Sejarah Dinasti Rothschild: Dari Perebutan Palestina Sampai Revolusi Rusia

Naviri Magazine - Mempelajari sejarah Dinasti Rothschild benar-benar membuat takjub sekaligus geram. Takjub, karena menyaksikan betapa kelua...


Naviri Magazine - Mempelajari sejarah Dinasti Rothschild benar-benar membuat takjub sekaligus geram. Takjub, karena menyaksikan betapa keluarga ini benar-benar mampu mewujudkan apa pun yang mereka inginkan, dengan segala kekuasaan, kekayaan, dan pengaruh yang mereka miliki. 

Namun juga geram, karena Dinasti Rothschild melakukan segala cara, bahkan yang paling licik dan kotor sekali pun, untuk mewujudkan keinginan mereka. Kisah perebutan tanah Palestina, kekalahan Jerman di Perang Dunia, dan pecahnya revolusi di Rusia adalah beberapa contoh betapa mengerikannya mereka.

Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (Sejarah Dinasti Rothschild: Zionisme dan Awal Mula Pembentukan Israel). Disusun dalam bentuk kronologi, artikel ini didasarkan pada buku The History of Money Changers yang ditulis Andrew Hitchcock.

1899: 

Ditemukan cadangan emas dan diamond yang sangat besar di Afrika Selatan. Melalui agennya, Lord Alfred Milner dan Cecil Rhodes, Rothschild mengirim 400.000 pasukan Inggris untuk berperang di Afriks Selatan. Rothschild kemudian menjadi pemilik pertambangan emas dan diamond terbesar di dunia.

1902: 

Philippe de Rothschild lahir.

1905: 

Sekelompok Yahudi Zionis yang dipimpin Georgi Apollonovich Gapon mencoba menggulingkan Tsar Rusia lewat kudeta komunis. Mereka gagal dan terpaksa melarikan diri ke Jerman.

1906: 

Rothschild mengklaim bahwa karena ketidakstabilan regional dan meningkatnya kompetisi dari Rockefeller (keluarga Rockefeller adalah keturunan Rothschild lewat darah anak perempuannya), mereka menjual saham Caspian and Black Sea Petroleum Company kepada Royal Dutch dan Shell. Ini adalah contoh bagaimana cara Rothschild menyembunyikan kekayaan sebenarnya dari mereka.

1907: 

Anggota Rothschild, Jacob Schiff, dalam sebuah pidatonya kepada Departemen Perdagangan New York, berkata, atau lebih tepatnya, mengancam, “Kecuali kami mendapatkan hak pendirian Bank Sentral dengan kendali kredit yang kuat, bila tidak negara ini akan menjalani penderitaan dan kepanikan finansial terbesar dalam sejarah.”

1909: 

Jacob Schiff mendirikan National Advancement for the Asscociation of the Coloured People (NAACP). Mereka menghasut orang kulit hitam untuk melakukan kerusuhan dan kejahatan lainnya, untuk menciptakan pertengkaran antara komunitas orang kulit putih dan hitam.

1912: 

Pada 31 Maret, J.P. Morgan meninggal dunia. Kebanyakan orang mengira dia adalah orang terkaya di Amerika, tetapi di wasiatnya terungkap bahwa ternyata dia hanya memiliki 19% saham J.P. Morgan Company. Lalu 81% yang tersisa? Milik Rothschild.

1913: 

Pada 4 Maret, Woodrow Wilson terpilih menjadi Presiden ke-28 Amerika Serikat. Tak lama kemudian, dia dikunjungi seorang Yahudi Ashkenazi, Samuel Untermyer, dari sebuah firma hukum: Guggenheim, Untermyer, and Marshall, yang memeras dia $40.000 untuk tidak membocorkan rahasia perselingkuhannya dengan istri rekannya, saat dia masih seorang profesor di Universitas Princeton.

Woodrow Wilson tidak ada uang untuk membayar, jadi Untermyer secara sukarela membayarkan $40.000 itu kepada wanita selingkuhannya, namun dengan syarat dia akan menunjuk kandidat Jaksa Agung hanya berdasarkan rekomendasinya. Woodrow Wilson setuju.

