Kontroversi Kisah Rasulullah Menjenguk Yahudi Sakit (Bagian 1)


Di antara kisah yang berseliweran di lisan sebagian para dai adalah kisah Rasulullah menjenguk Yahudi. Kisah yang biasa diangkat untuk mengesankan kebagusan akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kelembutan Islam. Kisah yang biasa “digoreng” oleh sebagian kalangan untuk menepis tindakan nahi munkar oleh sebagian umat Islam.

Bukan berarti kita menafikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang lembut dan penyayang serta berakhlak yang bagus. Hanya saja, mengada-ada dan memanfaatkan sikap lembut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menihilkan sikap tegas terhadap kemungkaran dan kezaliman, terlebih jika menimpa Islam dan syariat-Nya adalah tindakan hipokrit yang mestinya tidak dilakukan.

Berikut redaksi kisah Rasulullah menjenguk Yahudi tersebut, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertetangga dengan seorang Yahudi, dan Yahudi tersebut berusaha mengganggu beliau. Namun, dia tidak sanggup karena adanya penjagaan dari para sahabat Rasulullah radhiyallahu ‘anhum. Dia hanya bisa mengusik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam hari ketika orang-orang terlelap tidur, di mana ia sengaja mengambil duri dan kotoran lalu melemparkannya ke dekat rumah beliau.

“Setiap kali beliau bangun dan mendapati kotoran tersebut, beliau hanya tertawa sembari mengetahui bahwa yang melakukannya adalah tetangga beliau sendiri, si Yahudi tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun membersihkan kotoran tersebut dari dekat rumah beliau. Beliau tidak membalas perbuatan buruk itu dengan perbuatan buruk.

“Yahudi itu tidak berhenti melakukan hal yang sama, sampai tiba-tiba ia ditimpa demam yang amat menyiksa. Dia hanya bisa diam di kasurnya sembari mengeluh kesakitan karena demam tersebut, hingga hampir saja ia menyerah karena sakitnya.

“Ketika dia ada di rumahnya, dia mendengar suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetuk pintunya dan meminta izin untuk masuk. Dia pun mengizinkan beliau masuk. Beliau masuk menemui Yahudi tersebut dan mengharapkan kesembuhan untuknya.

“Yahudi itu bertanya, ‘Wahai Muhammad, siapakah yang memberitahumu kalau aku sedang sakit?’

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kebiasaanmu tiba-tiba tidak berlanjut lagi.’ (Beliau maksudkan adalah kotoran yang biasa dilemparkannya ke depan rumah beliau).

“Yahudi itu lantas menangis dengan keras karena menyaksikan kebaikan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan toleransi beliau terhadapnya. Akhirnya ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam.” (Diambil dari situs alwafd.news)

Kisah ini sering diceritakan dengan berbagai versi maupun redaksi. Ada kalanya dengan penambahan maupun pengurangan. Tetapi substansinya sama, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Yahudi yang pernah mengganggu dan menghina beliau. 

Pertanyaannya, apakah kisah Rasulullah menjenguk Yahudi ini benar adanya? Atau hanya sekadar kisah fiktif (dusta) yang sengaja dimunculkan para tukang kisah untuk membumbui bahan cerita mereka?

Pastinya, kisah ini tidak didapatkan di dalam referensi mana pun dalam literatur Islam, baik referensi hadits maupun sejarah Islam. Kisah Rasulullah menjenguk Yahudi ini juga baru populer akhir-akhir ini, dalam artian tidak dikenal oleh seorang ulama klasik pun.

Ringkasnya, ini adalah kisah “baru” tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak memiliki sandaran riwayat sedikit pun. Ini telah dikonfirmasi oleh sebagian ulama kontemporer masa kini yang mengingkari dan menepis validitas dan keaslian kisah ini serta menyebutnya sebagai kisah fiktif.

Komentar Syaikh DR. Syauqi Ibrahim ‘Allam

Syaikh DR. Syauqi Ibrahim ‘Allam hafizhahullah, mufti negara Mesir, berkomentar, “Kisah Yahudi yang meletakkan kotoran di depan rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika ia sakit beliau datang menjenguknya, adalah kisah yang masyhur di tengah orang-orang banyak. Namun sayangnya, kisah ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab Sunnah (hadits) maupun Sirah (sejarah Islam).

“Kisah ini sengaja disampaikan orang-orang semata untuk menjadi bahan permisalan untuk menunjukkan toleransi dan bersikap lapang hati jika mampu. Hal seperti ini tidak mengapa dengan syarat tidak boleh disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Dinukil dari situs resmi Darul Ifta Al-Mishriyah; lembaga fatwa resmi Mesir)

Komentar Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid hafizhahullah wa fakka asrahu, seorang ulama Suriah pengampu situs Islam QA, juga mengonfirmasi, “Kami ingatkan bahwa adanya tambahan redaksi yang populer menurut sebagian besar orang hari ini bahwa tetangga beragama Yahudi tersebut pernah mengganggu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara menaruh kotoran dan duri di jalan (yang biasa dilalui Nabi), maka yang benar tambahan ini tidak ada dasarnya sama sekali dalam kitab-kitab Sunnah dan tidak ada disebutkan oleh seorang ahli ilmu pun. 

“Ini baru populer di tengah-tengah tukang kisah dan pemberi nasehat akhir-akhir ini tanpa ada dasar sandaran dan sanadnya. Sejatinya, bagi seorang muslim hanya berpegang pada kisah yang valid dan dapat dikonfirmasi kebenarannya. Khususnya jika pada matan (redaksi) terhadap hal-hal yang ganjil.” (Diambil dari situs resmi Islam QA)

Kecacatan dari Sisi Matan

Dari sisi matan (redaksi), kisah Rasulullah menjenguk Yahudi ini juga terbilang ganjil. Dalam sejarah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya pernah bermukim di dua tempat saja, yaitu Makkah dan Madinah.

Di Makkah, beliau menerima kenabian dan kerasulan serta memulai dakwah Islam selama kurang lebih 13 tahun, sedangkan Madinah adalah tempat beliau hijrah dan memimpin umat Islam selama kurang lebih 10 tahun.

Jika kisah itu terjadi di Makkah, maka ini tidak mungkin. Karena tidak ada seorang Yahudi pun yang tinggal di Makkah. Tetangga beliau adalah penduduk Makkah yang umumnya orang musyrik.

Apabila kisah itu terjadi di Madinah, maka mungkin saja terjadi. Namun, selama di Madinah hingga beliau wafat, rumah beliau dan istri-istri beliau berdampingan dengan Masjid Nabawi sehingga apabila ada Yahudi yang berani menaruh kotoran atau benda-benda membahayakan di depan rumah beliau, tentu aksinya akan dekat dengan Masjid Nabawi dan tidak mungkin tidak dilihat oleh para sahabat beliau—terlebih di Madinah saat itu terdapat Ashabus Shuffah, yaitu para sahabat yang tinggal dan menginap di Masjid Nabawi.

Belum lagi dengan beberapa sahabat Nabi yang rutin menghidupkan malam di masjid Nabawi, sehingga tidak mungkin para sahabat hanya diam saja ketika melihat seorang Yahudi mencoba melecehkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara menaruh kotoran tersebut di depan rumah beliau atau jalan yang biasa beliau lalui.

Baca lanjutannya: Kontroversi Kisah Rasulullah Menjenguk Yahudi Sakit (Bagian 2)

Related

Moslem World 7796736435375109767

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item