Mengapa Kita Capek Padahal Tidak Ngapa-ngapain? Ini Penjelasan Ilmuwan


Naviri Magazine - Nancy Sin, asisten profesor psikologi di University of British Columbia, mengatakan, selama situasi penuh stres, tubuh manusia mengeluarkan respons fisik.

"Hormon stres kita meningkat. Tubuh kita berada dalam mode bertahan hidup," ujar Sin. “Kita mengalami proses adaptasi fisik secara berulang-ulang, setiap kali kita stres atau khawatir. Seiring waktu, stres yang kita alami, baik secara fisik maupun psikologis, akan terakumulasi."

Akumulasi ini disebut sebagai "allostatic load", yang bisa diartikan sebagai kerusakan tubuh ketika terus-terusan stres. Biarpun secara fisik rasanya kita tidak melakukan banyak kegiatan, namun otak terus bekerja dan menghadapi banyak kecemasan dan kekhawatiran. Alhasil, sesungguhnya kita capek bukan karena badan kita yang terus bekerja, tapi otak.

Menurut George Slavich, direktur dari Laboratorium Penaksiran dan Penelitian Stres di UCLA, manusia itu seperti gerombolan binatang, dan ketika berada dalam kondisi terisolasi, kita merasa kesepian.

"Ini berpengaruh terhadap penaksiran risiko oleh tubuh, karena ketika sendirian kita jadi lebih rentan terhadap ancaman," ujar Slavich. "Otak kita jadi waspada agar ancaman apapun di lingkungan bisa dideteksi."

Otak kita mencoba mendeteksi semua ancaman dengan aneka cara yang memungkinkan, salah satunya membaca berita. Namun membaca pun ternyata makan banyak tenaga.

“Kita membutuhkan banyak energi fisik untuk kegiatan-kegiatan kognitif,” ujar Sin. “Kita banyak khawatir dan memikirkan banyak hal yang tak perlu… dan ini memakan energi.”

Tim Sin tengah melakukan penelitian dan mencari tahu bagaimana peserta penelitian menghadapi stres. Mereka mendapatkan lebih dari 5.000 respons, dan banyak orang melaporkan gangguan tidur, kecemasan, depresi dan sering marah-marah.

"Ketidakpastian adalah salah satu elemen terbesar yang berkontribusi terhadap stres kita," ujar Lynn Bufka, direktur senior dari Practice, Research, and Policy di American Psychological Association. 

"Salah satu yang mendorong kita untuk menjadi bagian dari masyarakat adalah agar kita memiliki semacam struktur, dan kejelasan. Ketika kita memiliki dua hal tersebut, hidup terasa lebih mudah, karena kita bisa menggunakan energi untuk memikirkan hal-hal lain."

Lantas bagaimana agar kita bisa menghindari perasaan cemas yang timbul akibat ketidakpastian? Kalau menurut bahasa terapi, langkah pertama adalah tidak menyangkal perasaan sendiri.

"Kita tidak boleh menghakimi diri, bahwa kita merasa stres, marah, atau apapun. Menerima emosi-emosi tersebut dan kemudian tidak terjebak di sana adalah yang kita berusaha tuju," ujar Bufka.

Lalu apa langkah kedua? Ini lebih sulit dilakukan ketika tingkat energi kolektif kita sedang turun, tapi berolahraga, makan yang baik, dan menjaga siklus tidur yang reguler bisa membantu.

"Kalau ototmu jarang digunakan, lemak akan muncul di daerah-daerah otot tersebut," ujar Slavich. Sel imun kita cenderung doyan nongkrong di daerah lemak-lemak perut, dan berpotensi meningkatkan pembengkakan. Pembengkakan inilah yang menjadi pendorong utama kita merasa capek. Pembengkakan bisa mengubah cara kita berpikir, tidur, dan membuat kita lebih tidak responsif terhadap aktivitas-aktivitas yang menyenangkan."

Related

Science 2431432031087303143

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item