Pentagon Papers, Terungkapnya Kebohongan Amerika Serikat di Vietnam (Bagian 2)

Pentagon Papers, Terungkapnya Kebohongan Amerika Serikat di Vietnam

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Pentagon Papers, Terungkapnya Kebohongan Amerika Serikat di Vietnam - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

New York Times lebih lanjut menguak kebohongan Presiden Lyndon B. Johnson kepada publik dan Kongres Amerika Serikat dengan alasan “kepentingan nasional dan signifikansi” Perang Vietnam. 

Laporan lainnya menyebut Presiden Kennedy berperan aktif dalam penggulingan dan pembunuhan Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem, pada 1963. 

New York Times juga mengungkapkan bahwa operasi bombardir oleh militer Amerika Serikat di Vietnam Utara tak mampu membuat pejuang Vietcong mundur. Meski begitu, pemerintah malah mengatakan kepada rakyat Amerika bahwa operasi itu berhasil.

Lavender Hill Mob bergerak

Keesokan harinya, setelah artikel kedua terbit, New York Times menerima telegram dari Jaksa Agung, John N. Mitchell. Jaksa agung AS meminta penerbitan artikel-artikel tentang Pentagon Papers selanjutnya dihentikan. "Publikasi lebih lanjut dari dokumen ini akan menyebabkan kerugian terhadap kepentingan pertahanan Amerika Serikat,” tulis Jaksa Agung Mitchell dalam telegramnya.

New York Times menolak, dan pemerintah federal menggugat pembocoran dokumen-dokumen itu. Seorang hakim federal kemudian mengeluarkan perintah penghentian penerbitan sementara artikel-artikel tentang Pentagon Papers. New York Times terpaksa memenuhinya. Di saat New York Times tak berkutik, Alperovitz dan kawan-kawannya mulai bergerilya mendekati media-media lain.

Kepada jurnalis Eric Lichtblau, Ellsberg mengisahkan bahwa peran kelompok Alperovitz, yang dinamai Lavender Hill Mob—dari sebuah film keluaran 1951 tentang sekelompok perampok bank amatir—ini sangat penting, karena merekalah yang mengatur dan mendistribusikan salinan Pentagon Papers ke banyak media. 

Alperovitz juga menjadi perantara pertemuan Ellsberg dengan Ben H. Bagdikian, wartawan The Washington Post.

Washington Post adalah koran kedua yang mendapat salinan Pentagon Papers dan kemudian menerbitkannya. Sama halnya dengan New York Times, Editor Eksekutif Washington Post, Ben Bradlee, juga ditelepon Kejaksaan Agung Amerika Serikat. Ia diminta menghentikan pemberitaan Pentagon Papers dan menyerahkan salinannya—permintaan basi yang langsung ditolak Bradlee.

Washington Post dan New York Times kemudian bertarung melawan sensor pemerintah lewat Mahkamah Agung. Pada 26 Juni 1971, Mahkamah Agung mulai menggelar sidang atas kasus ini. Selama persidangan berjalan, The Lavender Hill Mob mengirim salinan Pentagon Papers ke lebih dari selusin koran.

Ellsberg memberikan rekomendasi koran yang harus disasar untuk menerbitkan Pentagon Papers, mulai dari Boston Globe, St. Louis Post-Dispatch, Los Angeles Times, Christian Science Monitor, dan Detroit Free Press. Tugas Alperovitz adalah menelepon redaksi masing-masing koran itu.

Eric Lichtblau menulis, “Alperovitz memperkenalkan dirinya sebagai Mr. Boston—nama samaran yang dimunculkan dalam liputan Washington Post—dan kemudian menawarkan untuk berbagi sejumlah dokumen.” Tugas mengantarkan salinan ke redaksi dilakukan oleh para mahasiswa anti-perang yang ia ajak bekerja sama.

“Masa perang” terhadap sensor itu akhirnya berakhir pada 30 Juni. Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan bahwa pemerintah tidak dapat memaksakan "pengekangan" pada surat kabar dan memblokir publikasi Pentagon Papers. Ini dianggap sebagai salah satu keputusan paling penting yang mendukung kebebasan pers berdasarkan Amandemen Pertama.

"Pers ada untuk melayani warga, bukan pemerintah. Kekuatan pemerintah untuk menyensor pers dihapuskan, sehingga pers selamanya tetap bebas mengkritik pemerintah. [...] dan yang terpenting tanggung jawab pers yang bebas adalah mencegah pemerintah menipu warganya sendiri dan mengirim mereka ke tanah seberang untuk mati karena demam dan perang,” kata Hakim Hugo L. Black, salah satu hakim dalam perkara itu, sebagaimana dikutip Floyd Abrams dalam “The Pentagon Papers, A Decade Later”.

Menurut Abrams, penerbitan Pentagon Papers, baik atau buruk, adalah awal dari periode baru dari pers yang militan. “Sejak itu, wartawan melihat fungsi mereka sebagai pengungkap ketidakberesan, alih-alih corong pemerintah,” tulisnya.

Namun di balik itu, ada pula kecenderungan lain. Pengungkapan Pentagon Papers membuat media semakin getol memproduksi artikel-artikel investigasi, dan menyebabkan naiknya pemberitaan dengan sumber anonim.

Related

History 1501116015605490370

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item