Limbah Elektronik Ternyata Bisa Diubah Menjadi Tambang Emas


Naviri Magazine - Limbah elektronik dihasilkan oleh berbagai peralatan elektronik yang digunakan manusia. Seperti kita tahu, barang elektronik ada di rumah mana pun, dan dipakai siapa pun, lintas negara. Ponsel, komputer, DVD player, AC, dan semacamnya, adalah barang-barang elektronik yang umum ditemukan. 

Yang menjadi masalah, barang-barang elektronik memiliki masa batas pakai. Setelah beberapa tahun digunakan, barang-barang itu akan aus, rusak, dan perlu diganti. Sementara barang-barang yang sudah tidak digunakan akan dibuang sebagai sampah. Dalam hal itu, sampah elektronik adalah salah satu masalah terbesar di dunia, karena jumlahnya terus banyak dan menggunung.

Latar belakang itu, selama ini, membuat banyak pihak memikirkan bagaimana cara terbaik menangani sampah elektronik yang ada di mana-mana. Salah satu upaya yang mungkin tampak sangat menjanjikan adalah penelitian yang ditujukan untuk mengubah sampah elektronik menjadi tambang emas murni.

Sebuah penelitian di Australia sedang mengembangkan tambang emas dari limbah elektronik. Para ahli geologi Australia telah menemukan bakteri yang dapat mengambil jejak emas dalam limbah elektronik tersebut, dan mengubahnya menjadi potongan emas. 
"Dalam limbah elektronik ada banyak emas," ungkap Frank Reith, associate professor di University of Adelaide.

Menurutnya, temuan ini akan sangat berarti bagi perusahaan tambang. Selain itu, ini akan mengubah wajah limbah elektronik yang saat ini jumlahnya terus mengkawatirkan.

"Kita membutuhkan teknik tanpa dampak kesehatan, komunitas, atau lingkungan untuk (memulihkan) logam mulia yang ada di smartphone atau komputer semua orang," ujar Reith. "Saat ini sebagian besar dilakukan di luar negara dunia pertama, dengan teknik yang tidak semudah seharusnya." 

Sekarang, Reith dan timnya bergabung dengan sebuah perusahaan rintisan di New Zealand bernama Mint Innovation untuk menemukan solusinya. Perusahaan ini tengah menjalankan program percontohan teknik pemulihan emas limbah elektronik.

"Kami bekerja dengan limbah elektronik sebagai bahan baku, dan sedang menguji coba sebuah proses yang menggunakan mikroba sebagai metode untuk memurnikan logam mulia dari campuran logam lain, yang dikandung dalam papan sirkuit tua," ungkap Dr Ollie Crush, Chief strategy officer dalam penelitian ini.

Para peneliti juga memeriksa biji emas dari West Coast Creek, sebuah anak sungai Maria, Kilkivan, Queensland, Australia. Hasilnya, mereka menemukan bahwa proses daur ulang emas bisa memakan waktu 17 hingga 58 tahun.

"Ini sangat cepat, kita hanya perlu mempercepat proses tersebut hingga 10, 20, atau 30 tahun untuk sesuai dengan aplikasi industri," kata Reith.

John Parsons, pemilik lokasi tambang di Kilkivan, menyebut bakteri yang ditemukan di tanahnya bekerja untuk menyaring mineral lain seperti perak dan tembaga. Dia menyebut bakteri ini membuat potongan kecil emas dari hal tersebut, biji demi biji dan lapis demi lapis.

Dalam menemukan bakteri tersebut, Parsons bekerja dengan Reith dan koleganya. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Chemical Geology itu menggali berapa lama proses penyulingan bakteri berlangsung.

Reith menyebut bahwa bakteri tersebut memiliki kekuatan untuk mengubah praktik daur ulang limbah elektronik.

"Manfaat lingkungan dari hal ini sangat sulit dipercaya," kata Parsons. "Para bankir dan pemegang saham semua melihat sisi lingkungan dari berbagai hal... manfaat lingkungan adalah keuntungan ekonomi." 

Related

Technology 3791841224625567524

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item