Fakta di Balik Pertarungan Bisnis Teh Kemasan di Indonesia


Naviri Magazine - Sebenarnya, membuat teh untuk diminum tidak terlalu sulit. Teh yang sudah jadi di dalam teko tinggal dituang ke dalam gelas, beri gula secukupnya, dan bisa langsung diminum. 

Namun, perubahan zaman tampaknya ikut mengubah banyak hal, termasuk dalam hal menikmati teh. Jika orang zaman dulu senang menikmati teh panas di dalam gelas, orang zaman sekarang tampaknya menginginkan yang lebih praktis.

Maka muncullah minuman-minuman teh dalam kemasan.

Seperti yang dapat kita lihat di mana pun, ada berbagai produk teh yang dikemas dalam beragam bentuk. Ada yang menggunakan botol, ada yang menggunakan kotak kardus, dan lain-lain. Keberadaan minuman teh dalam kemasan itu tentu membuat siapa pun dapat menikmati teh tanpa harus repot-repot. 

Lagi pula, bukan hanya kemasannya yang beragam, rasa teh yang ditawarkan dalam teh kemasan pun beragam. Ada yang murni rasa teh, ada pula yang kini memiliki rasa buah-buahan. Popularitas teh kemasan pun kini makin meningkat, seiring makin banyak yang mengonsumsi dan menyukai.

Sejak dikonsumsi oleh Dinasti Tang di Tiongkok pada abad ke 8, kini teh memang menjadi minuman yang digemari di dunia. Termasuk di Indonesia. Jika awalnya teh digunakan sebagai bahan pengobatan, kini teh juga menjadi minuman yang identik dengan gaya hidup, juga minuman yang dikonsumsi sama banyak dengan air putih. Demi kemudahan konsumsi, teh pun kerap berganti kemasan, dari teh bubuk, teh seduh, hingga teh botol.

Industri teh dalam kemasan, khususnya teh botol di Indonesia, juga menampilkan persaingan yang lumayan sengit. Sejak 1969, teh botol di Indonesia identik dengan satu merek: Teh Botol Sosro. Awalnya, frasa Teh Botol ini diambil dari merek terdahulu, yakni Teh Cap Botol. Sedangkan Sosro diambil dari keluarga pendiri merek ini, Sosrodjojo. Karena praktis langsung diminum, teh botol ini jadi primadona baru.

Teh Botol Sosro menguasai pasar selama puluhan tahun dan masih bercokol sebagai produk paling populer. Berdasarkan riset dari lembaga survei pasar W&S Market Research, Teh Botol Sosro masih menempati peringkat pertama dalam hal popularitas Brand Index Result (PBI) dengan rating 42,1 persen. Peringkat kedua ditempati oleh Teh Pucuk Harum yang hanya mendapat rating 15,6 persen.

Begitu pula dengan peringkat brand awareness, Teh Botol Sosro menjadi merek teh kemasan paling dikenal dengan rating 55,1 persen. Ini artinya, dari 100 orang yang ditanya apa merek teh kemasan yang mereka kenal, sekitar 55 orang akan spontan menyebut Teh Botol Sosro. Lagi-lagi, di bawah Sosro adalah merek Teh Pucuk Harum, dengan mempunyai rating brand awareness sebesar 12,9 persen.

Kesadaran publik akan merek Sosro sebenarnya bukan hal yang mengejutkan. Selain sebagai pemain lama, Sosro juga dikenal royal dalam beriklan. Dari berbagai iklan yang tampil di televisi, papan reklame, internet, dan berbagai medium lain, Sosro yang paling getol beriklan dengan rating 46,1 persen. Sedangkan saingan terdekat, Teh Pucuk Harum menempati peringkat kedua dengan 15,6 persen.
 
Pasar minuman kemasan di Indonesia memang menggiurkan. Berdasarkan data dari perusahaan riset asal Inggris, Euromonitor International, pasar minuman kemasan di Indonesia sangat besar. Mencapai Rp85 triliun pada 2014, naik sekitar 15 persen dari 2013 yang angkanya berkisar pada Rp73 triliun. Teh kemasan mempunyai 30 persen pasar, atau sekitar Rp25,5 triliun. Hanya kalah oleh pasar air mineral.

Wajar kalau produsen teh botol dari luar negeri tergoda untuk bertarung di pasar Indonesia. Perusahaan Jepang, Suntory Beverage & Food, adalah merek luar negeri pertama yang mencoba peruntungan di Indonesia pada 2011. Kemudian diikuti oleh Asahi Group Holding di 2012, Ito En di 2013, dan Sapporo Holdings pada 2015. 

Tak kurang, perusahaan Mitsubishi yang lebih dikenal dengan produk otomotif, juga ingin ikut mencebur ke kolam teh kemasan. Mereka berencana bekerja sama dengan perusahaan minuman kemasan terbesar di Thailand, Ichitan.

Laiknya peribahasa di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung, beberapa perusahaan luar negeri itu pun bermitra dengan perusahaan Indonesia.

Suntory Beverage & Food bekerja sama dengan Garuda Food mengeluarkan teh botol merek Mytea dan Mirai Ocha. Sedangkan Asahi Group Holding berpartner dengan Indofood Sukses Makmur, perusahaan makanan dan minuman besar di Indonesia. Mereka direncanakan membangun pabrik di luar Jakarta, yang diperkirakan akan menelan biaya investasi sebesar USD 52,7 juta.

"Dalam 15 tahun ke depan... daya beli kelas menengah di Indonesia akan naik 100 persen," ujar Anthony Salim, CEO Indofood. "Mereka perlu barang untuk dibeli, dan barang dari Jepang sangat diterima di sini."

Dengan berbagai pilihan merek yang menawarkan harga kompetitif, wajar kalau Sosro sebagai penguasa pasar tak bisa tenang-tenang saja. Apalagi dari survei W&S, diketahui bahwa Sosro adalah merek yang paling terdampak dari banyaknya pilihan merek teh botol.

Jumlah peminum setia merek Teh Botol Sosro diperkirakan turun sebanyak 13 persen pada 2015. Sementara peminum setia Teh Gelas diperkirakan turun sebanyak 8 persen. 

Produk yang jumlah peminumnya diperkirakan naik Nu Green Tea, produk dari ABC President Indonesia yang merupakan perusahaan bersama antara ABC Central Food dari Indonesia dan Uni-President Enterprises Corporation dari Taiwan. 

Tingkat kenaikan sebesar 9,8 persen. Produk berikutnya yang mengalami kenaikan jumlah orang yang ingin minum yakni Fruit Tea sebesar 4,8 persen, dan Mirai Ocha sebesar 4,1 persen.

Related

Food 521978036145250866

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item