Kisah Wanita yang Selamat Setelah Diserang Buaya


Sariah tak henti-hentinya berlinang air mata saat mengingat insiden yang mengoyak luka fisik hingga trauma abadi dalam hidupnya. "Kadang-kadang lagi tidur terbawa ke mimpi teringat kejadian itu… Trauma tidak bisa lupa, lengket benar-benar. Ibarat luka yang disayat-sayat dengan pisau silet, saking pedasnya..." 

Perempuan berpostur tubuh gempal dengan pembawaan yang terlihat emosional itu beberapa kali menopang tangan kirinya di badan karena diserang rasa nyeri.

Sariah, perempuan berusia 54 tahun ini adalah satu dari ratusan korban serangan mematikan buaya muara, atau Crocodylus porosus, yang dikenal sebagai spesies buaya terbesar di dunia dan sering menyerang manusia.

Sariah mengenang kejadian nahas yang terjadi padanya kala itu.

Ketika matahari perlahan menampakkan diri pada Jumat 5 September 2022 silam, Sariah meninggalkan rumah dengan membawa dua jeriken berukuran 20 liter di atas sepeda motornya.

Sariah menuju lubang bekas tambang timah, disebut kolong oleh warga setempat — yang berjarak sekitar 50 meter di belakang rumahnya. Kolong itu menjadi satu-satunya sumber mata air bagi keluarganya dan warga kampung yang lain.

Air sumur yang terletak di depan rumahnya mengering akibat kemarau panjang, sementara pasokan tirta bersih dari PAM (perusahaan air minum) dihentikan karena dia tak mampu membayar tagihan selama tiga bulan.

"Saya pegawai [guru] honorer, gaji tidak rutin, tiga atau empat bulan baru gajian, jadi kami ambil air di sungai [kolong] pagi dan sore," kata Sariah.

Air berwarna cokelat di pinggir kolong begitu tenang kala Sariah mengisi satu demi satu jeriken miliknya. Tak ada riak, tak ada gelombang. Sariah memenuhi jeriken dan menaruh di tas kantong motornya.

Sebelum beranjak pulang, Sariah memutuskan untuk mandi di kolong itu, membersihkan dirinya untuk bersiap mengajar. Namun nahas, saat dia membasuh tubuhnya, tiba-tiba seekor buaya dengan panjang sekitar tiga meter muncul dari dalam air dan langsung menerkam tangan kirinya.

Reptil itu dengan gesit menyeretnya ke dalam air, kenang Sariah.

Terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya, Sariah dengan spontan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan diri dari terkaman buaya muara yang diklaim terkuat dari hewan mana pun di bumi.

"Dia seret Ibu [ke dalam air]. Ibu melawan dan tarik tangan sekuat-kuatnya sambil teriak Allahu Akbar. Entah bagaimana Ibu diberi kekuatan," tutur Sariah penuh emosi sambil mengayunkan tangan kirinya menirukan kejadian itu, seakan rasa nyeri di lengannya hilang seketika.

Waktu berputar begitu cepat. Detik demi detik menjadi sebuah pertarungan di antara hidup atau mati. Setelah berjibaku dengan hewan itu, Sariah akhirnya mampu melepaskan diri dari gigitan buaya. Darah segar mengucur di sekujur tubuhnya.

Mengerahkan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya, Sariah berteriak meminta pertolongan, namun tak ada yang menjawab.

Penuh luka dan darah yang tak henti mengalir, Sariah berjalan kaki menuju rumahnya, meninggalkan jeriken dan motornya. Sariah lalu dibawa oleh keluarganya ke puskesmas untuk menjalani operasi yang dia sebut mencapai lebih dari 100 jahitan.

"Ini bekasnya, lukanya aslinya besar sekali. Paling parah di sini. Kata orang, sebenarnya korban gigitan buaya itu jarang ada yang hidup seperti Ibu ini," kata Sariah seraya menunjukkan satu demi satu bekas luka di tubuhnya.

Akibat serangan itu, tangan kiri Sariah kini cacat. Rasa ngilu seketika menyerang saraf otak saat Sariah menggunakan tangan kirinya untuk beraktivitas.

"Jari Ibu tidak bisa bergerak [menggenggam]. Kalau dipakai buat menyapu, angkat sesuatu, langsung bengkak dan sakit. Hanya beginilah, dijahit semua, sudah cacat total," katanya.

Tidak hanya lengan, dada Sariah juga disebut penuh dengan bekas luka. Selain luka fisik, kenangan buruk tentang serangan buaya itu membuat Sariah trauma dan terus membekas hingga sekarang.

"Asal tengok gambar buaya di HP atau buku, Ibu takut. Tengok sungai pun takut, sudah syok," ujarnya.

Kembali ke kolong yang menjadi lokasi kejadian adalah hal yang tak akan pernah dia lakukan selama hidupnya. Apalagi, ujarnya, buaya yang menerkamnya masih berkeliaran di kolong itu.

Hanya lima hari setelah serangan yang menimpa Sariah, pada Sabtu 10 September 2022, masyarakat Desa Sekar Biru kembali digemparkan oleh serangan buaya.

Seorang pemuda bernama Eka Samita Jaya diterkam buaya saat sedang mencuci timah di kolong. Pekerja tambang timah itu mendapat luka serius di kepala, bahu dan tangan. Kini ada bekas sekitar 50 jahitan yang menghiasi badannya.

Sariah, yang kini cacat dan hidup dalam trauma karena serangan buaya, punya harapan. Dia ingin kolong bekas tambang di dekat rumahnya ditutup kembali, dan aktivitas pertambangan dihentikan.

Namun, dia pesimistis "karena orang di sini timah semua. Orang ini tidak mau tahu. Kalau kita bilang begitu, pasti kita dimusuhi orang."

Related

News 4594870461004617102

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item