Dunia Terancam Inflasi, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

Dunia Terancam Inflasi, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

Indonesia perlu mewaspadai risiko inflasi global yang akhirnya berdampak ke dalam negeri. Hal tersebut seiring dengan melonjaknya kenaikan harga pangan dan energi di pasar internasional.

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan bahwa harga energi dan pangan yang melonjak menyumbang tingkat inflasi di dalam negeri. Mengingat kedua hal tersebut menyangkut daya beli masyarakat.

Oleh sebab itu, ia mengapresiasi langkah pemerintah yang akhirnya memilih opsi menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi di tahun ini.

"Katakanlah subsidinya dikurangi atau dinaikkan harganya, sudah kita hitung akan memukul daya beli masyarakat dan inflasi akan naik," katanya.

Apalagi ditambah dengan adanya inflasi di beberapa negara yang saat ini tengah terjadi. Misalnya di China saat ini menerapkan kebijakan penguncian wilayah alias lock down juga telah mengalami inflasi yang cukup tinggi.

"Ini dapat merembet ke kita, harga-harga bahan pokok energi pangan jadi hal utama dalam inflasi ini, dan Menteri Keuangan sudah kita tekankan berkali-kali kalau dinaikkan harganya masyarakat belum siap dan itu akan memukul," ujarnya.

Sementara, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov, mengatakan bahwa Indonesia tidak menghindari ancaman inlasi di tengah kondisi harga pangan dan energi yang ikut berdampak pada daya beli masyarakat.

"Patut kita apresiasi karena bukan hanya menambah daya beli masyarakat. Tambahan subsidi energi ini bisa menjaga keberlangsungan bisnis BUMN, cukup drastis memang tambahan subsidi energi tahun ini, peningkatan 230%," tandas Abra.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi menambah anggaran energi sekitar Rp 350 triliun. Ini untuk subsidi dan juga kompensasi akibat kenaikan harga minyak dunia.

Namun, tambahan anggaran untuk belanja energi ini dilakukan tanpa berhutang. Sebab, bendahara negara ini memiliki jurus yang tepat.

Menurutnya, penambahan anggaran belanja energi ini akan diambil dari tambahan penerimaan yang diproyeksi sebesar Rp 420 triliun di tahun ini. Di mana outlook penerimaan negara dipatok menjadi sebesar Rp 2.266,2 triliun.

"Dari kenaikan komoditas dan harga-harga, maka penerimaan negara juga naik Rp 420 triliun. Ini yang kami gunakan untuk menambah kompensasi dan subsidi tadi," ujarnya dalam gedung DPR RI.

Adapun tambahan subsidi energi ditetapkan sebesar Rp 74,9 triliun dan kompensasi juga bertambah sebesar Rp 274 triliun. Penambahan ini murni diambil dari proyeksi penambahan penerimaan tanpa mengurangi anggaran lain seperti Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Related

News 7517117131299930845

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item