UFO Ternyata Pernah Mendarat di Senayan Jakarta Pada 1959


Jenderal TNI (Purnawirawan) Abdullah Mahmud Hendropriyono mengonfirmasi kalau UFO pernah mendarat di Senayan pada 1959. 

Jenderal TNI A.M. Hendropriyono, di acara peluncuran buku Catatan Merah dari Putera Bung Karno (2021) karya Guntur Soekarnoputra, yang digelar secara online via Zoom pada 10 April 2021, mengatakan kalau UFO pernah mendarat di Senayan pada tahun 1959.

Hendropriyono mengatakan hal tersebut dengan maksud untuk menambahkan cerita dari Guntur Soekarnoputra di salah satu bab di buku Catatan Merah dari Putera Bung Karno, yang mana Guntur pernah mengalami Close Encounters of the Second Kind (melihat penampakan UFO dari dekat, serta mendapatkan efek fisik dan psikologis kepada para saksi mata) di Jakarta pada dekade 80-an.

"UFO pernah mendarat di lokasi tempat pembangunan Stadion Senayan pada tahun 1959. Saat itu kawasan Senayan baru hanya lapangan tanah merah saja," terang Hendropriyono yang juga mantan Kepala di Badan Intelijen Negara (BIN) periode tahun 2001 - 2004.

Konstruksi pembangunan Stadion Utama Senayan (sekarang bernama Stadion Utama Gelora Bung Karno) dimulai pada 8 Februari 1960 dan selesai pada 21 Juli 1962.

Guntur Soekarnoputra atau yang biasa dipanggil Mas Tok adalah anak pertama Presiden Soekarno dan ibu negara Fatmawati. Catatan Merah dari Putera Bung Karno (2021) adalah buku keempat karya Guntur. Ide pembuatan buku ini dimulai sejak tahun 1995. Buku ini membahas beberapa peristiwa nasional, mulai dari tahun 1962 hingga sekarang.

"Buku ini juga merupakan kumpulan tulisan saya yang sudah pernah dimuat di berbagai media, mulai dari Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, hingga ke BeritaSatu," terang Mas Tok.

Pada Agustus 2020, Guntur Soekarnoputra mengirim tulisan ke Media Indonesia tentang pengalamannya melihat UFO di Jakarta pada 23 Mei 1981. Berikut adalah kutipan tulisannya:

Saya pribadi pernah menjadi saksi UFO mendarat di DKI Jakarta tepatnya di Jl. Sriwijaya Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di sebelah rumah almarhumah Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu dihuni oleh adik saya, Guruh Sukarno Putra, dan menjadi markas dari kelompok muda-mudi Swara Maharddhika yang terkenal.

Saat itu, Guruh sebagai Ketua Umum Swara Maharddhika sedang melatih anggota-anggota Swara Maharddhika agar mereka menguasai tarian rakyat Sulawesi Selatan, yaitu tari Pakarena. Tari ini diiringi oleh tiga orang penabuh kendang yang menabuh kendangnya secara bertalu-talu.

Rupanya suara kendang yang bertalu-talu sampai berhari-hari itu frekuensinya tepat sama dengan frekuensi yang dimiliki oleh UFO tadi. Secara populer UFO dapat kita sebutkan sebagai piring terbang. Akibat adanya kesamaan frekuensi, piring terbang tadi mendarat di kawasan datangnya sumber frekuensi yakni rumah kosong di sebelah rumah yang ditempati Guruh. Hal tersebut diketahui ketika setelah latihan usai di sore hari mendekati Maghrib.

Seorang pembantu bernama Samadi tengah membersihkan ruangan latihan. Saat itu ia memperhatikan di tembok pagar belakang rumah secara remang-remang melihat bayangan seseorang sedang bertengger di atas tembok. Ia mengira orang tersebut adalah pencuri yang hendak meloncat pagar untuk masuk ke rumah. Akan tetapi, anehnya Samadi tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya terdiam melongo tak bergerak sedikit pun.

Anggota Swara Maharddhika yang belum pulang dan sedang minum es, tiba–tiba berteriak karena mereka melihat sebuah piring terbang melayang ke udara dari halaman belakang rumah tempat mereka latihan tadi. Mereka berteriak histeris, “Piring terbang, piring terbang!" Dan langsung tancap gas motor mereka untuk mengikuti ke mana arah piring terbang tadi melayang.

Rupanya piring terbang tersebut terbang melayang ke arah Stadion utama Gelora Bung Karno. Sekitar empat orang anggota Swara Maharddhika yang naik motor mengejar piring terbang tadi ke arah GBK melihat benda tersebut melakukan hovering (melayang-layang) tepat di atas kubah stadion utama untuk beberapa saat. Karena pagar stadion utama dalam keadaan terkunci, mereka cuma bisa mengawasi piring terbang tadi dari pagar stadion.

Sayang di kala itu belum ada handphone untuk bisa memotret. Tak berapa lama setelah melayang-layang, tiba-tiba dengan kecepatan kilat piring terbang tadi melesat ke angkasa dan hilang dari pandangan.

Esok paginya, Guruh segera menghubungi Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) serta melaporkan kejadian tersebut. Hari itu juga tim dari Lapan yang dipimpin Marsekal Muda RJ Salatun datang dan memeriksa seluruh lokasi kejadian, termasuk memeriksa Samadi.

Saat pemeriksaan sebagai penasihat Swara Maharddhika, saya hadir untuk melihat-lihat kondisi di lokasi kejadian. Oleh RJ Salatun, saya dilarang mendekati lokasi pagar karena lokasi tersebut masih penuh dengan radiasi elektro magnetik yang membuat pohon-pohon pisang tetangga belakang hangus terbakar.

Peristiwa piring terbang yang disaksikan oleh lebih dari tiga orang itu, menurut RJ Salatun, dapat dikategorikan sebagai peristiwa akurat, benar-benar terjadi dan harus didokumentasikan. Apalagi diperkuat dengan adanya kasus Samadi yang tampak linglung. Rupanya dia terkena extra terestrial syndrome. Hal ini biasa dialami oleh orang-orang yang kepergok bertemu dengan alien.

Related

Mistery 1741037279516484777

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item