Ngeri, Begini Wujud Mikroba di Masker yang Dipakai Selama 6 Jam dan 12 Jam

Naviri Magazine - Di masa pandemi Covid-19, pemakaian masker sudah menjadi kewajiban sebagai bentuk perlindungan dari paparan virus corona.

Ada dua jenis masker yang sering digunakan, yaitu masker kain yang bisa dicuci, dan masker medis yang hanya bisa digunakan sekali saja.

Baru-baru ini, laboratorium Eurofins mempublikasikan penelitian mengenai penemuan bakteri, ragi, dan jamur dalam masker yang dipakai dalam jangka waktu lama.

Dilansir Straits Times, eksperimen dilakukan terhadap masker sekali pakai dan masker yang bisa digunakan berkali-kali, dengan jangka pengamatan 6 jam dan 12 jam.

Berdasarkan penelitian tersebut, semakin lama masker digunakan, maka jumlah mikroba yang berkumpul di masker akan semakin banyak.

Untungnya, penelitian tersebut tidak menemukan bakteri Staphylococcus aureus,yang menyebabkan infeksi kulit dan Pseudomonas aeruginosa, yang menyebabkan ruam.

Namun, tingkat ragi, jamur, dan bakteri akan semakin banyak pada masker yang dipakai hingga 12 jam. Masker kain yang bisa digunakan berkali-kali umumnya mengandung lebih banyak mikroba daripada masker sekali pakai.

Masker kain yang tidak sering dicuci juga akan mengumpulkan debu, kotoran, keringat, yang akan menghasilkan berbagai mikroba.

Namun, peneliti menegaskan bahwa tidak semua mikroba berbahaya sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah bakteri pada masker bisa menyebabkan penyakit kulit atau tidak.

Hanya saja, Dr John Chen, asisten profesor di departemen mikrobiologi dan imunologi di Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin Universitas Nasional Singapura, pernah mengatakan bakteri di masker bisa menyebabkan efek merugikan.

Mulai dari reaksi alergi ringan hingga parah, masalah pernapasan, dan infeksi hidung. Karena itulah, jika kamu memakai masker kain, maka disarankan untuk mencucinya setiap hari atau setiap kotor.