Kini Rupiah dan Dolar Punya Kesamaan: Sama-sama Babak Belur

Kini Rupiah dan Dolar Punya Kesamaan: Sama-sama Babak Belur, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pekan ini dolar AS cenderung menguat. Dolar sejatinya berada dalam tren pelemahan sejak Mei. Namun hal tersebut tak lantas membuat mayoritas mata uang RI menguat.

Boro-boro menguat, rupiah justru ambles 0,86% sepekan terakhir terhadap dolar AS. Rupiah hampir menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk setelah Baht Thailand yang melemah 0,9% terhadap dolar AS.

Posisi indeks dolar memang masih berada di level terendahnya lebih dari dua tahun. Meskipun begitu, nilai tukar rupiah justru terus terdepresiasi. Pada perdagangan pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah ditutup di Rp 14.740/US$.

Indeks dolar menguat sepekan ini karena rilis data ketenagakerjaan AS yang ciamik. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka penciptaan lapangan kerja naik 1,7 juta di bulan Agustus dan tingkat pengangguran turun menjadi 8,2%.

Dalam kurun waktu 3 hari terakhir, total pelemahan rupiah sebesar 1,37%. Buruknya kinerja mata uang Tanah Air tak terlepas dari sentimen negatif seputar amandemen Undang-Undang Bank Indonesia (BI).

Dalam revisi ini akan ada banyak beberapa pasal yang dihapus dan juga ditambahkan. Salah satu yang disoroti oleh pelaku pasar adalah adanya dewan moneter yang diketuai Menteri Keuangan, yang nantinya akan ikut dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), bahkan juga memiliki hak suara dalam menentukan kebijakan BI.

Hal tersebut dikhawatirkan akan menghilangkan independensi BI. Kebijakan ini dinilai tidak lazim oleh Kepala Ekonom Asean di Nomura, Euben Paracuelles. Kebijakan ini juga tidak sejalan dengan best practice kebanksentralan global.

"Investor mungkin melihat tersebut sebagai masalah besar, yang dapat memicu capital outflow, yang pada akhirnya menekan nilai tukar rupiah," katanya dalam program "Squawk Box Asia" di CNBC International.

Di sisi lain investor juga mencermati adanya skema burden sharing antara pemerintah dengan BI. "Burden sharing" merupakan program dimana BI akan membeli obligasi pemerintah tanpa bunga alias zero coupon.

Program tersebut sudah dilakukan mulai awal Juli lalu. Ada kemungkinan program ini akan berlanjut hingga tahun 2022. Kecemasan yang beredar di pasar adalah skema ini bisa menyebabkan pasokan uang beredar meningkat dan memicu inflasi.

Kenaikan inflasi yang tinggi tentunya membuat imbal hasil investasi riil menjadi berkurang yang pada akhirnya juga menurunkan minat berinvestasi di dalam negeri. Inilah yang menjadi faktor pemicu rupiah pada akhirnya dilibas dolar AS pekan ini.

Meskipun rupiah tetap kalah dengan dolar AS, tetapi keduanya punya kesamaan yaitu sama-sama babak belur.

Related

News 2545186839064568941

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item