Lebih Dekat dengan Oppo Find X3 Pro, Ponsel Premiun tapi Punya Masalah Besar

Naviri Magazine - "Potret warna dunia dalam bentuk sesungguhnya," tulis Oppo, satu dari lima perusahaan teknologi milik BBK Electronics Corporation—selain Vivo, OnePlus, Realme, dan iQOO—tentang ponsel premium mereka, Oppo Find X3 Pro.

Mengusung empat sensor kamera di bagian belakang, yakni dua sensor IMX766 buatan Sony beresolusi 50 megapiksel (dibedakan dengan aperture/bukaan rana), sensor telephoto beresolusi 13 megapiksel, dan satu sensor pemanis sebagai mikroskop, ditambah layar yang mampu menghasilkan satu miliar warna, foto jepretan Oppo Find X3 Pro memang mumpuni. 

Sangat layak digunakan untuk memotret pelbagai hal, dari sebatas dokumentasi hingga, mungkin, pendukung kerja-kerja serius di bidang fotografi. 

Dengan membenamkan system on a chip (SoC) Snapdragon 888 buatan Qualcomm serta RAM bertenaga 12 gigabit, Oppo Find X3 Pro juga merupakan ponsel mewah yang memanjakan pengguna untuk pelbagai keperluan, dari sekadar berselancar di dunia maya, berkirim pesan atau bercakap-cakap, hingga bermain gim. 

Singkatnya, Oppo Find X3 Pro merupakan ponsel gahar. Itu tak perlu diragukan dan karenanya tak perlu diulas terlalu dalam. Sayangnya, sebagai ponsel mewah—yang dibuktikan dengan banderol senilai Rp15.999.00—Oppo Find X3 Pro memiliki cacat fundamental.

Cacat fundamental itu, dalam kasus kamera, adalah memaksa pengguna untuk memberikan izin (manifest permission) "READ_PHONE_STATE". Izin ini membuat pengembang aplikasi, dalam hal ini Oppo, dapat menengok informasi mendasar seperti informasi jaringan telekomunikasi yang digunakan, status telepon, nomor telepon yang digunakan, hingga mengakses dan mengendalikan panggilan telepon. 

Sebuah izin yang menurut Google, pemilik dan pengembang Android dalam laman resminya, "sangat berbahaya" jika asal diberikan oleh pengguna pada aplikasi yang hendak digunakan. 

Permintaan "READ_PHONE_STATE" untuk mengakses/menggunakan aplikasi kamera di Oppo Find X3 Pro sangat mengherankan. Itu tak lazim diperlukan sebuah aplikasi kamera untuk bekerja. 

Jika Anda menengok aplikasi kamera buatan Google (Google Camera), misalnya, tidak ada permintaan untuk mengakses "READ_PHONE_STATE", melainkan hanya manifest permission yang lazim seperti "CAMERA" dan "STORAGE". 

Berbeda, misalnya, dengan aplikasi perpesanan seperti WhatsApp serta aplikasi perbankan seperti BCA Mobile yang memang memerlukan "READ_PHONE_STATE" guna membedakan/mem-profiling pengguna. 

Selain "READ_PHONE_STATE", cacat fundamental lain dari Oppo Find X3 Pro adalah bloatware—aplikasi yang (mungkin) tidak dikehendaki pengguna tetapi dipaksakan terpasang secara default—yang keterlaluan banyaknya. 

Ada 66 aplikasi bawaan pabrik dalam Oppo Find X3 Pro, mulai dari buatan Oppo sendiri, produksi Google sebagai "fee" penggunaan Android oleh Oppo, hingga bikinan pihak ketiga yang, sialnya, juga saling tumpang-tindih fungsinya, seperti App Market dengan Google Play, Browser dengan Chrome, Photos dengan Google Photo. 

Tak hanya itu, terdapat aplikasi—maaf—sampah di ponsel ini. Misalnya "Baca Plus", pengepul berita-berita sensasional nan click-bait yang mengiming-imingi penggunanya dengan poin/koin yang dapat ditukar dengan hadiah. Bukan hanya tak bisa dihapus, "Baca Plus" tak bisa dimatikan (disable). 

Dengan permintaan manifest permission yang tak lazim untuk aplikasi kamera dan banyaknya blotware terpasang, segala kemewahan Oppo Find X3 Pro sirna. Oppo Find X3 Pro kurang layak disebut sebagai ponsel premium karena tak memperlakukan pengguna ponsel ini, yang mengeluarkan kocek sangat dalam, secara premium pula. 

Namun, keputusan Oppo meminta "READ_PHONE_STATE" pada aplikasi kamera buatannya serta banyaknya aplikasi bawaan terpasang, entah buatan Oppo sendiri maupun pihak ketiga, bisa dimengerti. 

Musababnya, selayaknya perusahaan teknologi lain, Oppo tak menganggap ponsel buatannya sebagai barang jualan semata, melainkan juga sebagai medium mendulang uang melalui iklan. Ladang uang yang teramat menggiurkan di dunia digital.