Georg Eberhard Rumpf, Ilmuwan Buta dari Ambon yang Legendaris (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Georg Eberhard Rumpf, Ilmuwan Buta dari Ambon yang Legendaris - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dalam hal penyampaian, ia peka terhadap rincian dan relatif terampil berbahasa. Berikut deskripsi Rumphius tentang layar baksi atau holothuria, semacam ubur-ubur: 

“Badannya tembus pandang seperti botol kristal berisi zat hijau-biru. Layar-layarnya putih bagaikan kristal, sedangkan tepi atasnya merah padam atau ungu tua … Pada satu sisi, kalau tak salah ingat bagian kanan, dan di sekitarnya tergantunglah sejumlah benang tipis. Warnanya molek, biru bercampur hijau remang-remang. Benang-benang itu sangat rapuh, sehingga mudah sekali pecah dan melekat pada alat yang kita pakai untuk menyentuhnya.”

“Ia adalah etnografer sekaligus biolog, munsyi sekaligus ilmuwan,” tulis Mikanowski tentang Rumphius. Namun, bakat dan keterampilan yang luar biasa itu mendapat lawan sepadan: nasib buruk.

Pada 1670, ketika berumur 43 tahun dan kerjanya belum apa-apa, kedua mata Rumphius buta karena penyakit staar alias glaukoma. Saat itu belum ada dokter-dokter yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut, tetapi Rumphius tak patah arang. 

Ia pindah ke Ambon dan meneruskan karyanya dengan bantuan Susanna. Salah seorang anaknya, Paulus Augustus, ia latih untuk mencatat apa-apa yang ia diktekan serta menggambarkan spesimen-spesimen yang telah mereka kumpulkan.

Tanpa penglihatan, Rumphius mengandalkan indera-inderanya yang lain buat memahami dan menggambarkan temuannya. Ia menyentuh, mencecap, dan menghidu aroma spesimen-spesimennya dengan perhatian lebih, dan upaya itu melengkapi ingatannya yang kuat atas warna, dan keterampilannya menciptakan perumpamaan visual. 

Ia pernah menulis tentang ketam-ketam kecil yang “berkeliaran seperti busa di permukaan laut” dan umang-umang yang “meninggalkan zirah lama mereka buat kuintip.”

Kata Dick Hartoko, Rumphius punya julukan yang ciamik: “Orang buta berpandangan jauh.”

Pada 17 Februari 1674, Rumphius, Susanna, dan putri mereka berjalan-jalan ke pecinan kota Ambon untuk menyaksikan perayaan Imlek. Susanna dan putrinya mampir ke sebuah toko, sementara Rumphius tinggal di luar. Lalu terjadilah gempa besar, 2.322 penduduk Ambon meninggal dunia.

“Pilu betul rasanya menyaksikan pria itu meratapi gempa dan kebutaaannya di samping mayat istri dan anaknya,” ujar seorang saksi mata, yang dikutip Mikanowski. Namun, Rumphius agaknya tak dilahirkan buat kalah. Kematian Susanna dan putri mereka mungkin menghancurkan pria itu, tetapi jelas tak mengalahkannya.

Selain melanjutkan penelitian dan penulisan herbariumnya, pada tahun-tahun itu Rumphius berhasil merampungkan manuskrip tentang sejarah dan geografi Pulau Ambon. 

Naskah itu, sayangnya, tak kunjung diterbitkan karena VOC, menurut Dick, khawatir “apakah dalam buku Rumphius itu terdapat sesuatu yang dapat menjatuhkan nama dan gengsi VOC, apalagi memberikan petunjuk kepada para musuh untuk menyaingi maskapai dagang Belanda itu dan mengurangi labanya” sampai suatu ketika “pendeta Valentijn, seorang yang menamakan diri sahabat Rumphius, mempergunakan isi buku itu lalu menerbitkannya atas namanya sendiri.”

Berselang 13 tahun dari kematian Susanna, Rumphius tertimpa bencana lagi. Pemukiman orang Belanda di kota Ambon dilanda kebakaran hebat. Rumah Rumphius terbakar dan perpustakaannya musnah. Gambar-gambar yang akan melengkapi Kitab Jamu-jamuan, manuskrip tentang kerang-kerang dan siput-siput (calon buku Kotak Keajaiban), dan koleksi spesimennya terbakar habis. Yang selamat hanya naskah Kitab Jamu-jamuan.

Pelan-pelan, dengan bantuan juru tulis dan juru gambar yang digaji VOC, Rumphius mengerjakan ulang naskah-naskahnya yang terbakar. 

Pada akhir 1690, manuskrip herbarium selesai. Bagian pertamanya yang terdiri dari enam jilid, ia kirimkan ke Betawi buat disalin, sebab pada masa itu pelayaran ke Eropa berisiko besar—dan benar, pada 1692, kapal yang hendak mengantarkan naskah itu ke Belanda ditenggelamkan angkatan laut Prancis.

Setelah beberapa kali pengiriman, baru pada 1697 naskah Kitab Jamu-jamuan terkumpul lengkap di Belanda. Apakah VOC segera menerbitkannya? Tidak. 

Sebagaimana naskah Rumphius tentang sejarah dan geografi Pulau Ambon, manuskrip itu cuma tersimpan di gudang arsip karena pertimbangan “keamanan” (menurut Dick Hartoko) dan biaya (menurut Veldkamp). Untuk mencetak 500 eksemplar saja, perlu biaya sebesar 100 guilder—setara 20 ribu Euro hari ini.

Rumphius menyelesaikan karya besarnya yang kedua, Kotak Keajaiban, pada 1699. Belajar dari kesalahannya, ia tak mengirimkan naskah itu kepada petinggi VOC, tetapi menyelundupkannya kepada walikota Delft, Hendrik d'Acquet, pada 1701. Sebagian ilustrasi untuk naskah itu dikerjakan oleh Maria Sybille Merian. 

Menurut Veldkamp, jika Rumphius ialah penemu zoologi dan botani di Kepulauan Maluku, Merian punya posisi serupa di Suriname.

Kotak Keajaiban lebih beruntung ketimbang Kitab Jamu-jamuan. Walaupun kelar belakangan, buku itu terbit 36 tahun lebih dulu. Sayang, bagi Rumphius, perbedaan waktu yang besar itu tak ada artinya. Ia telah meninggal dunia pada 1702, dalam usia 74 tahun, tanpa pernah melihat dan menyentuh buku-buku hasil kerja seumur hidupnya.

Tetapi, betapa pun sukarnya, Rumphius berhasil menyelesaikan karya-karyanya. Ia menang dan nasib buruk "bertingkah" seperti pecundang yang tak kenal malu: sebuah monumen untuk mengenang Rumphius didirikan di Ambon, lalu serombongan tentara Inggris membongkarnya karena mereka mengira di bawahnya ada emas terpendam. 

Gubernur Jenderal van der Capellen mendirikan monumen baru pada 1824, dan Pasukan Sekutu membomnya pada 1944. Adapun rumah peninggalan Rumphius di Ambon juga terbakar habis pada awal abad ke-20.

Nasib buruk tak tahu bahwa monumen terbaik yang mengingatkan kita kepada Rumphius mustahil dihancurkan: dari buku-bukunya, kita mengembangkan ilmu pengetahuan; dari kehidupannya, kita mendapat teladan tentang keberanian. 

Related

Science 6750098537831143524

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item