Penjelasan Ilmuwan Tentang Apa yang Terjadi Saat Kiamat Datang


Naviri Magazine - Semua orang percaya bahwa kiamat akan terjadi, meski tidak ada yang bisa memastikan kapan waktunya. Masing-masing orang, dengan kepercayaan dan agama masing-masing, memiliki gambaran mengenai datangnya kiamat. Namun, bagaimana persisnya kiamat itu terjadi? Apa yang menyebabkan kiamat bisa terjadi? Bagaimana kondisi bumi dan alam semesta luas ketika kiamat akhirnya datang? 

Pertanyaan-pertanyaan itu juga dipikirkan oleh para ilmuwan, termasuk dua astrofsikawan yang memprediksi kiamat akan terjadi dengan cara yang sama seperti saat alam semesta terbentuk, yakni dengan ledakan. 

Meski potensi kematian alam semesta masih 30 sampai 40 miliar tahun lagi, keduanya telah membuat model skenario alam semesta kiamat, dalam sebuah studi yang terbit di jurnal Physical Review D. 

Ilmuwan yang terlibat dalam studi ini adalah Sergey Odintsov dan Vasilis Oikonomou. Mereka membuat model singularitas, sebuah lokasi di semesta yang memiliki kerapatan materi terbatas, juga tidak memiliki konsep ruang dan waktu. 

Dari sini, mereka menemukan alam semesta akan berakhir dengan munculnya Bing Bang lainnya, suatu hari nanti. Namun, mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi di luar singularitas. Sebagai gantinya, mereka memprediksi sebelum semesta benar-benar berakhir, kehidupan sudah berakhir jauh sebelum hal itu terjadi. 

"30 hingga 60 juta tahun sebelumnya, tarikan gravitasi dari singularitas akan mengubah materi apapun menjadi plasma atau gas yang terionisasi dan kehilangan elektron-elektronnya, kemudian (materi) menghilang," tulis para ilmuwan dalam jurnalnya, dilansir Newsweek. 

"Tapi mungkin juga semesta akan terus tumbuh tanpa batas, jika tidak terjadi singularitas. Semuanya tergantung pada teori gravitasi alternatif, yang jarang didukung dalam model," imbuh mereka. 

Sementara itu, para ilmuwan telah mengungkap bencana universal sejak penemuan Big Bang. Odintsov sebelumnya mengeksplorasi teori Big Rip, di mana alam semesta berkembang dengan tingkat yang dipercepat, dan akhirnya akan membuat semesta rusak dan menghancurkan semuanya. 

Sebuah tim peneliti dari Harvard mengemukakan bahwa alam semesta akan meletus dan meledak, terkait dengan medan tiga dimensi tituler di ruang angkasa, yang memberi massa untuk benda-benda langit. Tim Harvard memperkirakan alam semesta punah dalam sekian triliunan tahun lagi. 

Teori mereka memperkirakan adanya lubang hitam supermasif yang bersembunyi, dan dapat mengganggu medan Higgs serta sistem ruang dan waktu. Ada juga kemungkinan, alam semesta akan terus berkembang, namun tiba-tiba menyusut karena materi menurun seiring waktu, dan gravitasi menarik benda-benda langit ke dalam fenomena yang disebut Big Crunch. 

Selain itu, ada prediksi alam semesta akan punah karena pembekuan raksasa. Di mana panas alam semesta akan terdistribusi secara merata, sehingga tidak ada ruang bagi energi yang dapat digunakan untuk pembentukan bintang. 

Kematian bintang-bintang tua dan ketiadaan bintang-bintang baru akan membuat alam semesta menjadi dingin dan mati. 

"Ternyata, kita ada di antara alam semesta yang stabil dan alam semesta yang tidak stabil. Kita semacam ada di alas semesta yang bertahan untuk waktu lama, tapi pada akhirnya alam semesta akan mati," ujar fisikawan teoritis, Joseph Lykken, pada New York Post.

Related

Science 1089272933532668697

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item