian sebelum terjadinya ledakan, yang telah menewaskan sedikitnya 154 orang, melukai sekitar 5.000, dan membuat 300 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Program Makanan Dunia (WFP) mengatakan, kerusakan area pelabuhan Beirut akibat ledakan dapat mengganggu pasokan penyaluran makanan yang otomatis membuat harganya di pasaran melonjak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, sistem kesehatan di Lebanon mengalami kerusakan serius, dengan tiga rumah sakit sudah tidak beroperasi lagi usai ledakan.
Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aoun menolak seruan investigasi internasional mengenai ledakan di Beirut. Ia mengatakan otoritas setempat akan menyelidiki apakah ledakan itu dipicu "intervensi eksternal," semisal adanya keterlibatan penggunaan bom.
Pemimpin organisasi Hizbullah, Hassan Nasrallah, juga membantah tudingan bahwa pihaknya telah menyimpan senjata atau amunisi di area pelabuhan Beirut.
Pemerintah Lebanon mengatakan, tragedi di Beirut diakibatkan ledakan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di area pelabuhan selama enam tahun. Keputusan menyimpan bahan kimia tersebut memicu kemarahan masyarakat Lebanon, yang sejak lama menuding jajaran elite politik melakukan korupsi dan mismanajemen.
Sebelum ledakan di Beirut pada Selasa lalu, 75 persen warga Lebanon membutuhkan bantuan, 33 persen kehilangan pekerjaan, dan satu juta lainnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Juru bicara WFP Elisabeth Byrs mengatakan kepada awak media di Jenewa bahwa pihaknya khawatir kerusakan parah di Pelabuhan Beirut dapat mengganggu aliran penyaluran makanan. WFP telah mengirim 5.000 paket makanan yang dinilai cukup untuk kebutuhan korban terdampak selama sebulan.
Banyak negara telah menawarkan bantuan ke Lebanon. Jumat kemarin, Amerika Serikat berencana mengirim bantuan makanan dan obat-obatan senilai USD15 juta atau setara Rp220 miliar.