Kenali dan Waspadai, Ini Ciri-ciri Orang yang Kecanduan Nonton Sinetron


Naviri Magazine - Sinetron punya banyak penggemar meski sering dicap sebagai tayangan "murahan", terlalu dramatis, dan kadang adegannya tidak logis. Salah satu alasannya, sinetron menawarkan kesempatan bagi seseorang yang setiap hari terjebak rutinitas monoton, untuk mendapatkan cerita kehidupan lain sebagai pelarian atau cara istirahat sejenak. 

Akhirnya, anak-anak dan orang dewasa bisa menghabiskan waktu berjam-jam agar tidak ketinggalan jalan cerita sinetron kesukaannya. 

Wajarkah seseorang sampai kecanduan sinetron, atau dalam istilah Barat disebut "opera sabun"? 

Persoalan kecanduan TV ini sebenarnya sudah didiskusikan sejak tahun 1970-an. Tapi, saat itu penelitian tentang kecanduan TV masih terbatas. Dan, para orang tua, pendidik, hingga jurnalis bisa menerima tentang konsep "kecanduan" tersebut lantaran menonton TV lebih umum di kalangan anak-anak. 

Meski studi tersebut dibatasi pada anak-anak, namun ternyata banyak pula orang dewasa yang menggunakan TV secara berlebihan. 

Dilansir laman VeryWellMind, data yang termuat dalam "The Common Sense Census: Media Use by Tweens and Teens" menyebutkan, rata-rata remaja menghabiskan 7 jam 22 menit untuk nonton TV. Itu tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk bersekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah. 

Sementara itu, dalam jurnal Pediatrics yang diterbitkan American Academy of Pediatrics (AAP) pada 2001 tentang anak-anak, remaja, televisi, disebutkan, menonton TV yang berlebih dapat meningkatkan risiko perilaku agresif, bentuk tubuh yang buruk, obesitas, hingga penurunan kinerja di sekolah. 

Dari situ disarankan, anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun tidak boleh sama sekali melihat tayangan TV. Sementara saat mereka sudah dua tahun ke atas, menonton TV hanya dibatasi dua jam per hari. 

Namun, pada 2016, pedoman tersebut berubah menjadi satu jam untuk anak-anak usia 2-5 tahun. Sementara untuk usia 6 tahun ke atas, dibatasi sesuai kebijakan orang tua dengan menerapkan pengawasan agar anak-anak tidak salah memahami media yang disaksikan. 

Saat ini remaja hingga orang dewasa melirik pula tayangan di media digital seperti Youtube dan Netflix. Riset Commons Sense Media menemukan, sebagian besar waktu para remaja ini habis untuk nonton TV dan video streaming secara berlebihan. Setelah menyaksikan tayangan acara, sebagian mereka juga menghabiskan waktu dengan main game dan sosial media. 

Sementara itu, ada beberapa gejala ketika seseorang diduga mengalami kecanduan TV, yaitu: 

1. Orang yang kecanduan televisi menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton tayangan. 

2. Mereka menonton TV lebih lama atau lebih sering dari yang mereka inginkan. 

3. Mereka berulang kali gagal berupaya untuk menghentikan diri untuk lepas dari tontonan TV. 

4. Mereka menarik diri atau tidak menghiraukan kegiatan sosial, keluarga, atau pekerjaan yang penting demi menonton televisi. 

5. Mereka mengalami gejala ketidaknyamanan.

Related

Entertaintment 2421170061046636825

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item