Ekonom Indef: Resesi di Indonesia Bisa Lebih Parah dari Negara-negara Lain

Ekonom Indef: Resesi di Indonesia Bisa Lebih Parah dari Negara-negara Lain, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Indonesia diprediksi akan mengalami resesi tahun ini. Perekonomian di kuartal III 2020 juga dinilai belum pulih dan akan kembali terkontraksi alias minus. 

Resesi sendiri sebenarnya sudah terjadi di berbagai negara lain sebagai dampak pandemi COVID-19. Namun, resesi di Indonesia diprediksi akan lebih parah dari negara lain. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ariyo DP Irhamna mengatakan, resesi di Indonesia bisa lebih parah karena pemerintah tidak serius menangani kasus COVID-19. Hal ini bisa dilihat dari masih tingginya kasus positif COVID-19.

"Resesi di Indonesia akan sangat parah. Kenapa? Karena pemerintah tidak fokus dengan serius mengangani COVID-19, tapi lebih serius dan lebih fokus untuk mengatasi dampak COVID-19, yaitu ekonomi," kata Ariyo dalam webinar Indef. 

Ariyo menjelaskan, hal ini dibuktikan dengan anggaran untuk kesehatan yang hanya Rp 87,5 triliun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021. Ini bahkan lebih kecil dari anggaran lain, seperti sektoral Rp 106,1 triliun hingga insentif usaha Rp 120,6 triliun. 

Tahun depan, pemerintah juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp 356,5 triliun sebagai lanjutan program PEN. Anggaran untuk penanganan kesehatan dalam program tersebut hanya Rp 25,4 triliun, lebih rendah dari anggaran sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah sebesar Rp 136,7 triliun.

Anggaran sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah ditujukan untuk peningkatan pariwisata, ketahanan pangan dan perikanan, kawasan industri, pinjaman ke daerah, serta antisipasi pemulihan ekonomi. 

"Kita harusnya fokus pada mengatasi COVID-19, karena itu menjadi akar masalahnya. Tadi disebutkan misalnya meningkatkan kapasitas faskes, rumah sakit, puskesmas, tenaga medis, karena jumlah masyarakat yang terjangkit COVID-19 meningkat, jadi penanganannya harus meningkat. Dan konteks tracing dan testing harus ditingkatkan," jelasnya. 

Sebagai perbandingan, Thailand sebagai salah satu negara yang mengalami resesi teknik, justru dianggap sebagai negara paling aman untuk COVID-19 berdasarkan rilis World Economic Forum (WEF). 

“Tapi pemerintah Thailand bilang, meskipun mereka dianggap aman, mereka masih belum mau buka pariwisatanya, turis asing juga belum boleh masuk. Penanganan kasus COVID-19 mereka perketat. Di kita seperti apa?” tambahnya. 

Ekonomi Thailand tercatat minus 12,2 persen (qtq) di kuartal II 2020. Sebelumnya di kuartal I 2020, ekonomi Thailand juga minus 2 persen (qtq). Penurunan ekonomi tersebut merupakan yang terbesar dalam 22 tahun atau sejak krisis 1998.

Related

News 3325937099036702901

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item