Jacob Schiff mendirikan Anti Defamation League (ADL) di Amerika. Organisasi ini didirikan dengan tujuan memfitnah setiap orang yang mempertanyakan ataupun menentang konspirasi global Rothschild dengan menyebut mereka “anti-Semit.”
Pada tahun yang sama, bank sentral Amerika, Federal Reserve, yang merupakan sebuah perusahaan swasta, didirikan.

1914: 

Dimulainya Perang Dunia I. Rothschild Jerman membiayai Jerman, Rothschild Inggris membiayai Inggris, dan Rothschild Prancis membiayai Prancis.

Keluarga Rothschild juga mengontrol tiga agensi berita terbesar di Eropa: Wolff di Jerman, Reuters di Inggris, dan Havas di Prancis.

Sejak saat itu, keluarga Rothschild jarang diekspos di media, karena mereka sekarang adalah pemilik media.

1916: 

Pada 4 Juni, seorang Yahudi Ashkenazi, Louis Dembitz Brandeis diangkat sebagai Ketua Kejaksaan Amerika oleh Woodrow Wilson, yang bekerja atas instruksi dari Untermyer. Brandeis juga pimpinan Komite Eksekutif Zionis, posisi yang dia pegang sejak 1914.

Sebuah kejadian tak terduga terjadi. Pemerintahan Jerman, yang sebenarnya sedang di atas angin dalam perang, menawarkan gencatan senjata kepada Inggris. Rothschild, yang mulai cemas karena mereka tidak berharap perang berakhir demikian cepat, memulai rencana lain.

Agen Rothschild di Amerika, Louis Brandeis, berjanji kepada Inggris bahwa Amerika akan melibatkan diri dalam perang, dengan catatan Inggris memberikan tanah mereka di Palestina kepada Rothschild.

Media Amerika yang sebelumnya cenderung pro Jerman mulai berbalik arah. Mereka mulai melaporkan: tentara Jerman membunuh perawat palang merah, tentara Jerman memotong tangan bayi-bayi, dan propaganda-propaganda lainnya untuk memanipulasi kebencian terhadap Jerman.

Pada 12 Desember, Jerman dan sekutunya menawarkan persyaratan perdamaian untuk mengakhiri perang.

1917: 

Zionis Rothschild yang sebelumnya telah berjanji kepada Inggris, untuk melibatkan Amerika dalam perang, memutuskan bahwa mereka ingin pernyataan tertulis dari Inggris sebagai jaminan bahwa mereka akan menepati janji. Sekretaris Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, kemudian menuliskan surat yang dikenal sebagai “Deklarasi Balfour” yang isinya adalah Inggris akan memberikan tanah Palestina kepada Rothschild.

Melalui Bolsheviks yang mereka kontrol, Rothschild memerintahkan eksekusi terhadap Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya di Rusia, walaupun Tsar saat itu sudah turun tahta pada 2 Maret. Itu ditujukan untuk mengendalikan Rusia sepenuhnya, juga sebagai balas dendam kepada Tsar Alexander I yang membantu Lincoln tahun 1864.

Sumpah Nathan Rothschild dipenuhi oleh keturunannya. Seluruh dunia mendapatkan peringatan mengenai akibat melawan Rothschild.

1919: 

Bulan Januari, Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg, dua-duanya Yahudi Ashkenazi, mati saat mencoba melakukan kudeta komunis atas instruksi Rothschild, kali ini di Berlin, Jerman.

Konferensi Versailles diselenggarakan untuk menentukan berapa reparasi yang harus dibayar Jerman kepada pemenang Perang Dunia I. Sebuah delegasi berisi 117 Zionis yang dipimpin Bernard Baruch, mengungkit janji tanah Palestina kepada mereka. Saat itulah Jerman menyadari mengapa Amerika melawan mereka, dan siapa yang ada di balik semuanya, yaitu Rothschild.

