Kisah Kejayaan dan Kejatuhan Newsweek, Majalah Paling Terkenal di Amerika


Naviri Magazine - Di Amerika, apa majalah terkenal lain selain Time? Jawabannya adalah Newsweek. Sama seperti Time, Newsweek adalah majalah mingguan yang sangat populer sekaligus berpengaruh. 

Ironisnya, dua majalah besar itu menghadapi akhir yang kurang menyenangkan dalam menghadapi “peperangan” dengan media digital. Setelah puluhan tahun berdiri dan berjaya sebagai majalah cetak yang dibaca jutaan orang, kini Newsweek—sebagaimana Time—akhirnya jatuh.

Newsweek lahir dari seorang mantan editor majalah Time, bernama Thomas J.C. Martyn. Majalah ini pertama kali terbit pada 17 Februari 1933, dengan mengusung tema politik dan budaya kontemporer. Sajian awalnya kental dengan cita rasa Time.

Sampul depan edisi pertama setebal 32 halaman menampilkan tujuh foto tokoh publik, dengan garis tepi warna merah khas Time. Perbedaannya, Time umumnya memuat satu foto tokoh dengan ekspresi yang kuat pada sampul depan. Tujuh foto di Newsweek juga merepresentasikan jumlah hari dalam seminggu.

Di antara deretan tujuh tokoh di sampul depan edisi pertama Newsweek, ada foto Adolf Hitler tengah berpidato di Berlin, lengkap dengan atribut bendera NAZI. Juga sosok Presiden AS, Franklin Roosevelt, yang sedang berada di sebuah perguruan tinggi.

Dua tokoh tersebut memang tengah menjadi pusat perhatian. Hitler mewakili kondisi demokrasi di Jerman yang sedang dihajar kebangkitan NAZI. Sedangkan Amerika Serikat era Roosevelt tengah disorot atas perjuangan melepaskan diri dari Depresi Besar, yang memporakporandakan perekonomian negeri Paman Sam.

Mulanya, Newsweek ditulis dengan tanda hubung "News-week". Baru setelah jurnal mingguan Today milik Raymond Moley bergabung pada 1937, tanda hubung itu dihapus, dan berubah menjadi "Newsweek". Dalam perkembangannya, Newsweek kemudian merangsek menjadi tiga besar majalah mingguan terkemuka di AS, bersanding dengan Time dan U.S News & World Report.

Pembelian Newsweek oleh Philip L. Graham, pemilik Washington Post, pada 1961 turut membawa pandangan politik baru. Newsweek sejak itu mengadopsi sudut pandang politik liberal, dan memperluas liputannya tentang budaya populer. Salah satu hal paling menonjol, yang membuat Newsweek sukses menarik minat pembaca, adalah artikel-artikelnya yang ditulis dengan gaya naratif.

Sebuah buku panduan tentang kiat-kiat menulis ala Newsweek pernah diterbitkan dengan judul Essay Writing Step-By-Step: A Newsweek Education Program Guide for Teens. Dalam buku itu dijelaskan secara mudah tentang model penulisan esai naratif.

Masa keemasan Newsweek diraih antara 1960-an sampai pertengahan 1970-an. Menurut Nieman dan Lucius W, dalam Encyclopedia of American Journalism (2008), dalam rentang tersebut beberapa peristiwa penting AS terjadi. Mulai dari perjuangan hak-hak sipil, ketegangan rasial, Perang Vietnam, transformasi kultural dan sosial, program luar angkasa Apollo, hingga skandal Watergate.

Dalam kasus Perang Vietnam, misalnya, Newsweek menerbitkan edisi khusus pada musim panas 1967. Edisi tersebut menyajikan keprihatinan atas taktik Amerika yang menempatkan infanteri besar di pelosok desa-desa Vietnam Selatan. Lantaran korban sipil banyak berjatuhan, Newsweek meramalkan bakal ada kerugian berkelanjutan dari orang-orang yang tidak ikut berperang.

Pada pertengahan 1970-an, sirkulasi majalah ini mencapai hampir tiga juta kopi, atau sekitar dua pertiga dari sirkulasi majalah Time. Mereka juga berhasil menggaet pengiklan dari kalangan produsen mobil, perusahaan rokok, minuman keras, kosmetik, hingga fesyen. Sasaran pembacanya jelas: para konsumen muda.

Newsweek mengemas dan menyajikan artikel yang deskriptif dan informatif. Ia juga memberikan ringkasan mingguan, dan perspektif editorial yang berbeda dengan media massa sejenis. Ditunjang foto jurnalistik berkualitas tinggi yang menghiasi hampir tiap lembar majalah, Newsweek berhasil menjadi pesaing kuat Time di pasaran AS.

Masuknya era jaringan televisi kabel di AS, yang menyuguhkan program berita dan gaya hidup pada 1980-an, membuat Newsweek terpengaruh. Ditambah mulai menjamurnya majalah cetak yang menawarkan konten bertema gaya hidup, budaya populer, hingga tumbuhnya koran-koran yang mengadopsi jurnalisme interpretatif. Pada titik ini, sirkulasi penjualan Newsweek mengalami stagnasi.

Memasuki abad ke-21, Newsweek terus berjuang dengan segala upaya untuk tetap eksis. Majalah ini mencoba bertahan di tengah gempuran televisi dan mulai banyaknya jaringan internet, yang mampu mengubah gaya konsumsi berita dari cetak ke media online.

Dalam laporan rekapitulasi Graham Holding, pada 2009 kondisi finansial Newsweek mulai terseok-seok. Pendapatan iklan turun sebesar 37 persen, dan kerugian operasional di tahun tersebut mencapai 29,3 juta dolar. Angka kerugian ini membengkak dibandingkan tahun 2008, sebesar 16 juta dolar.

Pada Mei 2010, Newsweek mulai dipersiapkan untuk dijual, dan menarik perhatian pengusaha media asal Suriah, Abdulsalam Haykal. Tak mencapai kata sepakat, Newsweek malah dilego dengan harga satu dolar kepada Sidney Harman, seorang pebisnis sukses di AS, pada Agustus 2010. Sebagai kompensasinya, Harman menanggung segala beban keuangan Newsweek.

Akhir 2010, Newsweek bermerger dengan The Daily Beast, dan bernaung di bawah The Newsweek Daily Beast Company. Hingga pada 31 Desember 2012, induk perusahaan mengumumkan bahwa majalah Newsweek akan beralih total ke format digital, dengan nama Newsweek Global.

Tak sampai satu tahun berselang sejak Newsweek berhenti menerbitkan versi cetak, International Business Times Media mengakuisisi Newsweek pada 3 Agustus 2013, termasuk versi digitalnya. Dengan kekuatan dana dan optimisme masih dibutuhkannya media cetak oleh masyarakat, IBT Media kemudian meluncurkan edisi cetak Newsweek pada 7 Maret 2014.

Sampai akhirnya, IBT Media mengubah nama perusahaan menjadi Newsweek Media Group di tahun 2017.

Related

Business 3477823356842497084

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item