Kisah 7 Prajurit dengan Kematian Paling Heroik Sepanjang Masa (Bagian 1)


Naviri Magazine - Sejak zaman kuno, pasukan atau prajurit telah dibentuk, dan tugasnya tak jauh berbeda dengan prajurit zaman sekarang. Yaitu sebagai pengawal negara atau kerajaan, serta pelindung raja atau semacamnya. Dalam perjalanan hidup mereka, para prajurit itu pun sering kali berperang dengan musuh.

Berikut ini adalah kisah tujuh orang prajurit yang tewas dengan cara heroik, karena mementingkan keselamatan anak buahnya, atau karena mengabdikan hidup dan nyawa demi bangsanya.

Agis (338 SM)

Pada tahun 338 SM, Agis menggantikan posisi ayahnya sebagai raja. Saat itu Alexander Agung sedang berperang dengan Kaisar Darius III. Untuk melawannya, Agis lalu membangun balatentara dan mulai memobilisasi prajuritnya ke Athena, Yunani.

Alexander lalu mengirimkan beberapa jendral terbaiknya beserta 40.000 prajurit untuk menahan laju para Spartans itu. Di sebuah medan pertempuran, tepatnya di luar kota Megalopolis, dua kubu itu lalu bertemu dan menjadikannya salah satu peperangan terbesar sepanjang sejarah Yunani.

Walaupun tak sebanding, hampir 2 lawan 1, Agis pantang mundur. Ia terus maju menghajar semua orang yang ada di depan, sebelum akhirnya ia mendapat luka parah di sekujur dada, kepala dan kaki.

Karena dikira pemimpinnya telah mati, beberapa pengawal Agis kemudian mengevakuasi tubuhnya ke pinggir daerah pertempuran. Tapi ternyata Agis masih mempunyai sedikit kekuatan, dan ia bangung lalu melihat sekelilingnya. Dia berpikir tak akan membiarkan dirinya terbaring sementara prajuritnya berjuang melawan musuh. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk mundur, sementara ia menahan laju serangan musuh, sendirian.

Hampir tak bisa berdiri dan berlumuran darah, Agis menggunakan sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Ia lalu mengambil pedang dan perisai miliknya, dan maju kembali menahan serangan musuh. 

Para Macedonians lalu mundur perlahan-lahan, menyadari tak ada orang yang berani mendekatinya. Salah satu jenderal memerintahkan anak buahnya untuk melempar sebuah tombak, dan tak disangka tombak itu tepat mengenai badan agis, dan dia tewas seketika.

Pengorbanan pun Agis tak sia-sia, sebagian prajuritnya yang bertahan berhasil mundur dengan selamat.

Sempronius Densus (69 SM)

Densus adalah seorang veteran perang yang kemudian menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar Galba. Satu hal yang perlu dicatat, Densus tidak mengetahui seluk beluk sang kaisar secara penuh. Yang dia tahu bahwa profesinya adalah untuk menjaga kaisar dari berbagai bentuk serangan dengan cara apapun.

Saat itu sedang terjadi pemberontakan di kerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, dan semboyan mereka "Kaisar Galba Harus Mati!"

Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis, berjalan menuju istana. Mencium sesuatu yang tak beres, ia lalu mencoba menghalau kerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka semua untuk mundur.

Menyadari kalau kerumunan orang itu tak akan takut karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio; pisau yang panjangnya tak lebih dari setengah pedang prajurit Romawi), dan berteriak sekali lagi memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu tetap maju dan Densus tak ada pilihan lain.

Hampir terkepung, Densus melawan seluruh tentara itu sendirian. Dengan pengalamannya sebagai veteran perang, dia membabat habis semua orang yang tetap berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari salah satu pemberontak mengenai kakinya, dan membuat dia terjatuh, lalu dikeroyokhingga tewas. 

Apes bagi Galba, saat bersiap untuk melarikan diri, sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan. Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas dikeroyok juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong, lalu diarak keliling kota.

Dian Wei (197 M)

Di zaman Dinasti Wei, Dian adalah salah satu perwira prajurit yang punya reputasi terbaik, dan Cao-Cao tertarik lalu menjadikan dia sebagai salah satu pengawal pribadinya.

Pada saat pertempuran Wancheng tahun 197 M, Dian berhasil menghabisi pasukan musuh di suatu pertempuran. Rupanya hal itu membuat para penguasa daerah sekitar marah. Mereka lalu merencanakan serangan mendadak ke kamp milik Cao Cao. 

Saat segerombolan pasukan siap melancarkan serangan, mereka menemukan Dian Wei dan beberapa prajurit sudah menghadang di depan gerbang, lengkap dengan sepasang kapak besar di tangan.

Pertarungan pun terjadi. Dian dengan kapaknya menebas semua orang yang ada di depannya. Sekitar puluhan orang mati. Merasa belum puas, ia lalu melepaskan kapaknya dan dengan tangan kosong menggunakan mayat musuh sebagai senjata. Melempar dan menghajar habis-habisan tanpa ampun.

Namun karena kalah jumlah, prajurit yang membantu Dian mulai gugur satu per satu. Dian pun terluka parah akibat serangan musuh. Dia sempat menghajar beberapa orang sampai mati sebelum dia sendiri akhirnya tewas karena kehabisan darah. Memastikan bahwa dia telah mati, pasukan musuh lalu memenggal kepalanya.

Kematian Dian Wei tidak sia-sia, Cao Cao berhasil kabur dan memutuskan untuk berperang kemudian hari. Dia lalu berhasil menguasai hampir seluruh Cina dengan tangannya sendiri, dan secara langsung mengakhiri zaman Tiga Dinasti.

Beberapa sejarawan mengatakan, setelah mendengar kematian Dian Wei, Cao Cao sangat merasa kehilangan. Ia lalu memerintahkan beberapa pesuruhnya untuk mencuri mayat Dian Wei supaya bisa dikubur dengan layak. 

Setiap kali Cao Cao melewati makamnya, dia selalu bersedih, mengingat jasanya. Cao Cao lalu mengangkat anak Dian Wei, yang bernama Dian Man, menjadi mayor komandan.
 
Vikings (1066)

Pada tahun 1066, sejumlah Viking memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melakukan invasi. Tapi mereka disergap oleh pasukan Inggris di tempat yang dikenal dengan Jembatan Stamford. Karena diserang tiba-tiba, mereka tak sempat melakukan persiapan, dan seluruh peralatan mereka masih tertinggal di kapal.

Kelompok Viking yang terserang terbagi dua, satu di sisi timur dan yang satu lagi di sisi barat jembatan. Setelah menghabisi kelompok yang berada di sisi timur, kelompok pasukan Inggris lalu memutuskan untuk menghabisi kelompok lainnya yang ada di sebelah barat.

Saat mereka mencoba menyeberangi jembatan, seorang Viking bertubuh besar lengkap dengan kapak di tangan telah berdiri, bersiap membunuh siapa saja yang mencoba melewatinya. Viking ini ternyata bukan prajurit sembarangan. Dengan kapak miliknya, ia bisa menghancurkan baju zirah, helm dan perisai.

Sabetan pedang pun tak membuatnya roboh, bahkan dia seperti tak merasakan sakit sama sekali! Puluhan prajurit Inggris pun tewas satu per satu, dan perlahan mereka kewalahan. Mereka tak bisa melewati jembatan selama Monster Viking itu berada di atasnya.

Baca lanjutannya: Kisah 7 Prajurit dengan Kematian Paling Heroik Sepanjang Masa (Bagian 2)

Related

History 1971833532031343046

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item