Dahsyatnya Perang Stalingrad, Korban Mencapai 3 Juta Jiwa


Pada bulan Juni 1942, Tentara Jerman (Wehrmacht) melancarkan kampanye musim panas kedua mereka terhadap Uni Soviet, yang disebut Operation Blau (Operasi Biru). 

Sebelumnya dalam operasi Barbarossa, Wehrmacht dihalau di pintu gerbang Moskow pada musim dingin 1941-1942. Operasi Biru diarahkan ke Rusia selatan dengan tujuan merebut ladang minyak di Baku, Azerbaijan, dan Grozny, Checnya. Pasukan penyerbu Jerman dibagi dua kekuatan, Grup Tentara A menyerbu pegunungan Kaukasus dan Grup Tentara B menuju sungai Volga dan kota Stalingrad.

Ditandai dengan pertempuran jarak dekat dan serangan langsung terhadap warga sipil lewat serangan udara, sering dianggap sebagai yang terbesar dan pertempuran paling berdarah dalam sejarah peperangan. Kerugian besar yang diderita Wehrmacht Jerman membuatnya bisa dibilang yang paling strategis dalam menentukan pertempuran di keseluruhan perang. 

Ini adalah titik balik dalam panggung Perang Dunia II di Eropa. Pasukan Jerman tidak pernah berinisiatif kembali di Timur, dan menarik kekuatan militer yang luas dari Barat untuk menggantikan kerugian mereka.

Serangan Jerman untuk menaklukkan Stalingrad dimulai pada akhir musim panas tahun 1942, menggunakan Tentara Keenam Jerman dan unsur Panzer Tentara keempat. Serangan itu didukung dengan pengeboman intensif oleh Luftwaffe yang meluluhlantakkan banyak kota menjadi puing-puing. 

Pertempuran berubah menjadi pertempuran bangunan ke bangunan, dan kedua belah pihak saling menuangkan bala bantuan ke kota. Pada pertengahan November 1942, Jerman telah mendorong pembela Soviet kembali dengan biaya besar, menjadi zona sempit yang umumnya di sepanjang tepi barat Sungai Volga.

Pada tanggal 19 November 1942, Tentara Merah meluncurkan Operasi Uranus, serangan dua arah menargetkan pasukan kecil Rumania dan Hungaria yang melindungi Angkatan Darat Jerman ke-6. Pasukan Poros di sisi-sisi yang diserbu dan tentara ke-6 terputus dan terkepung di daerah Stalingrad. 

Adolf Hitler memerintahkan tentara tinggal di Stalingrad dan tidak berusaha untuk keluar; sebaliknya, upaya dilakukan dengan memasok tentara melalui udara dan untuk memecahkan pengepungan dari luar. 

Pertempuran sengit berlangsung selama dua bulan. Pada awal Februari 1943, pasukan Poros di Stalingrad telah kehabisan amunisi dan makanan. Unsur-unsur yang tersisa dari Tentara Keenam Jerman menyerah. Pertempuran berlangsung lima bulan, satu minggu, dan tiga hari.

Menurut perkiraan, sekitar empat puluh ribu tentara dari kedua belah pihak terbunuh setiap hari. Adolf Hitler memerintahkan pasukannya agar dalam kondisi apapun, kota Stalingrad harus direbut. Akibatnya pasukan Jerman bertempur mati-matian untuk merebut kota tersebut. Namun, rakyat dan tentara di kota Stalingrad juga melakukan perlawanan yang sangat kuat sehingga pasukan Nazi dapat dihadang.

Sementara pasukannya bertempur mati-matian di Stalingrad, Komando Tertinggi Jerman tidak menyadari bahwa Stalin telah mengumpulkan bala bantuan untuk menghancurkan pasukan Jerman dalam suatu kampanye musim dingin. 

Serangan balasan Uni Soviet dilancarkan pada bulan November 1942 ketika salju mulai turun. Serangan tersebut dengan cepat menggulung pasukan Italia, Rumania, dan Hungaria yang melindungi garis belakang Angkatan Darat ke-6 Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di Stalingrad terkepung.

Sebenarnya, Jerman memiliki kesempatan besar untuk menarik mundur pasukannya sebelum Tentara Merah menyelesaikan kepungannya. Akan tetapi, Hitler bersikeras agar pasukannya tetap bertahan di Stalingrad dan memerintahkan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) untuk mengirimkan perbekalan bagi mereka. 

Akan tetapi, Soviet telah menambah jumlah meriam anti-pesawat yang berada di sekitar Stalingrad yang menyebabkan banyak pesawat Luftwaffe tertembak jatuh saat berusaha mengirimkan perbekalan untuk pasukan Jerman yang berada di dalam Stalingrad.

Suatu usaha lain untuk membebaskan pasukan Jerman yang terkepung dilakukan dengan mengirimkan Tentara Grup D pimpinan Marsekal Erich von Manstein, salah seorang ahli strategi Jerman yang cemerlang. Akan tetapi, serangan tersebut dihentikan oleh bala bantuan Soviet yang masih segar di Kotelnikovo. Akhirnya, ketika dihadapkan pada kemungkinan terkepung, von Manstein menarik mundur pasukannya dan meninggalkan rekan-rekannya di Stalingrad menunggu nasib.

Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah dibawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan umum ke Stalingrad dan dengan cepat menggulung pasukan Poros yang sudah kelelahan dan menderita kelaparan dan penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa menyerah.

Para sejarawan menilai, kekalahan Jerman di Stalingrad merupakan awal dari kejatuhan Nazi. Hingga kini pertempuran ini dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa.

Related

History 3266609160332756403

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item