Jerman, secara alami merasa dikhianati oleh Zionis. Selama ini, Jerman adalah negara yang paling bersahabat dengan orang Yahudi. Di Jerman, orang Yahudi dijamin hukum akan mendapatkan semua hak sipil sama seperti orang Jerman.

Di samping itu, Jerman adalah satu-satunya negara di Eropa yang tidak membuat restriksi kepada kaum Yahudi, bahkan memberi tempat mengungsi bagi mereka saat kudeta mereka terhadap Tsar Rusia yang gagal tahun 1905.

Rothschild, yang mengorbankan jutaan nyawa orang tak bersalah, mendapatkan Palestina sebagai rumah bagi orang Yahudi. Serah terima sudah dilakukan, dan tempat tersebut masih atas kontrol Inggris, tetapi jangan lupa Rothschild yang mengontrol Inggris. Saat itu kurang dari 1% populasi Palestina adalah orang Yahudi. Menariknya, tuan rumah Konferensi Versailles adalah sang majikan, Baron Edmond de Rothschild.

Konferensi Versailles juga menjadi ajang bagi Rothschild untuk mendirikan sebuah Pemerintahan Dunia, untuk mengakhiri semua perang (yang mereka ciptakan). Mereka menyebutnya “Liga Bangsa-Bangsa.” Karena tidak cukup negara yang menerima gagasan ini, maka rencana pun terhalangi.

Pada 29 Maret, harian The Times di London melaporkan tentang Bolsheviks di Rusia, “Salah satu hal aneh tentang pergerakan Bolshevis adalah besarnya anggota non Rusia di dalamnya. Dari 20 atau 30 komisaris, lebih dari ¾ adalah orang Yahudi.”

Dilaporkan bahwa Rothschild sangat marah kepada Rusia karena tidak diizinkan untuk mendirikan sebuah bank sentral di negara mereka. Karena itu, Rothschild mengumpulkan sekelompok orang Yahudi untuk memata-matai Rusia dan memprovokasi revolusi atas dalih memperjuangkan kepentingan orang banyak, yang sebenarnya adalah usaha mengambil alih Rusia oleh elit yang dikendalikan Rothschild.

Para mata-mata, yang menggunakan tradisi kuno Ashkenazi, menggunakan nama-nama Rusia. Sebagai contoh, Trotsky nama aslinya adalah Bronstein. Kelompok ini dikirim ke berbagai tempat untuk memicu kerusuhan dan pemberontakan.

Edisi Internasional Jewish Post, pada 24 Januari 1991 mengkonfirmasi bahwa Vladimir Lenin adalah orang Yahudi, nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov. Lenin juga dikutip pernah mengatakan, “Pendirian sebuah bank sentral adalah 90% dari usaha mengkomuniskan sebuah negara.”

Orang-orang Yahudi ini, para Bolsheviks yang dibiayai Rothschild, tercatat dalam sejarah sebagai pembunuh 60 juta orang Kristiani dan orang-orang non-Yahudi di Soviet.

N.M. Rothschild & Sons mendapatkan peran permanen untuk menentukan harga harian emas dunia. Ini dilakukan di kantor mereka di City of London, setiap hari pada jam 11, yang dilakukan di tempat yang sama sampai tahun 2004.

1920: 

Winston Churchill (Ibunya adalah orang Yahudi, artinya dia orang Yahudi menurut hukum Ashkenazi) menuliskan hal berikut di artikel Illustrated Sunday Herald,

“Sejak pimpinan Illuminati Weishaupt, sampai ke Karl Marx, dan ke Trotsky, konspirasi dunia sudah berkembang dengan mantap. Sekarang akhirnya orang-orang luar biasa ini berhasil menggengam rambut setiap kepala orang Rusia, dan menjadi tuan di kekaisaran yang luar biasa tersebut.”

Baca lanjutannya: Dinasti Rothschild: Konspirasi Perang Dunia dan Kisah Lahirnya PBB

Related

Mistery 4972586390754603185

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item