Kisah Perjalanan Batik Tulis Kuningan Dikenal secara Nasional


Batik digemari oleh hampir semua kalangan. Tak hanya dipandang sebagai busana tradisional, kepopuleran batik saat ini mulai diperhitungkan sebagai ikon fesyen yang dapat dipadukan dengan pakaian modern lainnya.

Khusus di Jawa Barat, rumah produksi batik sekarang mulai menjamur. Persaingan ketat antara para perancangnya secara tidak langsung mendorong lahirnya produk batik khas dari masing-masing kabupaten dan kota di provinsi. Hal tersebut pun terjadi di Kabupaten Kuningan.

Berbicara soal batik khas Kuningan, pastinya masih sedikit sekali orang yang mengetahuinya. Pamornya mungkin masih kalah dengan kain batik dari Cirebon yang terkenal mempunyai motif ikonik yakni mega mendung.

Tapi jangan anggap sebelah mata batik khas Kuningan. Sebab, peminatnya kini sudah banyak dan pernah dibeli oleh beberapa turis asing asal Australia yang berlibur ke Kota Kuda. Padahal sistem pemasarannya dahulu hanya lewat mulut ke mulut, sebelum akhirnya merambah ke penjualan daring.

"Paling jauh ke luar Jawa. Tapi kita enggak pernah pasarkan ke sana, lewat online dan dari mulut ke mulut. Terus dari wisata, pengunjung main ke sini belanja batik khas Kuningan. Wisatawan dari Australia pernah. Lagi awal-awal mah pernah ada pertukaran mahasiswa asal Jepang yang belajar membatik di sini," kata Pemilik Nisya Batik, Emay Marsiti.

Emay merupakan satu dari segelintir orang yang mempelopori terciptanya motif batik khas Kuningan. Walaupun bukan yang pertama, tapi dia dan suaminya, Sutisna, berhasil mengembangkan batik tulis sampai dipasarkan ke beberapa daerah di Indonesia.

Usaha pasangan suami-istri dari Kuningan ini dimulai sejak 2008 silam. Memiliki latar belakang sebagai lulusan sekolah batik, Emay dengan cerdiknya melihat bahwa industri batik di Kota Kuda sangat potensial. Apalagi masih jarang sekali orang yang mengembangkan batik khas daerah tersebut.

Perlahan tapi pasti, Emay mulai membangun rumah produksi di Desa Cikubangsari, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan yang diberi nama Nisya Batik. Di tempat ini puluhan motif batik khas Kuningan beserta varian produknya berupa baju kemeja hingga daster emak-emak dibuat.

"Motifnya ada bokor, ikan dewa dan kuda. Bagi orang Kuningan sendiri yang penting ada ikon Kuningannya," ujar Emay.

Ketiga ikon populer Kuningan itu sengaja dimunculkan sebagai motif batik untuk membedakannya dengan batik dari daerah lain. Alhasil, berkat keunikan tersebut, busana yang dibuat di tempatnya selalu ramai dipesan pembeli.

Menariknya lagi, para pembeli itu kebanyakan merupakan pegawai pemerintahan atau ASN dan perangkat desa di Kuningan. "Konsumen paling suka sama motif dan warnanya yang cerah," ungkap Emay.

Emay mengaku setiap bulan banyak sekali pesanan untuk membuat batik. Kendati dia tak menyebut angka pastinya, namun omzet dari bisnis ini terbilang besar sampai mampu mempekerjakan belasan perempuan dari desa sekitar.

"Total karyawan sekitar 20 orang. Mereka punya tugas yang berbeda-beda," tambahnya.

Mempertahankan Tradisi Membatik Secara Manual

Semua busana batik ini merupakan hasil kreasi dari tangan-tangan kreatif perajin di Nisya Batik. Adapun untuk motifnya, biasanya mengadopsi ciri khas dari tiga ikon Kabupaten Kuningan yaitu Ikan Dewa, Bokor Emas dan Kuda. Kemudian dalam proses pembuatannya corak tersebut akan dilebur menjadi sebuah pola guratan cantik yang dikombinasikan dengan ornamen lain seperti bunga, daun serta desain lainnya.

Cantik, estetik dan kekinian merupakan salah satu keistimewaan dari batik khas Kuningan. Menariknya, semua motif yang tertuang di atas kain terlihat hidup dan tidak monoton. Emay menyebut hal ini karena corak tersebut dipadukan dengan warna cerah.

Seluruh proses pembuatan batik di Nisya Batik dilakukan tanpa bantuan mesin sama sekali. Artinya, hasilnya sangat otentik dan tercipta berkat tangan-tangan terampil para perajin.

Proses pembuatan batik khas Kuningan dimulai dengan membuat desain, pola dan motif menggunakan pensil di atas kain berbahan katun.

Kemudian, motif ini dipertebal menggunakan canting yang telah diisi cairan lilin malam. Para perajin batik di Nisya Batik sangat telaten dalam menggoreskan cantingnya untuk memunculkan corak dan motif batik agar terlihat lebih cantik.

Tak hanya batik tulis, rumah produksi ini pun mengembangkan batik cap dan batik cap semi tulis. Prosesnya memang agak berbeda, namun secara keseluruhan sama saja yaitu memakai lilin malam.

Setelah pola motifnya dibuat, kain batik ini lalu diwarnai dengan pewarna khusus. Prosesnya masih tradisional dan dilakukan oleh pekerja laki-laki.

"Total karyawan dalem 14 membatik sama yang bikin pola. Kalau laki-laki yang ngecat sama merebus cat. Paling laris yang cap sama semi tulis. Sehari batik tulis selembar. Itu belum diwarnai. Paling banyak enggak terbatas. Minta bikin sendiri juga bisa," paparnya.

Untuk harga kain batik khas Kuningan, Emay menyebut angkanya mulai dibanderol Rp 100 ribu. Namun khusus batik tulis dijual Rp 1 juta karena memiliki tingkat kesulitan dalam pembuatan dan kualitasnya pun tentu berbeda.

"Kita sediakan program edukasi batik. Seperti siswa sekolah. Biaya 50 ribu per orang, mereka nanti dapat alat sama bisa bawa pulang kain batik hasil buatan mereka," tutupnya.

Related

Indonesia 8373599559782989126

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item